A. Dinamika Kependudukan
1. Pengertian Dinamika Kependudukan
Penduduk merupakan sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah. Cabang ilmu geografi yang mempelajari secara lengkap tentang penduduk disebut demografi. Demografi mempelajari jumlah, persebaran, pembagian wilayah persebaran penduduk, dan komposisi penduduk serta perubahannya. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, migrasi, dan mobilitas sosial.
a. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan jumlah penduduk di suatu wilayah pada waktu tertentu. Menurut definisi tersebut dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk mencakup pertambahan jumlah penduduk dan pengurangan jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk dapat dibedakan menjadi pertumbuhan penduduk alami dan pertumbuhan penduduk total.
1) Pertumbuhan Penduduk Alami (Natural Increase)
b. Faktor Dinamika PendudukPertumbuhan penduduk alami merupakan selisih antara jumlah kelahiran dan jumlah kematian. Apabila di suatu daerah angka kelahiran lebih tinggi dibandingkan angka kematian, akan terjadi pertambahan penduduk. Begitu pula sebaliknya, pengurangan jumlah penduduk terjadi jika angka kelahiran lebih rendah daripada kematian. Peristiwa kelahiran dan kematian selalu terjadi setiap saat. Jumlah migrasi penduduk tidak diperhitungkan karena perubahan angkanya tidak signifikan.
Perhitungan pertumbuhan penduduk alami dapat menggunakan rumus berikut.
T = (L-M)
Keterangan:
T = Pertumbuhan penduduk
L = Jumlah kelahiran
M = Jumlah kematian
2) Pertumbuhan Penduduk Total
Pertumbuhan penduduk total merupakan perhitungan perubahan jumlah penduduk berdasarkan kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk. Keluar masuknya (migrasi) penduduk di suatu wilayah mempengaruhi pertumbuhan penduduk total. Migrasi penduduk ada dua macam yaitu imigrasi (masuk) dan emigrasi (keluar). Daerah yang ditinggalkan akan mengalami pengurangan jumlah penduduk. Sementara itu, daerah tujuan mengalami penambahan penduduk.
Perhitungan pertumbuhan penduduk total dapat menggunakan rumus berikut.
T = (L-M) + (I-E)
Keterangan:
T = Pertumbuhan penduduk
L = Jumlah kelahiran
M = Jumlah kematian
I = Jumlah imigrasi
E = Jumlah emigrasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika penduduk sebagai berikut.
1) Kelahiran
Kelahiran akan menambah jumlah penduduk. Tingkat kelahiran dipengaruhi jumlah pasangan usia subur. Pasangan usia subur beroperasi tinggi untuk melahirkan bayi. Kelahiran yang masuk hitungan penambahan penduduk yaitu bayi yang lahir hidup. Status bayi yang dilahirkan ada dua yaitu bayi lahir hidup dan bayi lahir mati. Bayi dikatakan lahir hidup apabila sewaktu lahir menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti bernafas, jantung berdetak, dan bergerak. Apabila sewaktu lahir bayi tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan disebut lahir mati. Faktor-faktor yang mendukung kelahiran (pronatalitas) sebagai berikut.
a) Pernikahan Usia Muda
Pernikahan pada usia muda menyebabkan masa reproduksi seorang wanita lebih panjang. Kondisi tersebut memberikan lebih banyak peluang terjadinya kelahiran. Dampak positifnya seperti jarak usia orang tua dan anak tidak terpaut jauh sehingga pola pengasuhan lebih baik.
b) Tingkat Fertilitas (Kesuburan) Tinggi
Kesuburan seorang wanita menentukan angka kelahiran. Semakin baik tingkat kesehatan, kesuburannya semakin tinggi pula. Fertilitas menunjukkan kemungkinan atau peluang bagi seseorang untuk melahirkan anak.
c) Anggapan Banyak Anak Banyak Rezeki
Bagi sebagian orang, memiliki banyak anak berpotensi meningkatkan rezeki. Pemahaman tersebut merupakan mitos sehingga anggapan tersebut tergantung pada situasi dan kondisi. Setiap orang memiliki kondisi kehidupan yang berbeda sehingga tidak dapat disamaratakan.
Pemahaman tersebut menunjukkan tidak ada pengendalian jumlah anak sehingga jumlah penduduk dapat mengalami peningkatan. Akan tetapi, masyarakat modern masa kini mulai meninggalkan pemahaman tersebut. Penduduk dapat merencanakan jumlah anak sesuai program yang dicanangkan pemerintah.
d) Keinginan Memiliki Anak Jenis Kelamin Tertentu
Ukuran ideal sebuah keluarga terdiri atas anak laki-laki dan anak perempuan. Jika keduanya belum terpenuhi dianggap belum lengkap. Prinsip inilah yang menyebabkan jumlah kelahiran bayi meningkat. Sebagai contoh pasangan orang tua memiliki anak pertama dan kedua berjenis kelamin laki-laki. Oleh karena itu, orang tua menginginkan anak perempuan dan menjalankan program kehamilan anak ketiga. Ternyata, anak ketiga lahir anak laki-laki lagi. Akhirnya, orang tua mengikuti program kehamilan hingga terlahir anak perempuan.
2) Kematian (Mortalitas)
Tingkat kematian dipengaruhi kualitas kesehatan dan kesejahteraan penduduk di suatu wilayah. Mortalitas dipengaruhi faktor pendorong (promortalitas) dan faktor penghambat (antimortalitas). Faktor penyebab mortalitas antara lain tingkat kesehatan masyarakat rencah; fasilitas kesehatan kurang memadai; angka kecelakaan tinggi; bencana alam; peperangan; serta wabah penyakit.
3) Migrasi
Migrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain yang bertujuan menetap dengan melewati batas negara (politik) atau batas administrasi (bagian dari negara). Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), migrasi adalah suatu perpindahan tempat tinggal dari satu unit administrasi ke unit administrasi lain. Dikatakan migrasi jika minimal waktu tinggal penduduk di satu tempat yaitu enam bulan.
Indonesia memiliki kondisi wilayah beraneka ragam sehingga mendorong penduduk melakukan migrasi menuju daerah potensial. Migrasi penduduk ke daerah potensial mendorong pemusatan penduduk. Pemusatan penduduk dipengaruhi potensi alam, sarana prasarana transportasi, serta kondisi sosial ekonomi daerah. Lokasi strategis dan kondisi sumber daya manusia yang berkualitas juga mendorong terjadinya pemusatan penduduk.
a) Jenis-Jenis Migrasi
Berdasarkan cakupan wilayah, migrasi dapat dibedakan menjadi migrasi nasional dan migrasi internasional. Migrasi nasional diartikan perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain dalam lingkup nasional atau satu negara. Jenis-jenis migrasi nasional yaitu transmigrasi, urbanisasi, ruralisasi, forensen, weekend, serta evakuasi. Jenis-jenis migrasi internasional terdiri atas imigrasi, emigrasi, remigrasi atau repatriasi, dan turiseme.
b) Faktor-Faktor Penyebab Migrasi Penduduk
Penduduk bermigrasi ke tempat lain dipengaruhi faktor pendorong dari tempat asal dan faktor penarik dari tempat tujuan. Penyebab utama migrasi adalah kondisi ekonomi. Melalui migrasi, penduduk memiliki harapan lebih untuk memperbaiki ekonomi di tempat tujuan.
Faktor pendorong terjadinya migrasi antara lain tingkat pendapatan rendah, lapangan pekerjaan terbatas, sarana transportasi kurang memadai, luas kepemilikan lahan pertanian menyempit, sumber-sumber alam semakin berkurangnya, teknolog pertanian terbatas, dan terjadi bencana alam. Adapun faktor penarik migrasi dari tempat tujuan yaitu kesempatan kerja besar, upah buruh relatif tinggi, fasilitas layanan umum lebih bervariasi, kesempatan untuk mengembangkan diri terbuka lebar, dan kebebasan.
c. Dampak Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk terus terjadi selama faktor yang mempengaruhinya masih berlanjut. Faktor tersebut yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi. Tingkat pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi kondisi suatu daerah. Dampak pertumbuhan penduduk sebagai berikut.
1) Ketersediaan lahan untuk permukiman dan bercocok tanam semakin berkurang.
2) Polusi dan limbah rumah tangga, pabrik, industri, dan peternakan semakin meningkat.
3) Jumlah pengangguran meningkat karena terjadi persaingan yang tinggi.
4) Kualitas kesehatan penduduk menurun.
5) Jumlah kemiskinan penduduk meningkat.
6) Ketersediaan pangan semakin terbatas.
7) Angka kecukupan gizi penduduk menurun.
8) Muncul berbagai wabah penyakit baru.
2. Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja
Pergerakan penduduk dari satu tempat ke tempat lain dipengaruhi banyak faktor. Faktor utama perpindahan penduduk yaitu ekonomi. Pekerjaan dan penghidupan yang layak menjadi pemicu terjadinya pergerakkan penduduk. Terbukanya lapangan pekerjaan di tempat tujuan menjadi faktor penarik. Terbatasnya lapangan pekerjaan di daerah asal menjadi faktor pendorong. Dengan demikian, mobilitas penduduk tidak terlepas dari ketenagakerjaan.
Menurut Ravenstein (1885), perilaku mobilitas penduduk sebagai berikut.
a. Migrain lebih memilih tempat terdekat sebagai daerah tujuan.
b. Faktor dominan yang mendorong seseorang melakukan migrasi adalah sulitnya memperoleh pekerjaan di daerah asal. Faktor lainnya yaitu ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik di daerah tujuan.
c. Informasi dari tempat tujuan khususnya dari sanak-saudara penting bagi orang yang ingin bermigrasi.
d. Informasi negatif dari tempat tujuan mengurangi minat penduduk untuk bermigrasi.
e. Semakin tinggi pengaruh kekotaan terhadap seseorang, semakin besar tingkat mobilitasnya.
f. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frekuensi mobilitasnya.
g. Par migran cenderung memilih daerah tempat teman atau saudara bertempat tinggal di daerah tujuan.
h. Pola migrasi sulit diperkirakan karena dipengaruhi banyak peristiwa tidak terduga seperti bencana alam, peperangan, atau penyakit endemi.
i. Penduduk berusia muda dan belum menikah lebih banyak melakukan mobilitas daripada penduduk yang sudah menikah.
j. Penduduk yang berpendidikan tinggi biasanya lebih melaksanakan mobilitas daripada yang berpendidikan rendah.
a. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja (manpower) yaitu besarnya bagian dari penduduk yang dapat diikutsertakan dalam proses ekonomi. Bekerja diartikan melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan berupa uang atau barang dalam kurun waktu tertentu (Mantra, 2007).
Mobilitas dan tenaga kerja tidak dapat dipisahkan. Upaya memperoleh pekerjaan yang lebih baik menjadi salah satu faktor penyebab seseorang melakukan mobilisasi. Perpindahan penduduk merupakan keputusan pribadi yang berasal dari keinginan mendapatkan kesejahteraan optimal. Daerah tujuan mobilitas penduduk merupakan daerah yang memiliki perkembangan ekonomi yang lebih baik daripada tempat asalnya. Akan tetapi, keterampilan dan keahlian sangat dibutuhkan. Kedua aspek tersebut menjadi nilai tambah dalam persaingan kerja.
Sebagai contoh, saat ini terjadi perkembangan industri dan pemusatan ekonomi di Jakarta dan daerah pesisir utara Jawa. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya proses urbanisasi yang cepat di daerah tersebut. Migrasi terjadi dari daerah perdesaan ke kota seperti Surabaya, Jakarta, serta beberapa kota di pesisir utara Jawa. Migrasi terjadi secara berkelanjutan sehingga daerah-daerah tujuan meningkat dengan pesat, baik aspek pertambahan penduduk maupun perekonomiannya.
Pembatasan jumlah mobilitas penduduk karena faktor pekerjaan berpotensi menjadi masalah tersendiri bagi ketenagakerjaan. Potensi terjadinya ledakan angka pengangguran lebih besar jika mobilitas tenaga kerja dibatasi. Kondisi tersebut menjadi masalah baru bagi pemerintah.
b. Perilaku Migran Tenaga Kerja
Penduduk yang melakukan mobilisasi dari desa ke kota memiliki perilaku yang dapat diamati. Sebagian besar migran beradaptasi dengan daerah baru agar tetap bertahan hidup. Adapun perilaku migran di daerah tujuan sebagai berikut.
1) Migran di kota merupakan penolong utama bagi migran baru dalam mencari pekerjaan dan pemondokan di kota.
2) Kepuasan hidup migran di kota dapat dilihat dari kemungkinan migran memperoleh pekerjaan dan pendidikan bagi anak-anaknya.
3) Sanak saudara atau teman di kota menjadi tujuan awal kedatangan migran.
4) Setelah beberapa lama bekerja, migran memilih tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerja.
5) Kepuasan migran hidup dalam masyarakat tergantung pada hubungan baik migran dengan masyarakat.
6) Keinginan kembali ke daerah asal tergantung pada besar kecilnya kepuasan yang diperoleh di kota.
Saat ini angka pengangguran terdidik cukup tinggi. Kondisi tersebut disebabkan sedikitnya permintaan tenaga terdidik oleh perusahaan bonafit di Indonesia. Akibatnya, angka pengangguran semakin meningkat. Wilayah perkotaan menjadi tujuan utama penduduk melakukan mobilitas. Kondisi ini disebabkan di perkotaan lapangan pekerjaan lebih beragam dan upah tenaga kerja lebih tinggi daripada di perdesaan. Berkaitan dengan masalh tersebut kita dapat meningkatkan keteerampilan guna menciptakan kegiatan ekonomi kreatif. Upaya tersebut diharapkan mampu menekan angka pengangguran di Indonesia.
B. Kualitas Penduduk dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
1. Kualitas Penduduk
Negara maju dipengaruhi oleh kualitas penduduk. Kualitas penduduk menunjukkan tingkat kehidupan penduduk berkaitan dengan kemampuan memenuhi berbagai kebutuhan hidup. Kualitas penduduk dipengaruhi faktor pendapatan, kesehatan, dan pendidikan.
a. Pendapatan
Pendapatan sering dianalogikan dengan gaji. Orang yang menerima gaji dipersepsikan sebagai orang yang memiliki pendapatan. Seiring berjalannya waktu, pengertian pendapatan mulai bergeser. Pendapatan tidak selalu berasal dari gaji. Pendapatan dapat diperoleh dari usaha sendiri atau wirausaha. Saat ini marak orang membangun bisnis mandiri sehingga gaji bukan satu-satunya sumber pendapatan.
Tingkat pendapatan berhubungan dengan status ekonomi penduduk. Realitasnya, penduduk dengan pendapatan tinggi mampu memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Tingkat pendapatan diukur dari pendapatan perkapita (percapita income), yaitu membandingkan jumlah kekayaan negara secara keseluruhan dengan jumlah penduduk. Rumus untuk mengukur tingkat pendapatan per kapita sebagai berikut.
Pendapatan perkapita = GNP/ P
Keterangan:
Pendapatn perkapita = Pendapatan perkapita
GNP = Gross National Product, yaitu pendapatan negara dalam satu tahun
P = Jumlah penduduk
b. Kesehatan
Kesehatan menjadi kebutuhan dasar bagi setiap penduduk. Orang yang sehat lebih produktif dibandingkan dengan orang sakit. Akhir-akhir ini penyakit yang biasa dialami orang usia lanjut dapat menyerang penduduk usia muda. Kondisi tersebut tidak lepas dari gaya hidup. Sebagian besar penyakit berasal dari makanan yang tidak sehat. Kesehatan juga dipengaruhi layanan kesehatan yang minim serta lingkungan sekitar tempat tinggal yang kurang kondusif.
Daerah yang dilengkapi dengan fasilitas kesehatan menunjukkan tingkat kesehatannya lebih tinggi. Sebaliknya, daerah yang minim fasilitas kesehatan menyebabkan tingkat kesehatan penduduk rendah. Fasilitas kesehatan terdiri atas ketersediaan tenaga medis seperti dokter, paramedis, apoteker, dan bidan; serta tempat pemeriksaan kesehatan seperti rumah sakit, klinik, dokter praktek, dan apotek. Tingkat kesehatan dapat diukur dari angka kematian bayi dan angka harapan hidup.
1) Tingkat Kematian Bayi (Infant Mortality)
Kelahiran bayi merupakan tanda awal kehidupan. Indikasi kesehatan bayi yang lahir hidup dipengaruhi tingkat kesehatan ibu, pemenuhan gizi keluarga, dan fasilitas kesehatan. Semakin tinggi angka kematian bayi, semakin rendah kualitas kesehatan penduduk.
2) Angka Harapan Hidup
Angka harapan hidup merupakan usia rata-rata yang mampu dicapai sejak dilahirkan hingga meninggal dunia. Semakin tinggi angka harapan hidup suatu daerah menunjukkan tingkat kesehatan tinggi. Dalams sebuah penelitian disebutkan usia harapan hidup tidak hanya dipengaruhi tingkat kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental. Mental yang kuat berhubungan dengan rasa kepuasan dalam menjalani kehidupan. Perasaan tentram dan damai merupakan wujud sikap mental yang sehat.
c. Pendidikan
Pendidikan bertujuan menambah pengetahuan dan keterampilan penduduk. Pendidikan dasar wajib ditempuh setiap orang. Pendidikan berkualitas sebanding dengan persediaan sarana dan prasarana penunjang. Tingkat melek huruf dan tingkat partisipasi pendidikan tinggi di Indonesia tergolong masih rendah dibandingkan negara berkembang lainnya. Oleh karena itu, pendidikan menjadi aspek yang perlu mendapatkan perhatian serius.
Penduduk dengan tingkat pendidikan relatif tinggi memiliki kemampuan beradaptasi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Arus globalisasi menuntut setiap orang untuk melek teknologi. Perubahan zaman semakin cepat sehingga mengharuskan setiap orang menguasainya. Kondisi tersebut dimaksudkan agar pola pikir penduduk sejalan dengan perkembangan teknologi.
Saat ini banyak siswa terpaksa putus sekolah. Putus sekolah berarti memutus jenjang pendidikan. Jenjang pendidikan yang terputus dapat mengakibatkan menurunnya kualitas pendidikan suatu daerah. Padahal, tingkat pendidikan identik dengan jenis pekerjaan tertentu. Pekerjaan mempengaruhi tingkat kesejahteraan. Teori tersebut umum digunakan dalam masyarakat sehingga hubungan antara tingkat pendidikan dan kesejahteraan berbanding lurus.
2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Menurut United Nations Development Programme (UNDP), ide dasar munculnya IPM bermula dari pernyataan berikut.
“Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Kondisi tersebut tampaknya merupakan suatu kenyataan yang sederhana namun seringkali terabaikan. Penyebabnya karena kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang” (Human Development Report: 1990)
Pembangunan dalam suatu negara tidak hanya terwujud pembangunan fisik. Pembangunan yang paling penting yaitu pembangunan manusia. IPM pertama kali dicanangkan UNDP pada tahun 1990. Perkembangan terakhir bahwa ada perubahan metode perhitungan IPM. Indonesia menggunakan metode penghitungan IPM baru sejak tahun 2014.
a. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia
Menurut UNDP, indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan alat ukur untuk mengetahui capaian pembangunan berbasis jumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM merupakan salah satu pendekatan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan manusia. Konsep pembangunan manusia seutuhnya merupakan konsep yang mengarah pada peningkatan kualitas hidup penduduk. Kualitas penduduk berupa fisik, mental, ataupun spiritual. Secara umum, pembangunan yang dilakukan menitikberatkan pada pembangunan sumber daya manusia seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan sumber daya manusia secara fisik dan mental mengarah pada peningkatan kapasitas dasar penduduk. Kapasitas penduduk tersebut diharapkan mampu memperbesar kesempatan berpartisipasi dalam proses pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan manusia sebagai ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Tiga dimensi dasar dalam pembangunan manusia yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, serta penghidupan yang layak. Seluruh indikator yang menunjukkan ketiga dimensi tersebut diformulasikan dalam satu angka indeks pembangunan manusia (IPM). IPM menjelaskan bahwa penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dan memperoleh kebutuhan pokok seperti memperoleh pendapatan, kesehatan, dan pendidikan.
Angka melek huruf pada metode lama merupakan salah satu indikator dalam penentuan IPM khususnya dalam aspek pengetahuan. Akan tetapi, angka melek huruf sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini. Indikator melek huruf diganti menjadi harapan lama sekolah (HLS). Banyak negara yang sudah mencapai angka melek huruf tinggi sehingga data melek huruf tidak dapat dijadikan patokan secara spesifik.
Indeks pembangunan manusia dapat ditentukan dengan menggunakan perhitungan dari tiga indikator. Rumus menentukan indeks pembangunan manusia sebagai berikut.
IPM = (3√I Kesehatan . I Pendidikan . I Pengeluaran) . 100
Rentang nilai indeks pembangunan manusia (IPM) dengan kategori sebagai berikut.
1) Sangat tinggi : IPM ≥ 80
2) Tinggi : IPM ≥ 80 - < 80
3) Sedang: IPM ≥ 60 - 70
4) Rendah: IPM < 60
Indeks pembangunan manusia dihitung dengan formulasi tiga indeks dari tiga dimensi yaitu indeks harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks hidup layak.
1) Indeks Harapan Hidup
Indeks harapan hidup ditunjukkan dengan usia rata-rata yang mampu dicapai seseorang sejak lahir hingga meninggalkan dunia. Indeks harapan hidup berasal dari perhitungan angka kelahiran dan kematian per tahun. Variabel tersebut diasumsikan dapat mewakili usia rata-rata lama hidup.
2) Indeks Pendidikan
Indeks pendidikan meliputi dua indikator yaitu angka harapan lama sekolah (HLS) dan rata-rata lama sekolah (RLS). Usia yang digunakan untuk menghitung indeks pendidikan yaitu di atas 25 tahun. Penduduk usia 25 tahun ke atas merupakan sto pendidikan yang dimiliki suatu wilayah.
3) Indeks Hidup Layak
Hidup layak merupakan ukuran rata-rata kemampuan penduduk dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Standar hidup layak mencerminkan kemampuan daya beli penduduk. Indeks hidup layak di Indonesia diukur di setiap provinsi. Setiap provinsi memiliki standar kelayakan berbeda. Meskipun demikian, perhitungan daya beli penduduk dapat diseragamkan menggunakan data rata-rata konsumsi 27 komoditas utama.
b. Manfaat Indeks Pembangunan Manusia
Manfaat penting IPM sebagai berikut.
1) IPM merupakan indikator pengukuran keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/ penduduk).
2) IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/ negara.
3) IPM berperan sebagai data strategis untuk mengukur kinerja pemerintah dan alokator penentuan dana alokasi umum (DAU).
c. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia 2014
Metode baru perhitungan IPM mulai dicanangkan pada tahun 2014. Indonesia melakukan perhitungan mundur dalam periode 2010-2014 untuk menjaga kesinambungan data. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), selama periode 2010-2014 IPM Indonesia meningkat 2,37 poin yaitu dar 66,53 menjadi 68,90. Pertumbuhan IPM Indonesia pada kurun waktu tersebut mencapai 0,89% per tahun. Pencapaian tersebut menempatkan Indonesia pada level pembangunan manusia “menengah atas”. Indonesia berada pada posisi 108 dari 187 negara dalam pencapaian pembangunan manusia di dunia. Di tingkat ASEAN Indonesia berada di posisi kelima.
Masih mengacu data periode 2010-2014 perkembangan IPM didorong kemajuan pada indikator yang membentuk IPM. Data yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS) terkait indikator IPM Indonesia sebagai berikut.
C. Kuantitas Penduduk
1. Sumber Data dan Pengelolaan Data Kependudukan
Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak ke-4 dunia. Urutan pertama yaitu Tiongkok, diikuti Amerika Serikat, dan India. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.34 jiwa. Wilayah Indonesia sangat luas sehingga penduduk tersebar ke pelosok negeri. Meskipun demikian, persebarannya belum merata. Jumlah penduduk setiap daerah dipantau setiap saat. Tujuan pemantauan tersebut yaitus ebagai bahan pertimbangam perencanaan pembangunan negara.
Data kependudukan penting untuk mengetahui potensi sumber daya manusia yang mencakup kuantitas dan kualitas penduduk. Kuantitas penduduk berkaitan dengan jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Kualitas penduduk berkaitan dengan tingkat pendidikan, kesehatan, dan pendapatan. Data kependudukan Indonesia dapat diperoleh dengan berbagai metode meliputi sensus, registrasi, dan survei penduduk.
a. Sumber Data Kependudukan
Keadaan atau banyaknya orang yang mendiami suatu tempat disebut jumlh penduduk.
1) Sensus Penduduk
Sensus berasal dari bahasa Latin “census” yang berarti penaksiran harta benda seorang warga negara dan pencatatan nama warga negara, misalnya untuk keperluan pemungutan pajak. Sensus penduduk merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data kependudukan secara menyeluruh di suatu daera pada waktu tertentu.
Sensus penduduk di Indonesia dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus dilakukan secara berkala bertujuan memantau perkembangan penduduk. Sensus penduduk dilaksanakan melalui dua cara yaitu berdasarkan tempat tinggal dan metode yang digunakan. Berdasarkan tempat tinggal sensus terdiri atas de jure dan de facto. Sememtara itu, berdasarkan metode terdiri atas metode canvasser dan house holder.
2) Registrasi Penduduk
Registrasi penduduk sama dengan sistem registrasi masuk sekolah. Pada registrasi sekolah, calon siswa dituntut aktif mendaftarkan diri ke sekolah. Siswa yang tidak melakukan registrasi dianggap mengundurkan diri sehingga tidak akan terdaftar di sekolah tersebut. Begitu pula dengan registrasi penduduk. Registrasi penduduk wajib dilakukan oleh setiap penduduk yang mengalami peristiwa demografi sehingga terdaftar dalam sistem administrasi kependudukan.
Registrasi penduduk menuntut penduduk untuk proaktif melaporkan diri kepada pemerintah tentang perubahan data yang terjadi. Registrasi dapat dilakukan di tingkat desa atau kelurahan. Setiap ada kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk wajib dilaporkan atau dicatat (di registrasi) di kantor desa atau kelurahan. Keefektifan penduduk untuk melaporkan kepada perangkat desa sangat bermanfaat untuk kemutakhiran data penduduk. Peristiwa kelahiran, kematian, dan migrasi terjadi hampir setiap hari. Oleh karena itu, melakukan registrasi aktif oleh penduduk sangat penting. Kelemahan registrasi penduduk hingga saat ini masih belum berjalan sesuai harapan.
3) Survei Penduduk
Survei penduduk merupakan cara memperoleh data kependudukan dengan tidak menghitung seluruh responden yang ada di suatu negara. Data tersebut diperoleh dengan cara pengambilan sampel. Sampel merupakan contoh atau perwakilan yang dapat mencerminkan karakteristik negara tersebut. Daerah yang dijadikan sampel ditentukan dengan metode khusus. Tujuannya agar tidak terjadi penyimpangan data jauh dari kondisi sebenarnya. Kelemahan survei penduduk terletak pada perolehan data yang tidak akurat. Data yang tidak akurat disebabkan kesalahan pengambilan sampel. Contoh survei penduduk yang dilakukan BPS adalah survei antarsensus (SUPAS) serta survei sosial dan ekonomi nasional (SUSENAS).
b. Analisis Data Kependudukan
Analisis data kependudukan dapat dijadikan dalam bentuk komposisi penduduk. Komposisi penduduk menunjukkan pengelompokkan penduduk pada suatu wilayah dengan kriteria tertentu. Data jumlah penduduk sangat diperlukan dlam menentukkan komposisi penduduk ini. Kriteria yang sering digunakan antara lain usia, jenis kelamin, rasio ketergantungan, kondisi sosial, kondisi ekonomi, dan kondisi geografis.
1) Komposisi Penduduk Berdasarkan Kriteria Biologis
Kriteria biologis yang digunakan untuk menentukan komposisi penduduk yaitu umur dan jenis kelamin. Berdasarkan umur dan jenis kelamin penduduk dapat diketahui dari bentuk piramida penduduk suatu negara.
Komposisi penduduk menurut umur dapat digunakan menentukan rasio beban ketergantungan (dependency ratio). Rasio beban ketergantungan menunjukkan perbandingan jumlah penduduk nonproduktif (<15 tahun dan ?64 tahun) dan penduduk produktif (15-64 tahun). Rasio beban ketergantungan dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut.
Rasio beban ketergantungan = Jumlah penduduk nonproduktif/ Jumlah penduduk produktif . 100
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin yaitu membedakan penduduk dengan melihat jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Data penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat digunakan menghitung rasio jenis kelamin di suatu daerah. Rasio jenis kelamin dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Rasio jenis kelamin = Jumlah penduduk laki-laki/ Jumlah penduduk perempuan . 100
Komposisi penduduk dapat disajikan berdasarkan umur dan jenis kelamin sekaligus. Kombinasi kedua data tersebut tersaji dalam piramida penduduk. Piramida penduduk menjadi representasi kondisi komposisi penduduk suatu daerah dalam jangka waktu tertentu berdasarkan umur dan jenis kelamin. Garis vertikal menunjukkan golongan umur dari termuda sampai tertua dan garis horizontal menunjukkan jumlah penduduk. Perbedaan jenis kelamin dapat digambarkan pada bagian kiri dan kanan piramida. Ruas bagian kiri menggambarkan jumlah laki-laki dan ruas bagian kanan menunjukkan jumlah perempuan.
Berdasarkan bentuk piramida penduduk, kita dapat mengetahui lebih lanjut tentang fenomena kependudukan. Fenomena yang dimaksud seperti jumlah penduduk sesuai jenis kelamin, jumlah usia angkatan kerja, jumlah penduduk usia produktif, dan struktur penduduk suatu daerah. Fenomena kependudukan setiap daerah, bahkan setiap negara tidak sama sehingga memiliki bentuk piramida penduduk yang berbeda. Secara umum, bentuk piramida penduduk dari negara-negara di dunia sebagai berikut.
a) Piramida Penduduk Muda
Piramida penduduk muda berbentuk seperti segitiga sama kaki. Piramida ini disebut muda karena memiliki komposisi dengan jumlah penduduk umur muda lebih banyak daripada penduduk umur tua. Kondisi tersebut menggambarkan terjadinya pertumbuhan penduduk secara tepat. Pertumbuhan penduduk disebut cepat jika angka kelahiran lebih tinggi daripada angka kematian bayi. Bentuk piramida penduduk ini bersifat ekspansif. Piramida penduduk muda terdapat di negara-negara berkembang seperti Indonesia, India, dan Filipina.
b) Piramida Penduduk Stasioner
Piramida penduduk berbentuk stasioner menunjukkan jumlah penduduk umur muda dan tua seimbang. Piramida penduduk berbentuk stasioner memiliki ciri angka kelahiran dan angka kematian seimbang. Jumlah penduduk kelompok umur muda, dewasa, dan tua berada dalam kondisi seimbang. Piramida dengan bentuk ini dimiliki sebagian besar negara di kawasan Eropa Barat.
c) Piramida Penduduk Tua
Piramida penduduk tua berbentuk seperti kepala batu nisan. Piramida bentuk ini menggambarkan angka kelahiran yang menurun dengan cepat dan tingkat kematian rendah. Piramida ini juga dicirikan dengan jumlah kelompok umur muda lebih sedikit dibandingkan kelompok umur tua. Bentuk piramida ini bersifat konstruksi. Piramida bentuk ini dapat terjadi pada negara-negara yang baru saja mengalami perang.
2) Komposisi Penduduk Berdasarkan Kriteria Sosial
Kriteria sosial yang digunakan untuk menyusun komposisi penduduk yaitu tingkat pendidikan dan status perkawinan.
a) Tingkat Pendidikan
Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Tidak sekolah sama sekali
2) Tamat SD
3) Tidak tamat SD
4) Tidak tamat SMP
5) Tamat SMP
6) Tidak tamat SMA
7) Lulusan SMA
8) Lulusan perguruan tinggi
Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai penduduk, semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia suatu daerah.
b) Status Perkawinan
Parameter status perkawinan dalam komposisi penduduk yaitu penduduk dikelompokkan menjadi dua status. Status tersebut yaitu sudah kawin dan belum kawin. Berdasarkan angka perkawinan dapat diprediksi jumlah kelahiran suatu daerah pada waktu tertentu. Semakin tinggi angka kelahiran, semakin besar peluang daerah tersebut memiliki jumlah penduduk yang besar.
3) Berdasarkan Kriteria Ekonomi
Analisis data komposisi penduduk berdasarkan kriteria ekonomi sebagai berikut.
a) Jenis Mata Pencaharian
Pengelompokkan penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian penduduk. Beberapa jenis mata pencaharian penduduk antara lain pegawai negeri, TNI/ Polri, pedagang, buruh tani, pemilik pertanian, dan pengusaha jasa. Dari pengelompokan tersebut dapat diketahui jenis mata pencaharian yang dominan di suatu daerah. Selain itu, dapat diketahui tingkat kemakmuran penduduk. Semakin beragam jenis mata pencaharian, semakin besar kemungkinan tingkat kemakmurannya.
b) Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan penduduk menjadi salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk berdasarkan tingkat pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita merupakan pendapatan total suatu negara dibandingkan dengan jumlah penduduk. Bank Dunia mengelompokkan pendapatan per kapita negara-negara di dunia menjadi empat kelompok berikut.
1) Negara berpendapatan per kapita rendah (kurang dari US$825).
2) Negara berpendapatan per kapita menengah yang rendah (US$826 - 3.225).
3) Negara berpendapatan per kapita menengah yang tinggi (US$3.226 - 10.065).
4) Negara berpendapatan per kapita tinggi atau negara kaya (lebih dari US$10.066).
4) Berdasarkan Kriteria Geografis
Komposisi penduduk berdasarkan kriteria geografis disusun menurut area tempat tinggalnya. Perbedaan area tempat tinggal dapat dilihat dari garis batas administrasinya seperti garis batas desa, kota, kecamatan, kabupaten, provinsi, atau negara.
c. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk menunjukkan proporsi jumlah penduduk terhadap luas wilayahnya. Satuan luas wilayah yang umumnya digunakan adalah kilometer persegi (km2). Kepadatan penduduk di suatu wilayah dipengaruhi beberapa faktor seperti relief, ikim, lahan, sumber daya mineral, serta aksesibilitas. Sebagai contoh daerah yang tanahnya subur memiliki kepadatan penduduk lebih besar daripada daerah tandus. Contoh lainnya, daerah yang relatif datar lebih padat penduduknya daripada daerah berbukit-bukit. Kondisi tersebut terjadi karena daerah dengan relief datar lebih mudah mengakses tempat lan. Kriteria kepadatan penduduk sebagai berikut.
1) Kepadatan Penduduk Kasar
Kepadatan penduduk kasar menunjukkan banyaknya penduduk per satuan luas wilayah. Rumus yang digunakan untuk menghitung kepadatan penduduk kasar sebagai berikut.
Kepadatan penduduk kasar = Jumlah penduduk suatu wilayah (jiwa)/ Luas wilayah (km2)
Contoh soal:
Desa Melati memiliki jumlah penduduk 4.500 iwa. Luas wilayah Desa Melati 100 km2. Berapa kepadatan penduduk kasar Desa Melati?
Jawaban:
Kepadatan penduduk kasar Desa Melati sebagai berikut.
Kepadatan penduduk kasar = 4.500/100 = 45 jiwa/km2
Jadi, setiap 1 km2 luas lahan terdapat 45 penduduk.
2) Kepadatan Penduduk Fisiologis
Kepadatan penduduk fisiologis menunjukkan jumlah penduduk tiap kilometer persegi lahan pertanian. Rumus yang digunakan untuk menghitung kepadatan penduduk fisiologis sebagai berikut.
Kepadatan penduduk fisiologis = Jumlah penduduk suatu wilayah (jiwa)/ Luas lahan pertanian (km2)
Contoh soal:
Desa Mawar memiliki jumlah penduduk 4.200 jiwa. Luas lahan desa tersebut adalah 600 km2. Dari luas lahan tersebut, 350 km2 berupa lahan pertanian. Berapa kepadatan penduduk Dewa Mawar?
Jawaban:
Kepadatan penduduk fisiologis Desa mawar sebagai berikut.
Kepadatan penduduk fisiologis = 4.200/350 = 12 jiwa/km2
Jadi, setiap 1 km2 luas lahan pertanian terdapat 12 penduduk.
3) Kepadatan Penduduk Agraris
Kepadatan penduduk agraris adalah jumlah penduduk yang bermata pencaharian petani tiap-tiap kilometer persegi lahan pertanian. Rumus yang digunakan untuk menghitung kepadatan penduduk agraris sebagai berikut.
Kepadatan penduduk agraris = Jumlah penduduk petani suatu wilayah (jiwa)/ Luas lahan pertanian (km2)
Contoh soal:
Desa Kenanga memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.600 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut sekira 2.000 penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Luas lahan pertanian di Desa Kenanga mencapai 1.000 km2. Berapa kepadatan penduduk agraris di desa tersebut?
Jawaban:
Kepadatan penduduk agraris di Desa Kenanga sebagai berikut.
Kepadatan penduduk agraris = 2.000/1.000 = 2 jiwa/km2
Jadi, setiap km2 luas lahan pertanian terdapat 2 penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani.
D. Bonus Demografi dan Permasalahan Dinamika Kependudukan
1. Bonus Demografi Indonesia
Diprediksi tahun 2020-2030 Indonesia akan menikmati bonus demografi. Bonus demografi terjadi ketika jumlah usia angkatan kerja (usia 15-64) mencapai 70%. Peristiwa ini dipengaruhi oleh transisi demografi yang menunjukkan jumlah penduduk usia produktif meningkat dua kali lipat dari penduduk usia nonproduktif. Peluang ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh setiap penduduk Indonesia. Penduduk diharapkan memiliki produktivitas tinggi dalam pembangunan pada era globalisasi.
a. Bonus Demografi Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Bonus demografi merupakan keuntungan ekonomis yang disebabkan menurunnya proporsi penduduk muda yang mengurangi besarnya biaya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya sehingga sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga (Adioetomo, 2005). Keuntungan ekonomis dipengaruhi oleh penurunan angka kelahiran dalam jangka waktu yang sangat panjang. Beban ketergantungan penduduk usia produktif akan menurun pula.
Bonus demografi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Adapun aspek-aspek yang menunjukkan pengaruh bonus demografi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebagai berikut.
1) Penawaran Tenaga Kerja
Jumlah kelahiran meningkat dan angka kematian bayi rendah merupakan indikator yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja. Pada periode tertentu seseorang akan mengalami perkembangan mencapai dewasa dan mencapai usia kerja. Menurunnya angka kelahiran dan kematian bayi juga ikut berpengaruh terhadap meningkatnya proporsi penduduk usia kerja semakin meningkat. Saat mencapai usia prima (20-54 tahun), mereka akan bekerja sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan lapangan kerja yang memadai. Dengan demikian, penduduk usia produktif dapat bekerja secara menyeluruh. Akhirnya, pendapatan per kapita penduduk meningkat sehingga mendorong peningkatan pendapatan nasional.
2) Peranan Perempuan
Kesuksesan program keluarga berencana (KB) di Indonesia memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Program KB mampu mengurangi beban perempuan untuk mengurus anak. Oleh karena itu, peluang peran perempuan untuk bekerja semakin tinggi. Kondisi ini juga dipengaruhi perkembangan globalisasi yang mendukung emansipasi wanita sehingga perempuan memiliki peran sama dengan laki-laki. Aktivitas perempuan tidak dibatasi dan diberdayakan untuk mengembangkan produktivitasnya. Dengan demikian, penduduk perempuan ikut berkontribusi nyata dalam meningkatkan pendapatan nasional.
3) Tabungan
Bonus demografi ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk usia produktif atau usia kerja. Kelompok penduduk tersebut berpotensi menghasilkan ekonomi dan memiliki tabungan lebih tinggi pula. Seiring dengan pergeseran umur terhadap usia produktif, pada umur 40-65 tahun mereka akan menabung untuk mempersiapkan masa pensiun. Tabungan ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi apabila diinvestasikan secara produktif. Perilaku ini didukung pemerintah yaitu membentuk kebijakan dalam menyediakan iklim kondusif untuk investasi.
4) Modal Manusia
Bertambahnya jumlah penduduk pada usia kerja akan meningkatkan modal manusia dalam jumlah besar. Sumber daya manusia yang produktif akan menjadi subjek pembangunan pada masa bonus demografi mendatang. Dengan demikian, penduduk usia produktif inilah yang akan melaksanakan pembangunan. Potensi ini harus diimbangi dengan keterampilan penduduk usia produksi yang potensial pula. Caranya dengan meningkatkan partisipasi penduduk dalam pendidikan. Pendidikan yang berkualitas akan menciptakan produktivitas sumber daya manusia yang berkualitas pula.
b. Upaya Memanfaatkan Bonus Demografi
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam menyambut bonus demografi. Penyediaan dan pemerataan fasilitas umum seperti pendidikan, kesehatan, dan aksesibilitas antarwilayah telah dilaksanakan sampai wilayah pelosok Indonesia.
1) Menciptakan Sumber Daya Manusia Berkualitas
Cara tepat menciptakan sumber daya manusia berkualitas adalah melalui pendidikan. Pendidikan dilaksanakan sebagai bekal peserta didik mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Upaya mendukung pelaksanaan pendidikan adalah melalui peningkatan sarana dan prasarana pendidikan serta menyediakan tenaga pendidik yang memadai.
Penduduk usia produktif berperan besar dalam bonus demografi. Diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan kualitas penduduk usia produktif, misalnya memberikan bekal keterampilan sesuai lapangan pekerjaan secara kompetitif. Melalui upaya ini bonus demografi akan terlaksana disertai dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
2) Menstabilkan Iklim Investasi Dalam Negeri
Tindakan mengembangkan iklim investasi dalam negeri bertujuan meningkatkan finansial penduduk. Upaya pemerintah mendukung usaha tersebut dengan cara menguatkan lembaga keuangan, baik perbankan maupun nonperbankan. Lembaga perbankan berperan membiayai investasi pembangunan. Namun demikian, lembaga perbankan belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat berinvestasi. Oleh karena itu, pemerintah dapat memberikan pendidikan finansial kepada masyarakat sehingga menumbuhkan rasa aman dalam berinvestasi.
3) Memberdayakan Penduduk Lanjut Usia sebagai Aset Negara
Jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia semakin bertambah. Pertambahan tersebut akan menjadi beban negara apabila terjadi permasalahan kesehatan dan produktivitasnya menurun. Namun demikian, penduduk usia lanjut dapat menjadi aset produktif melalui peningkatan kualitas kesehatan penduduk lanjut usia.
4) Menyediakan Lapangan Kerja
Bonus demografi akan menjadi peluang besar apabila penduduk mendapatkan pemberdayaan yang memadai serta penyediaan lapangan kerja mencukupi. Perubahan ekonomi pada sektor industri menjadi salah satu aspek utama yang akan mendapatkan dampak dari bonus demografi. Akan tetapi, peningkatan industri dalam jumlah besar belum bisa memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat apabila kondisi angkatan kerja bermutu rendah.
5) Mewujudkan Jaminan Sosial
Pemerintah berkewajiban mewujudkan jaminan sosial secara nasional kepada seluruh lapisan masyarakat. Jaminan ini berfungsi meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Selain itu, jaminan sosial sangat penting untuk pengembangan sumber daya manusia. Pembentukan jaminan sosial dapat mempertimbangkan potensi tabungan masyarakat dan mencegah kebijakan yang mempengaruhi penurunan tabungan masyarakat.
6) Meratakan Pelayanan Kesehatan
Sebagian penduduk masih tergolong penduduk miskin. Pengentasan kemiskinan berupa fasilitas asuransi kesehatan merupakan salah satu solusinya. Penduduk miskin juga diberi kesempatan melakukan usaha produktif guna membiayai pelayanan kesehatan secara mandiri. Pelayanan kesehatan yang bermutu akan memberikan layanan terbaik kepada anggota masyarakat.
Bonus demografi tidak secara langsung datang dengan sendirinya. Diperlukan beberapa syarat untuk memenuhinya yaitu tingkat fertilitas harus menurun menjadi 1,86 per wanita dan angka kematian bayi menjadi 18,9 per seribu kelahiran hidup. Tingkat fertilitas dipengaruhi penggunaan alat kontrasepsi bagi wanita kawin usia 15-45 tahun sehingga angka kelahiran dapat ditekan. Keberhasilan program keluarga berencana (KB) di Indonesia selama ini telah mampu menggeser struktur penduduk pada proporsi penduduk usia produktif yang lebih besar. Oleh karena itu, perempuan ber-KB merupakan pahlawan kependudukan Indonesia dalam partisipasinya menekan angka fertilitas sebesar 57,43%.
2. Permasalahan Kependudukan Indonesia
Banyak anak banyak rezeki. Sekiranya anggapan tersebut patut dibantahkan oleh masyarakat Indonesia. Mengapa demikian? Tampaknya anggapan ini tidak relevan dengan kehidupan masyarakat saat ini. Faktanya, angka kelahiran yang meningkat akan mempengaruhi tingginya jumlah penduduk. Semakin tinggi jumlah penduduk, semakin besar pula permasalahan kependudukan. Kebutuhan hidup masyarakat semakin terdesak dan kesempatan dalam dunia kerja semakin terbatas. Permasalahan kependudukan di Indonesia harus secepatnya diatasi. Apabila permasalahan kependudukan masih berlanjut hingga tahun 2020, bonus demografi akan menjadi bencana.
a. Masalah Akibat Kelahiran dan Kematian Bayi
Tingkat fertilitas tertinggi dialami penduduk wanita berusia 20-24 tahun. Kelahiran akan meningkatkan jumlah penduduk dan berpotensi menyebabkan ledakan penduduk. Selain itu, meningkatnya angka kelahiran akan menjadi beban negara yang berfokus pada penyediaan fasilitas fisik seperti kesehatan. Angka kelahiran meningkat mempengaruhi pertumbuhan penduduk yang tidak sebanding dengan peningkatan kesejahteraan penduduknya. Adapun upaya untuk mencegah masalah kependudukan akibat angka kelahiran meningkat antara lain:
1) melaksanakan program keluarga berencana (KB);
2) menunda usia pernikahan sampai selesai pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan;
3) meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja; serta
4) meningkatkan taraf ekonomi dan sosial masyarakat.
Selain meningkatkannya angkatan kelahiran bayi, kematian bayi turut menyumbang permasalahan penduduk di Indonesia. Angka kematian bayi yang meningkat mempengaruhi rendahnya tingkat harapan hidup bayi. Kondisi ini disebabkan oleh kualitas kesehatan penduduk yang rendah pula. Kualitas kesehatan penduduk tidak lepas dari tingkat pendapatan penduduk. Penduduk dengan tingkat pendapatan tinggi mampu memenuhi kebutuhan gizi dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
b. Masalah Mobilitas Penduduk Indonesia
Mobilitas penduduk di Indonesia berhubungan dengan fenomena urbanisasi yang terpusat di wilayah perkotaan khususnya di Pulau Jawa. Akibatnya, laju pertumbuhan penduduk perkotaan menunjukkan peningkatan secara terus-menerus. Kondisi ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ekonomi yang disertai perkembangan industri serta perkembangan sarana dan prasarana transportasi di perkotaan. Fenomena ini akan berdampak pada persebaran penduduk di Indonesia yang tidak merata.
Adapun salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan kependudukan tersebut adalah mempercepat proses pengembangan wilayah perdesaan menjadi daerah perkotaan disesuaikan dengan potensi sumber daya manusia daerah setempat. Dengan demikian, diperlukan usaha dalam meningkatkan minat penduduk desa untuk menetap di desa. Caranya dengan menerapkan pola pembangunan yang berorientasi pada perdesaan. Misalnya memasukkan fasilitas, perkotaan ke perdesaan seperti pembangunan trans Papua dan pembangunan jalan total di Kalimantan. Upaya tersebut bertujuan menekan arus urbanisasi ke wilayah perkotaan dan mendorong kegiatan ekonomi perdesaan.
c. Masalah Komposisi Penduduk Indonesia
Komposisi penduduk Indonesia masih menunjukkan penumpukan jumlah penduduk usia muda. Keadaan ini akan berdampak pada kondisi ekonomi, pemenuhan gizi, pendidikan, dan lapangan kerja. Jumlah penduduk usia muda yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk usia produktif akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Akibatnya, beban tanggungan penduduk produktif meningkat dan mengurangi pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.
Adapun upaya penanggulangan masalah komposisi penduduk di Indonesia sebagai berikut.
1) Mengendalikan angka kelahiran.
2) Meningkatkan masa pendidikan dari wajib belajar (wajar) sembilan tahun menjadi wajar dua belas tahun.
3) Memberikan bantuan dana pendidikan.
d. Masalah Angkatan Kerja Indonesia
Permasalahan angkatan kerja berhubungan dengan jumlah penduduk yang bekerja dengan angkatan kerja dan ditunjukkan dengan angka pengangguran. Angka angkatan kerja rendah berpotensi memperkecil pendapatan per kapita dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Masalah pengangguran di Indonesia merupakan beban bersama.
Pada pertengahan tahun 2016 angka pengangguran di Indonesia mencapai 7,02 juta jiwa. Pada tahun 2015 angka pengangguran mencapai 7,56 juta jiwa. Dengan demikian, angka tersebut menunjukkan penurunan setiap tahunnya. Penurunan angka pengangguran di Indonesia tidak lepas dari peran pemerintah, misalnya penyediaan lapangan pekerjaan yang memadai serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan keterampilan.
e. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di 34 provinsi Indonesia masih belum merata. Kepadatan penduduk masih terpusat di kawasan Pulau Jawa. Kepadatan penduduk yang tidak seimbang mempengaruhi kegiatan pembangunan yang tidak merata pula. Fenomena ini mendorong terjadinya perpindahan penduduk di wilayah dengan pembangunan terbelakang ke daerah yang pembangunannya lebih maju. Dengan demikian, daerah yang lebih padat akan semakin padat. Adapun upaya pemecahan masalah akibat ketidakseimbangan kepadatan penduduk yaitu melalui program transmigrasi.
Kondisi kependudukan Indonesia saat ini bagaikan dua sisi mata uang. Disatu sisi, jumlah penduduk usia muda meningkat menyebabkan Indonesia mendapatkan bonus demografi. Bous demografi berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Peluang ini merupakan modal besar Indonesia untuk menjadi negara maju. Di sisi lain, tingginya angka usia muda akan menjadi masalah bagi Indonesia. Peningkatan angka kelahiran tanpa disertai kesiapan sumber daya manusia berkualitas dan jumlah lapangan lapangan pekerjaan yang memadai akan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, kuantitas penduduk yang tinggi perlu diimbangi peningkatan kualitas penduduk yang tinggi pula.
Post a Comment
Post a Comment