Iklan

Ad Unit (Iklan) BIG

Rekayasa Sosial di Indonesia

Post a Comment



REKAYASA SOSIAL DI INDONESIA

1.      Latar Belakang

Masyarakat adalah makhluk sosial yang mengalami dinamika sosial, sehingga tidak selalu dalam kondisi statis. Berbagai masalah sosial dapat terjadi di kalangan masyarakat dan perlu upaya untuk memecahkan masalah tersebut sehingga memperbaiki sistem sosial yang mengarah pada kehidupan yang lebih baik. Adanya ketidakseimbangan antara das sollen dengan das sein atau apa yang dicita-citakan di masyarakat tidak sesuai dengan apa yang terjadi merupakan latar belakang adanya rekayasa sosial. Masalah sosial dapat disebabkan kesalahan berfikir yang berkembang di masyarakat, sehingga diperlukan rekayasa sosial. Rekayasa sosial merupakan perubahan sosial yang direncanakan, berupaya mengubah masyarakat sesuai yang dikehendaki. Rekayasa sosial tidak akan terlaksana, apabila terdapat kesalahan berfikir di masyarakat.


Berdasarkan perkembangannya, Indonesia terus mengalami pertambahan jumlah penduduk di setiap tahunnya (Gambar 1.). Tingginya pertambahan penduduk ini disebabkan karena hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan yang tidak bisa dihentikan. Maka dari itu, keadaan tersebut harus didukung dengan peningkatan pangan. Sesuai dengan apa yang dinyatakan Thomas Robert Malthus, bahwa manusia untuk dapat hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Sehingga perlu disadari bahwa kemampuan sumber daya alam sebagai penghasil pangan terbatas. Untuk itu, diperlukan pengembangan sumber daya alam yang pada akhirnya ditujukan bagi peningkatan produksi pangan.


Dalam usaha peningkatan produksi pangan, diperlukan pengembangan teknologi pertanian yang mumpuni. Salah satu upaya peningkatan produksi pangan melalui pengembangan teknologi pertanian adalah dengan Revolusi Hijau. Revolusi hijau merupakan sebuah upaya modernisasi sistem dan budaya pertanian tradisional. Di Indonesia, penerapan revolusi hijau terjadi pada masa Orde Baru (Gambar 2.). Pada tahun 1970 hingga 1980, pemerintahan Orde Baru melakukan investasi besar-besaran di sektor pertanian. Pemerintah Orde Baru membangun dan mengembangkan program-program modernisasi pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian Indonesia. Dalam buku Petani dan Penguasa (1999) karya Noer Fauzi, salah satu usaha pokok yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi pertaian, yaitu degan intensifikasi pertanian. Intensifikasi pertanian merupakan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi tani dengan cara meningkatkan produktivitas kerja. Pada tahun 1984, peerintah Orde Baru mengeluarkan program Panca Usaha Tani yang kemudian seiring dengan semakin meningkatnya upaya intensifikasi, Panca Usaha Tani kemudian berubah menjadi Sapta Usaha Tani (Gambar 3.).

 


Sapta usaha tani padi sawah adalah tujuh tindakan yang harus dilakukan petani untuk menghasilkan pendapatan yang maksimum meliputi pengolahan tanah, penggunaan benih unggul, pemupukan, pengendalian hama, dan penyakit tanaman padi sawah, pengairan, pengolahan hasil, dan pemasaran. Dengan program Sapta usaha tani diharapkan petani bisa mengetahui cara-cara budidaya yang baik agar diperoleh produksi yang maksimum serta dapat meningkatkan pendapatan, dengan harapan dapat diikuti dengan naiknya pendapatan. Masalah yang sering dihadapi dalam melaksanakan usaha tani adalah keterbatasan modal, saprodi, keadaan iklim, dan pengetahuan di dalam merencanakan usaha tani. Keadaan demikian ini turut mempengaruhi tingkat produktivitas pertanian.

 

2.      Target Masyarakat

Kelompok masyarakat yang menjadi target dalam program sapta usaha tani adalah kelompok petani. Melalui kelompok-kelompok tani ini, mereka mendapatkan informasi berkaitan dengan penerapan teknologi pertanian yang sangat berguna bagi pengembangan usaha pertaniannya. Adapun tingkat peranan kelompok tani dalam penerapan sapta usaha tani dinilai dari beberapa faktor yaitu: (a) proses perencanaan, (b) kerjasama dalam melaksanakan rencana, (c) kegiatan belajar mengajar, (d) pengembangan dan pemanfaatan milik kelompok, dan (e) inisiatif dan kesepakatan kelompok.

 

3.      Gagasan Program

Untuk memajukan pertanian dalam konteks membangun ketahanan dan kedaulatan pangan, diperlukan upaya memajukan dan melakukan intensifikasi pertanian. Pada awalnya, program intensifikasi pertanian dikenal dengan nama Panca Usaha Tani diperkenalkan oeh pemerintah Orde Baru pada tahun 1984, yang meliputi kegiatan: (a) pengolahan tanah yang baik, (b) pengairan/ irigasi yang teratur, (c) pemilihan bibit unggul, (d) pemupukan, dan (e) pemberantasan hama dan penyakit tanaman. Seiring dengan semakin meningkatnya upaya intensifikasi, Panca Usaha Tani kemudian berubah menjadi Sapta Usaha Tani dengan penambahan (f) pasca panen dan (g) pemasaran.

Berkembangnya penerapan panca usaha tani mendorong bangkitnya gairah merekayasa varietas-varietas unggul, perlunya didirikan pabrik pupuk (urea merupakan pupuk pertama yang diproduksi di Indonesia, disusul ZA, TSP, dan lainnya), lahirnya alat pengolah tanah (traktor tangan), pemroses hasil pertanian (diantaranya perontok gabah, huller, dan lainnya), dan munculnya berbagai formulasi pestisida (sekarang sudah ada industri pestisida). Peran lembaga penelitian dan perguruan tinggi menjadi menonjol dalam menyajikan temuan teknologi baru dan berbagai penyempurnaan teknologi budidaya lama yang sasarannya adalah meningkatkan dan mengamankan produksi sekaligus mengamankan kelangsungan hidup manusia dan membuka peluang hidup bagi generasi berikut bebas dari rasa takut tidak bisa makan. Panca usaha pertanian terus berkembang. Berbagai lembaga terkait, langsung atau tidak langsung, dengan pertanian diikutkan dalam bimbingan massal. Muncul rekayasa sosial sapta usaha pertanian. Sapta usaha tani adalah kiat-kiat/cara-cara yang digunakan oleh petani pada tanaman padi untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas dan baik.

 

4.      Pelaksanaan Program

Intensifikasi pertanian yang dilakukan melalui program Panca Usaha Tani dapat berupa sebagai berikut.

a.      Penggunaan Bibit Unggul

Pemilihan bibit unggul adalah langkah pertama yang dilakukan oleh para petani pada sapta usaha tani. Bibit unggul adalah jenis bibit yang memiliki sifat-sifat menguntungkan bagi peningkatan produksi pangan. Pemilihan bibit sangat berpengaruh besar pada hasil panen yang akan dihasilkan nantinya. Berikut ini adalah beberap jenis bibit padi yang unggul dan berkualitas:

1)      IR, dan IR 64

2)      PB 5, dan PB 8

3)      Bramo

4)      Rajalele

5)      Cisadane

 

Pemilihan bibit unggul juga sangat menunjang akan hasil padi yang dihasilkan nantinya. Adapun ciri-ciri benih yang baik adalah sebagai berikut:

1)      Berlabel

2)      Bermutu tinggi

3)      VUTW (Varietas unggul tahan wereng)

4)      Kemampuan berproduksi tinggi

 

b.      Teknik Pengolahan Lahan Pertanian

Proses kedua yang dilakukan pada sapta usaha tani adalah pengolahan tanah secara baik. Mengolah tanah bertujuan agar tanah yang ditanami dapat menumbuhkan tanaman secara baik dan membuahkan hasil yang berlimpah. Sebagai masyarakat agraris, bangsa Indonesia sejak zaman dahulu telah mengenal cara-cara mengolah tanah agar mendapatkan hasil pertanian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Beberpa alat sederhana yang dulu digunakan diantaranya cangkul, garu, garu tangan, bajak, landak, dan lain sebagainya.


Semakin maju peradaban manusia, makin canggih pula alat alat-alat dan teknik yang digunakan untuk mengolah lahan pertanian (Gambar 4.). Pada zaman yang makin maju dewasa ini, pemakaian cangkul dan bajak sebagai alat untuk membalik tanah agar tanah menjadi gembur telah diganti dengan pemakaian traktor. Dengan demikian bercocok tanam di sawah lebih ringan, cepat, mudah dan hasilnya lebih sempurna. Namun, traktor juga mempunyai dampak negatif pada tanah yang dibajak, diantaranya: bajak yang terdapat pada traktor tidak dapat membalik tanah dengan sempurna dan bahan bakar minyak yang digunakan pada traktor dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Dikarenakan hasil panen juga dipengaruhi oleh kondisi tanah maka kita harus memilih tanah yang baik. Berikut ini adalah syarat-syarat tanah yang baik yaitu sebagai berikut.

1)      Memiliki cukup rongga udara, gembur, dan tidak padat

2)      Mengandung banyak unsur organik

3)      Banyak mengandung mineral dan unsur hara

4)      Mampu menahan air

5)      Memiliki kadar asam dan basa tertentu

 

c.       Pengaturan Irigasi 


Untuk meningkatkan produksi perlu diatur sistem irigasi atau pengairan yang baik karena air merupakan kebutuhan vital bagi tanaman (Gambar 5.). Selain membantu pertumbuhan tanaman secara langsung, air bagi lahan petanian juga berfungsi membantu mengurangi atau menambah kesamaan tanah. Air membantu pelarutan garam-garam mineral yang sangat diperlukam oleh tumbuhan. Akar tumbuhan menyerap garam-garam mineral dari dalam tanah dalam bentuk larutan. Pemberian air atau pengairan pada tumbuhan padi tidak boleh terlalu banyak maupun terlalu sedikit. Jika air yang diberikan terlalu banyak akan mengakibatkan pupuk atau zat makanan disekitar tanaman akan hilang terbawa oleh air. Sebaliknya, jika terlalu sedikit tumbuhan akan mati karena tidak mendapatkan air

 

d.      Pemupukan

Memberikan pupuk pada tanaman pada prinsipnya adalah memberikan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman (Gambar 6.). Secara alamiah, di dalam tanah telah terkandung beberapa unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Namun masih perlu ditambah untuk mandapatkan jumlah unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan harus dilakukan dengan tepat, baik dalam jumlah pupuk, masa pemupukan maupun jenis pupuknya. Hilangnya unsur hara dalam tanah bukan saja karena diserap oleh tumbuhan, tetapi juga mungkin karena erosi atau pengikisan tanah oleh air. Apabila erosi dibiarkan berlarut-larut, tanah akan menjadi kritis, yaitu tanah tidak lagi mengandung unsur hara sehingga tidak dapat ditanami oleh tumbuhan.


Pupuk dapat digolongkan menjadi beberapa jenis menurut proses terjadinya/ cara pembuatanya, menurut asalnya, dan menurut unsur hara yang terdapat/ terkandung di dalamnya. Berdasarkan proses terjadinya/ proses pembuatannya pupuk dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1)      Pupuk Alami

Pupuk alami adalah pupuk yang terbentuk atau proses pembuatannya secara alamiah, yakni dari proses pembusukan yang dilakukan oleh mikroorganisme atau makhluk pengurai (detrivor) yang menguraikan bangkai, sampah, atau kotoran hewan atau manusia menjadi tanah yang mengandung unsur-unsur hara yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Berikut ini adalah beberapa contoh dari pada pupuk alami diantaranya sebagai berikut

a)      Pupuk kompos, adalah pupuk alamiah yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang bermacam-macam.

b)     Pupuk hijau, adalah pupuk alamiah yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan terutama polong-polongan/kacang- kacangan, daun, batang,dan akar.

c)      Pupuk kendang, adalah pupuk alamiah yang berasl dari sisa-sisa penguraian mikroorganisme.

d)     Pupuk guano, adalah pupuk yang berasal dari kotoran burung.

 

2)      Pupuk Buatan

Pupuk buatan adalah pupuk yang sengaja dibuat di pabrik-pabrik pupuk dan mengandung zatzat yang sesuai dengan keperluan pertumbuhan tanaman. Pupuk buatan ini ada yang khusus dibuat untuk pertumbuhan daun, khusus untuk bunga, atau khusus untuk bunga. Pemakaian pupuk buatan sangat praktis dan lebih berdaya guna dibandingkan dengan pupuk alami. Dalam penggunaanya, pupuk buatan dapat diatur seberapa besar zat yang dibutuhkan oleh tanaman. Berikut ini adalah beberapa pupuk yang tergolong sebagai pupuk buatan, diantaranya sebagai berikut.

a)      NPK (Nitrogen Pospor Kalum)

b)      ZA (Zwafel Zuur Amonia)

c)      TSP (Triple Super Pospor)

d)      DSP (Double Super Pospor)

e)      ESP (Engkel Super Pospor)

 

Pemberian pupuk yang baik salah satunya dapat kita lakukan melalui cara pemupukan yang tepat 4 tepat, yaitu sebagai berikut.

1)      Tepat dosis, jumlah pupuk yang diberikan sesuai dengan jumlah pupuk yang dibutuhkan tanaman (tidak boleh terlalu banyak atau terlalu sedikit)

2)      Tepat jenis, pupuk yang diberikan sesuai dengan jenis tanaman.

3)      Tepat waktu, pupuk yang diberikan sesuai dengan waktu pemberian pupuk bagi tanaman.

4)      Tepat tempat, pupuk yang diberikan disesuaikan pada tempat dimana tumbuhan dapat menyerap dengan cepat. Pada tumbuhan padi tempat yang baik adalah di dekat akar.

 

 

e.       Pemberantasan Hama


Proses selanjutnya adalah pemberantasan hama, gulma, dan penyakit (Gambar 7.). Pada prinsipnya pemberantasaan hama,gulma,dan penyakit bertujuan untuk mencegah tanaman mati karena diserang oleh hama,gulma, atau penyakit tanaman. Serangan hama dan penyakit tanaman akan nmenurunkan tingkat produktifitas tanaman bahkan gagal sama sekali. Maka dari itu proses ini sangat diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman.

1)      Penyakit

Penyakit tanaman merupakan mikroorganisme yang merugilan dan mengganggu oleh virus, jamur,dan jasad renik lainnya yang perkembangbiakannya cepat. Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit yang menyerng tanaman padi.

a)      Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyriclaria Oryzae yang menyerang padi gaga pada bagian daun, tangkai malai, maupun pada gabah berupa bercak-bercak.

b)      Penyakit Helminthosporium menyerang bagian daun dan menimbulkan bercak-bercak merah kecoklatan.

 

 

 

2)      Gulma

Gulma adalah organisme pengganggu yang berupa tumbuhan yang berkembangbiaknya cepat. Eceng gondok merupakan salah satu gulma air yang dapat merusak saluran irigasi pada tanaman karena akar eceng gondok dapat menyebabkan pendangkalan aliran air.

 

3)      Hama

Hama adalah organisme pengganggu yang berupa hewan yang berkembangbiaknya cepat. Contoh hama antara lain adalah wereng, belalang, ulat,dan tikus.

Pada tahun 1998, para petani di daerah Lampung dikejutkan oleh oleh meledaknya populasi belalang kembara yang menyerang tanaman padi. Para petani terpaksa membakar tanaman padi mereka untuk memusnahkan hama tersebut. Hal ini tentu sangat merugikan, baik bagi petani maupun bagi dunia pertanian lainnya. Kejadian seperti diatas mungkin saja terjadi di daereh lain. Mungkin dengan hama yang sama atau hama yang berbeda, misalnya wereng atau tikus. Bahkan, sangat dimungkinkan panen gagal karena serangan penyakit dan gulma tanaman. Karena itu, hama, penyakit, dan gulma tanaman harus dikendalikan, baik secara biologi, fisis, mekanis, kimiawi, dan radiasi. Cara pengendalian hama, gulma, dan penyakit pada tanaman sebagai berikut.

1)      Pengendalian secara biologi, adalah pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan pemangsa/predator hama atau penyakit tersebut. Misalnya, pengendalian tikus sawah menggunakan ular sawah. Pengendalian hama secara biologi tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Namun, pengendalian hama dengan cara ini juga mempunyai kelemahan yaitu dapat menimbulkan hama baru.

2)      Pengendalian secara fisis, adalah pengendalian hama dengan cara dipanaskan atau dibakar. Misalnya, pada padi yang telah dipanen batang padi yang tersisa dibakar. Pengendalian dengan cara ini menimbulkan efek buruk yaitu dengan timbulnya kabut asap hasil dari pembakaran.

3)      Pengendalian secara mekanis, adalah pengendalian hama tanpa menggunakan bahan kimia maupun hewan pemangsa. Pengendalian secara mekanis sampai sekarang masih digunakan oleh para petani pada saat membasmi gulma disawah. Alat-alat yang digunakan diantaranya sabit, sorok, atau cangkul kecil. Namun kelemahannya adalah tidak dapat digunakan untuk lahan yang luas karena akan memakan banyak waktu

4)      Pengendalian secara kimiawi, adalah pengendalian dengan menggunakan bahan-bahan kimia atau obat-obatan pestisida. Namun dalam pemakaiannya harus diatur dan dapat merusak lingkungan. Berikut ini adalah bahan-bahan kimia atau obat-obatan pestisida yang digunakan untuk pengendalikan hama, gulma, dan penyakit pada tanaman.

a)      Herbisida untuk membasmi rumput dan tanaman liar

b)      Fungisida untuk membasmi jamur

c)      Algasida untuk membasmi ganggang

d)      Ovisida untuk membasmi telur suatu hama

e)      Larvasida untuk membasmi larva

f)       Insectisida untuk membasmi serangga

g)      Malakosida untuk membasmi siput

h)      Rodentisida untuk membasmi hewan pengerat

5)      Pengendalian secara radiasi, adalah pengendalian hama dengan zat radio aktif. Namun, hal ini hanya dapat dilakukan terhadap hewan jantan.

 

f.        Penanganan Panen dan Pasca Panen

Pasca panen adalah kegiatan yang dilakukan para petani setelah melakukan panen. Di pulau jawa panen dilakukan tiga kali dalam satu tahun, dengan umur padi sampai dengan panen kurang lebih empat bulan. Contoh kegiatannya antara lain menanam jenis tanaman yang berbeda (selain tanaman pokok) yang umurnya pendek (Gambar 8.). Hal ini ditujukan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Dan, selain itu juga dapat menambah penghasilan petani.

 

g.      Pemasaran


Pemasaran yang baik termasuk hal yang penting dalam sapta usaha tani. Misalnya, apabila hasil panen baik tetapi cara pemasran kurang sama saja petani akan merugi. Pada zaman dahulu, dikarenakan petani sering membutuhkan dana yang sifatnya secara mendadak dan dalam jumlah yang cukup besar, petani biasanya menjual gabah dengan sistem hijau/ ijon. Sistem hijau atau ijon ialah menjual hasil panen saat kondisi padi masih hijau. Hal ini sangat merugikan bagi para petani, karena jumlah pengeluaran lebih besar dari hasil yang didapat. Namun, hal ini lama-lama dihilangkan karena BULOG langsung membeli gabah dari para petani. Hal tersebut dapat meringankan beban petani. Petani dapat menjual beras kepada BULOG ataupum kepada pedagang beras di pasar beras.

 

5.      Dampak Program

a.      Dampak Positif

Dampak dari adanya program sapta usaha tani adalah sebagai berikut.

1)      Meningkatnya kesejahteraan petani

2)      Menguatnya perekonomian pedesaan

3)      Meningkatkan ketahanan pangan nasional

4)      Membuka kesadaran masyarakat pedesaan akan pentingnya adaptasi teknologi

 

b.      Dampak Negatif

Selain memiliki dampak yang positif, program ini juga memberikan dampak negatif yaitu sebagai berikut.

1)      Penurunan produksi protein, dikarenakan pengembangan serealia (sebagai sumber karbohidrat) tidak diimbangi pengembangan pangan sumber protein dan lahan peternakan diubah menjadi sawah

2)      Penggunaan teknologi modern dalam usaha tani yang belum merata menimbulkan kesenjangan

3)      Ketergantungan petani terhadap pupuk kimia dan pestisida yang tidak ramah lingkungan

4)      Munculnya kapitalisasi dalam sektor pertanian

5)      Penurunan keanekaragaman hayati

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter