Iklan

Ad Unit (Iklan) BIG

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Meteorologi dan Klimatologi

Post a Comment

Berikut ini adalah faktor- faktor yang mempengaruhi meteorologi dan klimatologi :

a. Temperatur/ Suhu Udara

Temperatur/ suhu udara menurut Webster dikenal sebagai ukuran relatif panas dinginnya suatu benda. Panas dapat dinyatakan sebagai energi yang ditransfer dari benda satu ke benda yang lain melalui proses thermal seperti radiasi, konveksi, dan konduksi hingga terjadinya keseimbangan energi panas dan tidak terjadi lagi proses pertukaran energi. Pada prinsipnya temperatur dan panas berbeda, temperatur adalah ukuran intensitas panas dan bukan kuantitas, karena satu kubik air dan satu kubik udara dengan temperatur yang sama memiliki jumlah kandungan panas yang berbeda.

Suhu atau temperatur udara adalah derajat dari aktivitas molekul dalam atmosfer yang berupa energi kinetik rata-rata dari pergerakan molekul-molekul (Fadholi, 2013). Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan thermometer (Ance, 1986). Biasanya pengukuran suhu atau temperatur udara dinyatakan dalam skala 𝐢𝑒𝑙𝑐𝑖𝑒𝑠 (℃), π‘…π‘’π‘Žπ‘šπ‘’π‘Ÿ (𝑅) dan πΉπ‘Žβ„Žπ‘Ÿπ‘’π‘›β„Žπ‘’π‘–π‘‘ (℉).

Suhu merupakan karakteristik yang dimiliki oleh suatu benda yang berhubungan dengan panas dan energi (Lakitan, 2002). Suhu udara akan berfluktuasi dengan nyata setiap periode 24 jam. Fluktuasi itu berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer. Fluktuasi suhu akan terganggu jika turbulensi udara atau pergerakkan massa udara menjadi sangat aktif, misalnya pada kondisi kecepatan angin tinggi. Jika pergerakkan massa udara tersebut melibatkan seluruh lapisan udara dekat permukaan, maka suhu udara pada lapisan tersebut relatif homogen.

Suhu udara merupakan unsur iklim yang sangat penting. Suhu udara berubah sesuai dengan tempat dan waktu (Tjasyono, 1992). Tempat yang terbuka, suhunya berbeda dengan tempat yang di gedung, demikian juga suhu diladang yang berumput berbeda dengan ladang yang dibajak. Pengukuran suhu udara hanya memperoleh satu nilai yang menyatakan nilai rata-rata suhu atmosfer. Dua skala yang sering dipakai dalam pengukuran suhu udara adalah skala Fahrenheit yang dipakai di negara Inggris dan skala Celcius yang dipakai oleh sebagian besar negara dunia. Pada umumnya suhu maksimum terjadi sesudah tengah hari, biasanya antara jam 12.00 sampai jam 14.00 dan suhu minimum terjadi pada jam 06.00 waktu lokal dan sekitar matahari terbit.

Suhu udara harian rata-rata didefinisikan sebagai rata-rata pengamatan selama 4 jam (satu hari) yang dilakukan tiap jam. Secara kasar, suhu udara harian rata-rata dapat dihitung dengan menjumlah suhu maksimum dan suhu minimum lalu dibagi dua. Suhu bulanan rata-rata adalah jumlah dari suhu harian dalam satu bulan dibagi dengan jumlah hari dalam bulan tersebut (Tjasyono, 2004).


b. Radiasi/ Sinar Matarahari

Energi panas yang ada dibumi dihasilkan dari internal dan eksternal. Energi internal berasal dari aktivitas magma yang terkandung didalam kerak bumi, sedangkan energi eksternal berasal dari matahari melalui lapisan atmosfer. Energi yang sampai dibumi melalui proses radiasi yang disebut dengan insolasi, atau akronim dari incoming solar radiation. Energi yang berasal dari matahari berbetuk gelombang dengan berbagai jenis panjang gelombang.

Gelombang panjang yang sering disebut dengan sinar tampak seperti inframerah, dan sinar lainnya terserap oleh atmosfer bumi, sedangkan sinar dalam bentuk gelombang panjang selanjutnya dikenal dengan sinar ultraviolet. Energi yang sampai dipermukaan bumi menembus, dipantulkan, dan di hablurkan dengan berbagai sudut jatuh yang tergantung dengan kondisi atmosfer, sudut, lintang dan kekuatan energi yang jatuh. Variasi sebaran panas tersebut juga ditambah dengan kondisi topografi muka bumi, sehingga menambah variasi suhu permukaan bumi, yang selanjutnya mampu menggerakkan udara menjadi angin, menggerakkan uap jenuh air, atau kondensasi hujan.

Kesenjangan suhu berdasarkan letak lintang dan banyaknya mengalami radiasi mengakibatkan perbedaan sifat iklim dan cuaca masing-masing kawasan. Pertukaran energi panas melalui proses radiasi, konveksi, dan konduksi yang melalui udara, materi padat, dan cair sehingga mampu menyebabkan proses evaporasi, kondensasi dan presipitasi. Radiasi merupakan proses perpindahan energi melalui proses pemancaran, yang sebagian mampu menembus atmosfer bumi dan awan, sebagian lagi dipantulkan kembali olek partikel awan dan gas yang terkandung dalam lapisan lapisan atmosfer. Jumlah energi yang dipantulkan kembali dikenal dengan istilah albedo.

Pemantulan energi matahari paling besar dilakukan oleh air dan karbon monoksida, sehingga saat energi tersalurkan ke permukaan bumi dan akan dipantulkan kembali ke udara yang mengandung karbon monoksida yang selanjutnya dipantulkan kembali ke permukaan bumi. Proses pemantulan kembali ke permukaan bumi dikenal dengan istilah efek rumah kaca (green house effect).

Variasi insolasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :

1) Konstanta matahari yang dipengaruhi oleh energi yang dikeluarkan oleh matahari, dan jarak antara bumi dan matahari,

2) Kejernihan atmofer,

3) Lama periode penyinaran; dan

4) Sudut datang penyinaran Jumlah energi yang dipantulkan, diserap, dan yang dipantulkan oleh atmosfer, udara, dan permukaan bumi yang selanjutnya dikenal dengan neraca panas atau heat budget.


c. Kelembapan Udara

Kelembaban adalah jumlah rata-rata kandungan air keseluruhan (uap, tetes air dan kristal es) di udara pada suatu waktu. Kelembaban diperoleh dari hasil harian dan dirata ratakan setiap bulan. Adapun berdasarkan Glossary of Meteorology, kelembaban diartikan sebagai jumlah uap air di udara atau tekanan uap yang teramati terhadap tekanan uap jenuh untuk suhu yang diamati dan dinyatakan dalam persen (Neiburger, 1995). Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam mssa udara pada saat dan tempat tertentu.

Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air yang terkandung dalam udara pada suatu lokasi saat tertentu. Kelembaban udara sebenarnya hanya sebagian kecil dari seluruh massa udara dipermukaan bumi, yaitu sekitar 2%. Pentingnya kelembaban air di dalam studi meteorologi dan klimatologi karena sebagai berikut :

1) Banyaknya uap air merupakan indikator kapasitas potensial atmosfer tentang terjadinya presipitasi,

2) Uap air mempunyai sifat menyerap radiasi, sehingga menentukan cepat kehilangan panas dari bumi. Hal ini menunjukkan pengaruhnya dalam mengendalikan suhu wilayah; dan

3) Makin besar jumlah uap air dalam udara makin besar jumlah energi potensil laten dalam atmosfer. Hal ini merupakan indikasi awal terjadinya hujan angin (storm).


Ukuran kelembaban udara dinyatakan dalam berbagai ukuran, yaitu sebagai berikut :

1) Tekanan uap, merupakan tekanan atmosfer yang disebabkan oleh uap air. Satuan yang digunakan sama dengan tekanan udara total, misal mbar, atm, atau mm hg.

2) Kelembaban spesifik, berat uap air per satuan berat udara (total). Biasanya dnyatakan dalam gram tiap air per kg udara. Kelembaban spesifik hampir sama dengan tekanan uap.

3) Kelembaban absolut, merupakan berat uap air per satuan volume udara, misalnya gr/udara. Sifatnya berubah-ubah jika suhu udara naik-turun.

4) Kelembaban relatif, merupakan perbandingan antara berat uap air yang ada pada saat pengukuran dengan jumlah uap air saat temperatur dan tekanan yang sama udara tersebut jenuh dengan uap air.

Besarnya kelembaban suatu daerah merupakan faktor yang dapat menstimulasi hujan. Data klimatologi untuk kelembaban udara yang umum dilaporkan adalah kelembaban relatif yang diukur dengan psikometer atau higrometer. Kelembaban relatif berubah sesuai dengan tempat dan waktu. Menjelang tengah hari, kelembaban relatif berangsur-angsur turun kemudian bertambah besar pada sore hari sampai menjelang pagi (Tjasyono, 2004).


d. Tekanan Udara

Tekanan udara merupakan campuran gas dengan komposisi yang unik, sehingga memiliki kemampuan menekan atau efek tekan karena pengaruh gaya berat. Tekanan udara merupakan tekanan yang diberikan oleh udara karena beratnya kepada setiap 1  bidang mendatar permukaan bumi sampai batas atmosfer. Semakin keatas tekanan udara semakin berkurang karena jumlah udara yang lebih sedikit dari pada daerah dekat permukaan bumi. Umumnya tekanan udara semakin keatas atau menjauhi permukaan bumi semakin rendah karena kerapatan udara yang semakin kecil dengan kolom udara yang semakin pendek.

Pada lapisan bawah atmosfer kecepatan penurunan tekanan adalah 1 mm Hg untuk kenaikan 11 m. Jumlah lapisan udara inilah yang menyebabkan adanya variasi tekanan udara secara vertikal. Sedangkan variasi tekanan secara horisontal memiliki pengaruh yang hampir sama dengan suhu. Pengukuran tekanan udara biasanya disajikan dalam bentuk isobar, atau yang dikenal dengan garis khayal yang menghubungkan daerah yang memiliki tekanan udara yang sama pada saat yang sama.

Tekanan udara merupakan unsur dan pengendali iklim yang sangat penting bagi kehidupan makhluk di bumi, karena perannya sebagai penentu dalam penyebaran curah hujan. Tekanan udara merupakan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Perubahan tekanan udara akan menyebabkan perubahan kecepatan dan arah angin, perubahan ini akan membawa pula pada perubahan suhu dan curah hujan. Angin yang bergerak dari arah yang berlawanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap iklim, karena perbedaan suhu yang disebabkan, adapun angin laut yang berasal dari lautan melewati lautan pada sebagian besar perjalanannya akan lebih banyak mendatangkan hujan, karena uap air yang dibawanya. Dengan demikian penyebaran curah hujan diseluruh permukaan bumi berhubungan sangat erat dengan sistem tekanan udara dan angin. Tekanan udara dipengaruhi oleh suhu, sedangkan garis yang menghubungkan tempat-tempat yang sama tekanan udaranya disebut sebagai isobar. Alat untuk mengukur tekanan udara adalah barometer.

Tekanan udara dibatasi oleh ruang dan waktu. Artinya pada tempat dan waktu yang berbeda, besarnya juga berbeda. Semakin tinggi suatu tempat, maka tekanan udaranya semakin menurun, sedangkan tekanan udara pada daerah yang mempunyai rata-rata ketinggian sama, maka tekanan udara dipengaruhi oleh suhu udara. Daerah yang suhu udaranya tinggi akan bertekanan rendah dan daerah yang bersuhu udara rendah, tekanan udaranya tinggi. (Soewarno, 2000).


e. Evaporasi dan Evapotranspirasi

Penguapan merupakan proses perubahan air/es menjadi gas. Semua uap air yang terdapat didalam atmosfer merupakan hasil dari evaporasi. Faktor yang mempengaruhi penguapan antara lain sebagai berikut :

1) Kecepatan angin, semakin cepat angin maka makin besar penguapan.

2) Temperatur, semakin tinggi temperatur maka makin besar penguapannya.

3) Kelembaban relatif, udara yang semakin besar kelembaban relatifnya semakin kecil.

Proses evaporasi terjadi karena adanya ketersediaan energi bahang dan gradien/ defisit tekanan uap air yang tergantung pada faktor cuaca seperti suhu udara, kecepatan angin, tekanan atmosfer, radiasi matahari, kualitas air dan bentuk serta sifat dari permukaan yang berevaporasi. Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor lokasi geografis, musim, interval waktu dan lain-lain sehingga proses evaporasi merupakan proses yang cukup rumit untuk dilakukan pengukuran dan perhitungannya.

Kebutuhan pengetahuan tentang proses fisik mengenai evaporasi di permukaan bumi sangat penting terutama bagi ahli-ahli meteorologi, hidrologi dan lingkungan untuk mengetahui besarnya nilai rata-rata evaporasi saat ini, apakah laju evaporasi semakin menurun atau meningkat terkait dengan perubahan iklim.


f. Angin

Angin adalah salah satu faktor utama penentu cuaca atau iklim suatu wilayah. Hal ini terjadi karena angin dapat membawa uap air di atmosfer ke wilayah lain. Uap air yang banyak akan menyebabkan terjadinya presipitasi, sehingga menciptakan fenomena cuaca seperti hujan dan salju pada wilayah tujuan. Oleh karena itu, arah angin kerap menentukan cuaca suatu wilayah.

Udara yang dibawa oleh angin juga penting dalam menentukan cuaca. Jika angin membawa udara kering, wilayah tersebut akan mengalami kekeringan sedangkan jika angin membawa udara basah, wilayah tersebut akan mengalami fenomena hujan.

Konsep pergerakan udara yang secara vertikal sering disebut dengan aliran udara, sedangkan pergerakan udara secara horisontal disebut angin. Angin biasanya dinamakan berdasarkan dari arah darimana angin tersebut terbentuk, yang nantinya dikenal dengan istilah angin darat dan angin laut. Angin selalu bergerak karena pengaruh tekanan udara yang tinggi kearah tekana udara yang rendah.

Berdasarkan hukum Buys Ballot dinyatakan bahwa dibelahan bumi bagian utara angin berbelok ke kanan, dan disebelah selatan angin bergerak kearah kiri. Penyimpangan ini disebabkan oleh pergerakan rotasi bumi. Kekuatan penyimpangan ini dinyatakan sebagai coriolis yang bergantung dari kekuatan angin dan letak lintangnya. Semakin ke arah kutub penyimpangan semakin besar, sedangkan kearah khatulistiwa semakin kecil bahkan mendekati nol.

Kecepatan angin umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :

1) Gradien tekanan horizontal

Gradien tekanan horizontal adalah perubahan tekanan persatuan jarak dengan arah horisontal dan tegak lurus dengan isobar. Semakin besar gradien tekanan (mbar/100 Km) maka tekanan angin semakin besar.

2) Letak geografis

Gradien tekanan yang sama di dekat khatulistiwa akan menghasilkan kecepatan angin lebih besar dari pada daerah yang jauh dari khatulistiwa.

3) Ketinggian tempat

Gradien tekanan yang sama menghasilkan kecepatan angin yang berbeda pada tempat yang berbeda. Pada tempat yang tinggi kecepatan angin lebih besar dengan gradien yang sama dari pada tempat yang lebih rendah.

4) Waktu

Gradien tekanan yang sama pada waktu siang hari menghasilkan kecepatan angin lebih besar dari pada malam hari.


g. Presipitasi

Presipitasi adalah air dalam bentuk cair/ padat yang jatuh sampai ke permukaan bumi. oleh proses kondensasi dan atau pembekuan uap air. Awan adalah suspensi koloida udara atau aerosol. Selama butir-butir belum bersatu akan tetap melayang- layang di udara. Ini menyebabkan awan itu kekal dan tidak akan terjadi presipitasi. Jika butir-butir cenderung bersatu sehingga menjadi lebih besar dan berat maka awan menjadi tidak kekal dan akan terjadi presipitasi.

Presipitasi umumnya dikontrol oleh suhu udara serta kadar uap air yang ada pada wilayah tersebut. Suhu yang dingin diperlukan untuk melakukan kondensasi sedangkan kadar uap air yang tinggi dibutuhkan untuk membentuk awan hujan.

Nistor dan Porumb-Ghiurco (2015) menyatakan bahwa evapotranspirasi Berita Dirgantara Vol. 19 No. 2 Desember 2018: 51-58 52 memiliki dampak signifikan pada keseimbangan air regional dan merupakan parameter penting untuk mempelajari iklim, hidrologi dan pertanian. Selain itu, perubahan evapotranspirasi sangat penting untuk memahami dampak perubahan iklim pada keseimbangan air resapan. Evapotranspirasi berkontribusi sekitar 15% pada uap air di atmosfer. Tanpa uap air dari evapotranspirasi, awan dan hujan tidak akan terbentuk. Evapotranspirasi merupakan gabungan dari proses evaporasi dan transpirasi. Evaporasi dalam konteks evapotranspirasi, mengacu pada air yang menguap ke atmosfer.

Evapotranspirasi merupakan parameter yang menunjukkan banyaknya air yang hilang dari permukaan bumi. Dingman (2015) menyatakan bahwa air yang hilang dari permukaan bumi adalah sekitar 62% dari seluruh air yang ada di permukaan. Pada kenyataannya, tingkat evapotranspirasi menunjukkan adanya variasi temporal dan spasial yang tinggi, karena evapotranspirasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Evapotranspirasi dipengaruhi oleh perubahan iklim melalui serangkaian proses yang dimulai dengan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca, diikuti oleh dampak pada sirkulasi skala besar dan perubahan distribusi energi dan kelembaban global. Proses skala global ini menyebabkan perubahan atmosfer skala lokal, yang pada gilirannya mempengaruhi keseimbangan air resapan melalui serangkaian proses hidrologi terrestrial, dimana curah hujan diubah menjadi evapotranspirasi aktual, aliran permukaan dan resapan air tanah (Oudin et al., 2005). Faktor-faktor lainnya yang berpotensi mempengaruhi evapotranspirasi adalah pola tutupan lahan (Liu et al., 2009) dan efek peningkatan karbondioksida yang dapat membatasi laju transpirasi tanaman. Menurut Prudhomme et al. (2014) dan Milly dan Dunne (2016), tingginya tingkat konsentrasi karbondioksida membatasi laju transpirasi tanaman. Laju transpirasi tanaman itu sendiri, sangat dipengaruhi oleh tingkat radiasi netto, adveksi atmosfer, turbulensi udara, luas daun dan ketersediaan air.


h. Awan

Awan merupakan kumpulan titik air atau kristal es yang melayang diatmosfer. Awan terjadi karena ada variasi kondensasi. Berikut ada beberapa klasifikasi awan :

1)      Golongan awan tinggi, tinggi rata-rata terendah 6.000 m

a)      Cirrus (Ci)

Awan yang halus, struktur berserat, seperti bulu burung, sering tersusun sebagai pita yang melengkung. Sehingga seolah-olah bertemu pada satu atau dua titik di horison. Tersusun oleh kristalkristal es.

b)      Cirrostratus (Cs)

Bagaikan kelambu, putih, halus, menutup seluruh angkasa, yang oleh sebab itu berwarna pucat atau kadang-kadang nampak sebagai anyaman tidak teratur. Sering menimbulkan adanya "kalangan" (lingkaran) pada matahari atau bulan.

c)      Cirrocumulus (Cc)

Berbentuk sebagai gerombolan domba menyebabkan adanya sedikit bayangan atau tidak sama sekali.


2)      Golongan awan sedang, tinggi awan 2.000-6.000 m

a)      Altostratus (As)

Berbentuk seperti selendang yang tebal. Pada bagian yang menghadap bulan atau rnatahari nampak lebih terang. Di antaranya terdapat bentuk-bentuk Cirrostratus.

b)      Altocumulus (Ac)

Bagaikan bola-bola yang tebal putih atau pucat dengan bagian- bagian kelabu karena kurang mendapatkan sinar. Bergerombolan atau berlarikan/ dekat satu sama lain sehingga kelihatan seperti bergandengan. Umumnva bola-bola yang di tengah-tengah gerombolan atau larikan adalah lebih besar.


3)      Golongan awan rendah, tinggi awan ini antara 0-2.000 m

a)      Stratocurnulus (Sc)

Berbentuk seperti gelombang yang sering menutup seluruh angkasa, sehingga menimbulkan persamaan dengan gelombang di lautan. Langit yang berwarna biru sering masih tampak di antara awan ini.

b)      Stratus (St)

Awan yang melebar seperti kabut akan tetapi tidak sampai pada permukaan tanah.


4) Golongan awan dengan perkembangan vertikal, awan ini tertiggi sama dengan awan cirrus terendah, antara 500-2000 m

a)      Nimbostratus (Ns)

Lapisan awan tebal dengan bentuk tidak teratur, menimbulkan banyak hujan.

b)      Cumulus (Cu)

Awan tebal dengan dasar horizontal dengan puncak yang bermacam-macam. Terbentuk pada slang hari dalam udarayang naik. Bagian yang berhadapan dengan matahari kelihatan terang. Mempunyai bayangan kelabu jika disinari sebelah dan kelihatan hitam dengan pinggir putih jika berada di muka matahari.

c)      Cumulonimbus (Cb)

Awan yang bervolume sangat besar. Berbentuk bagaikan menara, gunung atau pundaknya melebar. Awan ini menimbulkan hujan dengan kilat dan guntur.


i. Kedekatan dengan badan air

Lokasi yang dekat dengan badan air akan memiliki rentang suhu yang lebih stabil. Air memiliki kalor jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan daratan. Oleh karena itu, air dapat menyimpan panas lebih banyak dari daratan. Semakin dekat suatu wilayah dengan badan air maka iklim dan cuacanya akan cenderung lebih stabil. Wilayah tersebut akan mengalami musim panas yang hangat dan musim dingin yang lebih ringan dibandingkan dengan wilayah yang berada jauh di daratan. Contoh wilayah yang dipengaruhi oleh badan air adalah kawasan pesisir pantai, kawasan great lakes di Amerika Utara, serta kawasan mediterranean di Eropa.


j. Sifat arus laut

Jika badan air yang dimaksud pada poin diatas adalah laut, maka terdapat satu lagi faktor penentu, yaitu arus laut. Karakteristik arus laut akan secara langsung mempengaruhi karakteristik massa udara yang ada diatasnya, serta fenomena cuaca dan karakteristik iklim yang akan terjadi. Arus laut yang dingin akan menyebabkan evaporasi air berkurang sehingga tersedia sedikit uap air di udara. Arus laut yang panas akan menyebabkan evaporasi bertambah, sehingga uap air yang tersedia di udara banyak. Uap air yang banyak akan menyebabkan peristiwa perawanan yang banyak pula, sehingga mendorong terjadinya hujan atau badai. Jika uap air sedikit, maka sukar untuk terjadi hujan. Fenomena ini dapat kita lihat di semenanjung selatan benua Afrika yang mana banyak terdapat gurun kering dikarenakan arus laut yang dingin.


k. Topografi

Gunung mengalami hujan orografis serta iklim dan cuaca yang lebih dingin di puncaknya. Faktor topografi sangat menentukan cuaca dan karakteristik iklim dari suatu daerah. Daerah yang dengan ketinggian lebih tinggi cenderung memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang lebih rendah. Penurunan suhu seiring dengan bertambahnya ketinggian ini dikenal sebagai lapse rate atmosfer. Terdapat perbedaan lapse rate antara udara kering dan basah, sehingga angin fohn dapat terjadi. Faktor topografi juga menyebabkan terjadinya hujan orografis. Oleh karena itu, daerah yang menghadap angin umumnya akan lebih basah dibandingkan dengan daerah yang membelakangi angin.


l. Aktivitas manusia

Aktivitas manusia merupakan salah satu unsur cuaca dan iklim yang baru-baru ini menjadi cukup penting. Perubahan iklim dan cuaca ekstrem menjadi salah satu dampak aktivitas manusia pada alam. Perubahan iklim adalah fenomena pergeseran nilai rata-rata cuaca harian suatu wilayah/seluruh bumi. Fenomena ini diduga disebabkan oleh produksi gas rumah kaca yang semakin besar oleh aktivitas manusia seperti pembangunan kawasan industri, deforestasi, serta perdagangan internasional. Perubahan iklim menyebabkan terjadinya kenaikan dan penurunan suhu rata-rata di beberapa tempat di dunia. Hal ini berbahaya karena dapat mengganggu habitat hewan, merusak ekosistem, serta mencairkan es dan menaikkan muka air laut.

Cuaca ekstrem adalah fenomena cuaca yang berbeda dari kebiasaannya. Contohnya adalah siklon, badai, dan tornado. Perubahan iklim mengganggu siklus alamiah di bumi sehingga kejadian cuaca ekstrem semakin banyak. Aktivitas manusia seperti industri dan transportasi juga dapat menyebabkan fenomena hujan asam. Hujan asam adalah kondisi dimana hujan yang turun ke bumi sudah tercampur dengan CO2 sehingga menciptakan larutan H2CO3 yang bersifat asam dan korosif. Fenomena hujan asam dapat merusak fondasi bangunan, tumbuhan, serta membunuh binatang yang tidak resisten terhadap tingkat keasaman hujan tersebut.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter