A. Pengertian Batuan Beku
1. Pengertian umum
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin : ignis, “api”) adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif
(vulkanik).
2. Pengertian menurut para ahli
a. The American Institute’s Glossary of Geology
Igneous rock : A rock that solidified from molten or party molten
material; that is from a magma.
b. WT. Huang (1962)
Batuan Beku merupakan batuan yang terbentuk akibat adanya
pembekuan magma didalam bumi atau pembekuan lava diatas permukaan bumi.
batuan beku merupakan kumpulan interlocing agregat mineral-mineral silikat
hasil magma yang mendingin.
c. Turner (1974)
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk secara langsung dari
magma, baik di bawah permukaan bumi, maupun di atas permukaan bumi.
d. Bates dan Jackson (1990)
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari proses pembekuan
magma baik secara ekstrusif maupun secara intrusif, yaitu proses perubahan
fase dari fase cair ke fase padat.
B. Terkstur dan Struktur Batuan
Tekstur batuan memperlihatkan karakterisitik komponen penyusun batuan.
Tekstur merupakan hubungan antara massa mineral dengan massa gelas yang
membentuk massa yang merata dari batuan. Selama pembentukan tekstur dipengaruhi
oleh kecepatan dan stadia kristalisasi. Yang kedua tergantung pada suhu, komposisi
kandungan gas, kekentalan magma dan tekanan. Dengan demikian tekstur tersebut
merupakan fungsi dari sejarah pembentukan batuan beku. Dalam hal ini tekstur tersebut menunjukkan derajat kristalisasi (degree of crystallinity), ukuran butir (grain
siza), granularitas dan kemas (fabric), (Williams, 1982). Tekstur batuan dilihat dari :
1. Derajat kristalisasi
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk
kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila
magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar.
Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan
tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya
berbentuk amorf.
Batuan beku dengan hubungannya dengan kristal-kristal memiliki tekstur
kristal, dimana terdiri dari fragmen-fragmen clastik atau tekstur piroklastik. Derajat
kristalinitas terdiri dari tiga bagian yaitu:
a. Holokristalin, tersusun oleh massa Kristal keseluruhannya. b. Hipokristalin, tersusun oleh massa Kristal dan gelas. c. Holohyalin, tersusun oleh massa gelas seluruhnya.2. Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat
sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi
dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal 2 kelompok ukuran butir, yaitu afanitik
dan fanerik.
a. Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat halus,
sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang sehingga diperlukan
bantuan mikroskop.
Dalam analisis mikroskopis dapat dibedakan:
- Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa
diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar
0,1 – 0,01 mm.
- Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku
terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop.
Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
- Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
b. Fanerik/ fanerokristalin
Fanerik/ fanerokristalin, besar kristal-kristal dari golongan ini dapat
dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal
individu t = yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuranukuran :
- Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm.
- Sedang, ukuran diameter kristal 1 mm – 5 mm.
- Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm – 30 mm.
- Sangat kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm.
c. Kemas
Dalam kemas batuan beku meliputi bentuk kristal dan susunan hubungan
kristal dalam suatu batuan.
1) Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan
sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal
tiga bentuk kristal, yaitu:
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam :
- Euhedral, adalah bentuk Kristal dan butiran mineral mempunyai bidang
kristal yang sempurna.
- Subhedral, adalah bentuk Kristal dan butiran mineral dibatasi oleh sebagian
bidang kristal yang sempurna.
- Anhedral, adalah bentuk Kristal dan butiran mineral dibatasi oleh sebagian
bidang kristal yang tidak sempurna.
Dilihat dari tiga dimensi, yaitu :
- Equidimensional, yaitu bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
- Tabular, yaitu bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi
lain.
- Iregular, yaitu bentuk kristal tidak teratur.
2) Relasi
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan
antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara
garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Granularitas atau Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran
kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar (seragam).
Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi
tiga, yaitu:
- Panidimorphic granular yaitu sebagian besar mineral mempunyai
ukuran yang seragam dan euhedral.
- Hipidiomorfik granular terdiri dari mineral yang berukuran butir
relatif seragam dan subhedral.
- Allotiomorfik granular terdiri dari mineral yang sebagian besar
berukuran relatif seragam dan anhedral.
b) Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk
batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain
disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.
- Porfiritik, adalah tekstur batuan dimana kristal besar (fenokris)
tertanam dalam masa dasar yang lebih halus.
- Vitroverik tekstur adalah berkarakter fenokris tertanam dalam masa
dasar berupa gelas.
Tekstur khusus batuan beku, adalah tekstur yang menunjukkan hubungan antara
bentuk dan ukuran butir juga ada yang menunjukkan arah pertumbuhan bersama
antara mineral – mineral yang berbeda. Tetapi tekstur ini sangat sulit diamati secara
megaskopis. Beberapa tekstur khusus dari batuan beku:
- Diabasik, yaitu tekstur dimana plagioklas tumbuh bersama dengan piroksen, di sini
piroksen tidak terlihat jelas dan plagioklas radier terhadap piroksen.
- Trachitik, yaitu tekstur dimana fenokris sanidin dan piroksen tertanam dalam masa
dasar kristal sanidin yang relatif tampak penjajaran dengan isian butir – butir
piroksen, oksida besi dan aksesori mineral.
- Intergranular adalah tekstur batuan beku yang memiliki ruang antar plagioklas
ditempati oleh kristal – kristal piroksen, olivin atau biji besi.
Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan
lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar
hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya:
- Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah
laut, membentuk struktur seperti bantal.
- Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun
secara teratur tegak lurus arah aliran.
- Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain
yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
- Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya
gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah
yang teratur.
- Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubanglubangnya
besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
- Amigdaloidal, yaitu struktur di mana lubang-lubang gas telah terisi oleh
mineralmineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
- Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain
yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan strukturstruktur
yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (
joint) atau rekahan (fracture) dan
pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar
berlembar).
C. Klasifikasi Batuan Beku
Berbagai klasifikasi telah dikemukakan oleh beberapa ahli, kadang-kadang satu
batuan pada klasifikasi yang lain penamaannya berlainan pula. Dengan demikian
seseorang Petrologi harus benar-benar mengerti akan dasar penamaan yang diberikan
pada suatu batuan beku.
1. Klasifikasi Berdasarkan Kimiawi
Klasifikasi ini telah lama menjadi standar dalam Geologi (C.J Huges, 1962),
dan dibagi dalam empat golongan, yaitu:
a. Batuan beku asam, bila batuan beku tersebut mengandung lebih dari 66%
SiO2. Contoh batuan ini Granit dan Rhyolit.
b. Batuan beku menengah atau intermediet, bila batuan tersebut mengandung
52%-66% SiO2. Contoh batuan ini adalah Diorit dan Andesit.
c. Batuan beku basa, bila batuan tersebut mengandung 45% - 52% SiO2. Contoh
batuan ini adalah Gabro dan Basalt.
d. Batuan beku ultra basa, bila batuan beku tersebut mengandung kurang dari 45%
SiO2. Contoh batuan tersebut adalah Peridotit dan Dunit.
2. Klasifikasi Berdasarkan Mineralogi
Dalam klasifikasi ini indeks warna akan menunjukkan perbandingan mineral
mafic dan mineral felsic. S. J. Shand , 1943, membagi empat macam batuan, yaitu:
a. Leucrocatic Rock, bila batuan beku mengandung 30% mineral mafic.
b. Mesocratic Rock, bila batuan beku tersebut mengandung 30%-60% mineral
mafic.
c. Melanocratic Rock, bila batuan beku tersebut mengandung 60%-90% mineral
mafic.
d. Hipermelanuc Rock, bila batuan beku tersebut mengandung lebih dari 90 %
mineral mafic.
Sedangkan S. J. Elis, 1948, membagi kedalam empat golongan tekstur pula, yaitu:
a. Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
b. Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% - 40%.
c. Mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% - 70%.
d. Ultra mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
3. Klasifikasi Berdasarkan Tekstur dan Komposisi Mineral
Berdasarkan ukuran besar butir dan tempat terbentuknya, batuan beku dapat
dibagi menjadi dua ; yaitu batuan beku Volkanik dan batuan beku Plutonik. Batuan
beku Volkanik adalah batuan beku yang terbentuk di atas atau di dekat permukaan
bumi. Menurut Williams, 1983, batuan beku yang berukuran kristal kurang dari
1mm adalah kelompok batuan vulkanik, terutama pada matriksnya. Batuan beku
yang mempunyai ukuran kristal lebih dari 1 mm dikelompokkan dalam batuan beku
Plutonik, lebih-lebih bila berukuran kurang dari 5 mm.
Pembagian berdasarkan ukuran kristal saja tidak cukup karena sering kali inti
suatu aliran lava yang tebal mempunyai tekstur sedang (1-5mm), atau sebaliknya
bagan tepi suatu pluton boleh jadi akan mempunyai tekstur fenerik halus atau
bahkan afanitik dikarenakan pendinginan yang cepat selama kontak dengan batuan
sampingnya. Oleh karena itu penamaan sekepal batuan di laboratorium akan lebih
tepat jika didukung dengan data lapangan atas batuan tersebut.
a. Batuan Volkanik
Batuan Volkanik dinamai dengan mempertimbangkan komposisi
fenokris dan warna. Fenokris kuarsa dan Feldspar alkali bersama dengan
plagioklas asam dan sedikit biotit umum hadir dalam komposisi asam, seperti
dalam Rhyolit dan Dasit. Jika fenokris kuarsa dan feldspar alkali bersama
plagioklas asam yang melimpah melebihi jumlah feldspar alkali, batuan tersebut adalah dasit. Sebaliknya jika yang melimpah adalah feldspar alkali
dibandingkan dengan plagioklas asam maka batuan tersebut cenderung rhyolit.
Warna dalam berbagai hal tidak terlalu berarti. Banyak Dasit dan Rhyolit yang
berwarna abu-abu kehijauan atau bahkan agak gelap. Oleh karena itu warna
baru bermanfaat jika tidak didapat satu pun fenokris dalam batuan vulkanik
tersebut.
Fenokris Hornblende yang melimpah dengan disertai oleh biotit atau
piroksen adalah khas pada andesit. Sungguhpun demikian sering pula didapati
andesit berwarna abu-abu yang mengandung fenokris piroksen. Hal tersebut
berkaitan erat dengan kondisi kandungan fluida H2O pada magma saat
pembentukannya. Trakit merupakan batuan berkomposisi menengah yang
memperlihatkan tekstur aliran dengan melibatkan banyak sanidin di dalamnya.
Kenampakan penjajaran mineral pada trakit merupakan gambaran akan aliran
tersebut. Tekstur aliran/trakitik semacam ini dikenal pula dengan istilah
pilotaksitik.
Basalt merupakan batuan volkanik berkomposisi basa yang umumnya
berwarna gelap dengan fenokris olivin dan piroksen yang melimpah. Adakalnya
basalt tidak berfenokris namun akan terlihat berwarna gelap dan umumnya
vesikuler atau bahkan skoria. Skoria adalah tekstur batuan volkanik yang sangat
vesikuler, namun karena kehadiran skoria khas pada basalt maka sering kali
basalt yang bertekstur skoria disebut dengan skoria saja.Variasi nama dalam
komposisi basa menjadi beragam, oleh kehadiran kandungan mineralnya.
Seperti spilit. Spilit adalah batuan berkomposisi mineral mafic sebagaimana
basalt namun sungguhnya kandungan An plagioklasnya rendah (oligoklas ).
Lava basalt berstruktur bantal yang tebentuk di air laut umumnya adalah spilit.
Pengamatan plagioklas dalam hal ini memerlukan bantuan mikroskop. Basanit
dan Tetrit adalah kerabat berkomposisi basa pula yang mengandung feldspatoid
dan olivin.
b. Batuan Plutonik
Setidaknya ada dua peneliti batuan yang telah menyusun klasifikasi dan
tata nma batun plutonik, yaitu: Strckeilsen, 1974 dan Williams, 1954/1983,
Williams membagi batuan Plutonik berdasarkan pada indeks warna (jumlah
mineral mafic dalam batuan). Indeks warna lebih kurang 10% (batuan felsic)
diwakili oleh batuan garnodiorit, adamelit, dan granit. Granit mempunyai
kandungan feldspar alkali yang jauh melimpah dibandingkan plagioklasnya, sebaliknya granodiorit mempunyai plagioklas yang lebih dominan. Adamelit
merupakan nama batuan felsik yang mempunyai feldspar alkali sebanyak
plagioklasnya.
Pada indeks warna 10 – 40 % batuan plutonik diwakili oleh Diorit,
Monzonit, dan Syenit. Kuarsa umunya hadir dalam jumlah kurang dari 10%
pada kelompok ini. Syenit adalah salah satu dari kelompok ini yang memiliki
feldspar akali yang melebihi plagioklasnya.
Beberapa batuan mafic dengan indeks warna 40 - 70 % adalah gabro,
diabas/dolerit. Gabro mempunyai tekstur ofitik sedangkan diabas bertekstur
diabasik atau sub ofitik. Ofitik adalah kenampakan dimana plagioklas
dilingkupi oleh piroksen, sedangkan diabasik adalah tumbuh bersama antara
plagioklas dan piroksen dimana plagioklas memperlihatkan pertumbuhan yang
menyebar.
Batuan ultra mafic diperlihatkan dengan indeks warna lebih dari 70%.
Dapat saja disusun oleh >90% olivin yang disebut dunit atau oleh gabungan
olivin dan piroksen yang dikenal dengan peridotit. Jika Batuan ultra mafic
tersebut disusun oleh > 90% piroksen dikenal dengan piroksenit dan jika > 90%
berupa hornblende disebut dengan hornblendit. Serpentinit adalah ubahan
secara menyeluruh >90% batuan yang kaya akan mineral mafic. Anortosit
adalah batuan ultra basa yang tidak termasuk dalam ultra mafic karena hampir
keseluruhan disusun oleh plagioklas basa, sehingga indeks warnanya <10%.
Klasifikasi batuan plutonik didasarkan pada kandungan mineral mineral
modal dikemukakan oleh The International Union of Geologycal Sciences
(IUGS) pada 1973 (Streckeisen, 1973; 1978). Berbeda dari Williams klasifikasi
ini menggunakan mineral modal yang tampak hadir dalam batuan plutonik
terutama mineral felsicnya (mineral yang berwarna terang).
D. Bowen Reaction Series
Penjelasan tentang Bowen Reaction Series
Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan
kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.
Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar yaitu:
1. Golongan mineral berwarna gelap atau mafik mineral.
2. Golongan mineral berwarna terang atau felsik mineral.
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung
semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan
mungkin cepat. Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan dan
pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya
Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun oleh
Bowen.
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali dapat
terbentuk dalam temperature yang sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika
magma tersebut jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali.
Olivin dan Piroksan merupakan pasangan ”Incongruent Melting”; dimana setelah
pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen.
Temperatur dapat menurun terus jika pembentukkan mineral berjalan sesuai dangan
temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia dibentuk dalam
temperatur yang rendah.
Mineral yang berada disebelah kanan dapat diwakili oleh mineral kelompok
Plagioklas, karena mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat
pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesit dapat terbentuk pada suhu
menengah dan terdapat batuan beku Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral yang
terbentuk pada suhu rendah adalah albit, mineral ini banyak tersebar pada batuan asam
seperti granit atau rhyolite. Reaksi berubahnya komposisi Plagioklas ini merupakan
deret : “Solid Solution” yang merupakan reaksi kontinue, artinya kristalisasi
Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal
ini Anorthite adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering disebut Juga "Calcic
Plagioklas", sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na ( "Sodic Plagioklas / Alkali
Plagioklas" ).
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium
Feldspar ke mineral Muscovit dan yang terakhir mineral Kwarsa, maka mineral
Kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau
mineral Mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral
yang sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.
Tahun 1929-1930, dalam penelitiannya Norman L. Bowen menemukan bahwa
mineral-mineral terbentuk dan terpisah dari batuan lelehnya (magma) dan mengkristal
sebagai magma mendingin (kristalisasi fraksional). Suhu magma dan laju pendinginan
dapat menentukan ciri dan sifat mineral yang terbentuk (tekstur, dll). Dan laju
pendinginan yang lambat memungkinkan mineral yang lebih besar dapat terbentuk.
Dalam skema tersebut reaksi digambarkan dengan “Y”, dimana lengan bagian
atas mewakili dua jalur/deret pembentukan yang berbeda. Lengan kanan atas
merupakan deret reaksi yang berkelanjutan (continuous), sedangkan lengan kiri atas
adalah deret reaksi yang terputus-putus/tak berkelanjutan (discontinuous).
1. Deret Continuous
Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai
dengan feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan
berlanjut reaksi dengan peningkatan bertahap dalam pembentukan natrium
yang mengandung feldspar (Ca–Na-feldspar, CaNaAlSiO) sampai titik
kesetimbangan tercapai pada suhu sekitar 900 derajat C. Saat magma mendingin
dan kalsium kehabisan ion, feldspar didominasi oleh pembentukan natrium
feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga suhu sekitar 600 derajat C feldspar
dengan hamper 100% natrium terbentuk.
2. Deret Discontinuous
Pada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate
dimana satu mineral berubah menjadi mineral lainnya pada rentang
temperatur tertentu dengan melakukan reaksi dengan sisa larutan magma.
Diawali dengan pembentukan mineral Olivine yang merupakan satusatunya mineral yang stabil pada atau di bawah 1800 derajat C. Ketika temperatur
berkurang dan Pyroxene menjadi stabil (terbentuk). Sekitar 1100 derajat C,
mineral yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO) terbentuk dan pada
kisaran suhu 900 derajat C Amphibole terbentuk. Sampai pada suhu magma
mendingin di 600 derajat C Biotit mulai terbentuk.
Bila proses pendinginan yang berlangsung terlalu cepat, mineral yang telah ada
tidak dapat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma yang menyebabkan mineral yang
terbentuk memiliki rim (selubung). Rim tersusun atas mineral yang telah terbentuk
sebelumnya, misal Olivin dengan rim Pyroxene.Deret ini berakhir dengan
mengkristalnya Biotite dimana semua besi dan magnesium telah selesai dipergunakan
dalam pembentukan mineral.
Apabila kedua jalur reaksi tersebut berakhir dan seluruh besi, magnesium,
kalsium dan sodium habis, secara ideal yang tersisa hanya potassium, aluminium dan
silica. Semua unsur sisa tersebut akan bergabung membentuk Othoclase Potassium
Feldspar. Dan akan terbentuk mika muscovite apabila tekanan air cukup tinggi.
Sisanya, larutan magma yang sebagian besar mengandung silica dan oksigen akan
membentuk Quartz (kuarsa).Dalam kristalisasi mineral-mineral ini tidak termasuk
dalam deret reaksi karena proses pembentukannya yang saling terpisah dan
independent.
E. Contoh Batuan Beku
1. Contoh Batuan Beku Asam
a. Fanerik
- Granodiorit
- Granit
- Niorite
- Pumice
- Pegmatite
- Tonalite
- Syenit
- Kimberlite
b. Afanitik 2. Contoh Batuan Beku Basa
a. Fanerik
- Olivine-gabro
- Piroksenit
- Diabase
- Hornblendite
- Trachyte
- Lherzolite
- Latite
- Scoria
- Basalt
3. Contoh Batuan Beku Intermediet
a. Fanerik
- Monzonit
- Diorit
- Granodiorite
b. Afanitik - Andesit
- Andesit porfori
- Tuff
4. Contoh Batuan Beku Ultrabasa
a. Fanerik
- Peridotit
- Komatite
- Dunite
- Picrite
b. Afanitik
Post a Comment
Post a Comment