1. Pengertian Geomorfologi
Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata
yaitu : Geos (earth/ bumi), morphos (shape/ bentuk), logos (knowledge atau
ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian
geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi.
Menurut
Verstappen (1983) geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
tentang bentuk lahan, pembentuk muka bumi, baik di atas maupun di bawah muka
air laut, yang menekankan pada genesis dan perkembangannya di masa datang,
serta kaitannya (konteksnya) dengan lingkungan.
Menurut Van Zuidam et al. 1979) geomorfologi adalah studi
yang menguraikan bentuk lahan dan proses-proses yang mempengaruhi
pembentukannya, dan menyelidiki hubungan antara bentuk lahan dan proses menurut
tatanan keruangannya.
Menurut Cooke et. al. (1974) geomorfologi adalah studi bentuk lahan, terutama
mengenai watak/ sifat alaminya, asal mula (genesis), proses perkembangan, dan
komposisi materialnya.
Menurut Small (1968) geomorfologi
adalah studi evolusi bentuk lahan, terutama yang dihasilkan oleh erosi.
Menurut Thornbury (1954)
geomorfologi adalah ilmu pengetahuan tentang bentuk lahan.
Dapat disimpulkan, bahwa
geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang roman muka bumi beserta
aspek-aspek yang mempengaruhi termasuk deskripsi, klasifikasi, genesa,
perkembangan dan sejarah permukaan bumi.
2.
Cabang
Ilmu Geomorfologi
Geomorfologi
mempunyai tiga cabang yaitu (a) Geomorfologi Sejarah (History Geomorphology) yakni cabang ilmu geomorfologi yang menitik beratkan
tentang fenomena degradasi, (b) Geomorfologi Fungsional (Fungsional Geomorphology)
yaitu cabang ilmu geomorfologi mengkaji tentang proses-proses geomorfologi
mencakup proses pelapukan, erosi, dan pengendapan material bumi pada permukaan
tanah, dan (c) Geomorfologi Terapan (Applied
Geomorphology), yang mempelajari terapan ilmu geomorfologis, pemetaan
tanah, pengukuran penyebab, dan perubahan permukaan bumi, pemecahan masalah dan
mitigasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang muncul secara tidak terduga
(Verstappen,1983)
3.
Ilmu
Bantu Geomorfologi
Ilmu-ilmu yang erat hubungannya
dengan geomorfologi terutama Ilmu Kebumian, termasuk diantaranya adalah :
a) Fisiografi.
Dengan
semakin majunya perkembangan studi tentang atmosfer (meteorologi) dan hidrologi
di Amerika menyebabkan objek studi Fisiografi menjadi lebih terbatas, yaitu
hanya mempelajari bentang alam saja, sehingga di Amerika istilah Fisiografi
identik dengan Geomorfologi.
b) Geologi.
Cabang-cabang ilmu geologi yang
sangat membantu dalam mempelajari geomorfologi adalah geologi struktur dan
geologi dinamis. Banyak bentuk bentang alam dicerminkan oleh struktur
geologinya. Oleh karena itu, untuk mempelajari geomorfologi maka diperlukan
pengetahuan dari ilmu-ilmu tersebut.
c) Meteorologi
dan Klimatologi
Meteorologi dan klimatologi
memiliki pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung. Kondisi cuaca seperti
terjadinya angin, petir, kelembaban udara dan pengaruh perubahan iklim dapat
membawa perubahan-perubahan yang besar terhadap bentuk roman muka bumi yang ada.
Oleh karena itu, untuk mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di
permukaan bumi, diperlukan pengetahuan tentang ilmu-ilmu tersebut.
d) Hidrologi
Pengetahuan mengenai hidrologi akan
membantu dalam mempelajari geomorfologi. Sama halnya dengan atmosfer, air dapat
juga menyebabkan perubahan-perubahan atas roman muka bumi yang ada dan dapat
meninggalkan bekas-bekasnya.
4.
Proses
Dasar Geomorfologi
Proses geomorfik,
yang merupakan salah satu gajian dari geomorfologi, merupakan semua perubahan
kimia atau fisika yang terjadi, sehingga menimbulkan efek bervariasi pada
bentuk permukaan bumi. Secara umum, proses-proses geomorfik dibedakan atas 3
(tiga) proses, yaitu:
a. Proses
Eksogenik (Epigen), proses pembentukan morfologi yang disebabkan oleh tenaga
dari luar kulit bumi. Proses eksogenik terdiri atas agradasi (proses yang
menimbulkan bentuk-bentuk positif atau pengendapan), degradasi (proses yang
menimbulkan penurunan permukaan bumi), serta akibat organisme (termasuk
manusia).
b. Proses
Endogenik (Hipogen), proses pembentukan morfologi yang disebabkan oleh tenaga dari
dalam kulit bumi.
Proses endogenik terdiri
atas epirogenetik
(pengangkatan atau penurunan
kontinen atau subkontinen) dan
progenik (proses pembentukan pegunungan).
c. Proses Ekstraterestrial,
proses yang berasal dari luar atmosfer bumi atau dari luar angkasa. Misalnya
kawah akibat jatuhnya meteor.
5.
Prinsip
Dasar Geomorfik
Hasil kajian
yang dilakukan oleh Thornbury (1954) dalam bukunya yakni “Principles of Geomorphology” dengan sebutan “the 9 Basic Principles in Geomorphology” beberapa prinsip yang
berpengaruh terhadap kondisi bentang alam meliputi:
a) Prinsip
1: bahwa proses-proses dan hukum-hukum yang berkerja saat ini, bekerja pula
pada waktu geologi, walaupun tidak selalu dengan intensitas yang sama.
b) Prinsip
2: bahwa struktur geologi merupakan faktor pengontrol dominan dalam evolusi
bentuk lahan, dan struktur geologi dicerminkan oleh bentuk lahannya. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap kenampakan morfologi permukaan bentuk lahan akan
dikontrol oleh struktur geologi yang ada di dalamnya, atau struktur geologi
akan memberikan ciri sekaligus pembeda dalam penyebutan nama pada bentuk lahannya.
c) Prinsip
3: bahwa proses-proses geomorfik meninggalkan bekas yang nyata pada
bentuklahan, dan setiap proses geomorfik yang berkembang akan mencirikan
karakteristik tertentu pada bentuk lahannya.
d) Prinsip
4: bahwa perbedaan tenaga erosional yang bekerja pada permukaan bumi, akan
menghasilkan urutan bentuk lahan dengan karakteristik tertentu pada setiap
tahap perkembangannya (kronologis).
e) Prinsip
5: bahwa evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum terjadi dibanding dengan
evolusi geomorfik yang sederhana.
f) Prinsip
6: bahwa hanya sebagian kecil dari topografi permukaan bumi yang berumur lebih
tua dari tersier (2-60 juta tahun sebelum sekarang), dan kebanyakan berumur kuarter
yaitu lebih muda dari Pleistosen (2 juta tahun sebelum sekarang).
g) Prinsip
7: bahwa interpretasi bentang lahan saat ini tidak mungkin dilakukan tanpa
memperhatikan perubahan-perubahan geologis dan iklim selama kala Pleistosen.
h) Prinsip
8: bahwa apresiasi iklim dunia sangat penting untuk memahami berbagai variasi
penting dari proses-proses geomorfik yang berbeda.
i) Prinsip 9: bahwa walaupun geomorfologi
menekankan pada fenomena bentang lahan yang ada sekarang, namun untuk
mempelajarinya secara maksimum perlu memahami sejarah atau genesis/asal usul
dan proses pembentukannya.
Post a Comment
Post a Comment