1. Perubahan sosial mempunyai dampak bagi masyarakat, dimana apabila dalam suatu sistem salah satu unsurnya tidak berfungsi dengan baik, keseimbangan sistem akan terganggu secara keseluruhan. Ketidakseimbangan atau ketidakserasian unsur dalam masyarakat akan mengakibatkan timbulnya disorganisasi sosial yang lambat laun berubah menjadi disintegrasi sosial.
2. Menurut Soerjono Soekanto, disorganisasi dan disintegrasi soal adalah proses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat karena perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
3. Disintegrasi sosial yang terjadi di dalam masyarakat lama-kelamaan akan menjadi chaos (kacau), dan akan dijumpai kondisi anomie (tanpa aturan). Menurut Emile Durkheim (2013), anomie adalah suatu kondisi dalam masyarakat dengan nilai dan norma yang mengatur perilaku masyarakat tidak lagi berlaku. Proses disintegrasi juga akan dijumpai pada keadaan ketertinggalan budaya (cultural lag), yaitu perbedaaan taraf kemajuan antara berbagai bagian dalam suatu kebudayaan. Teori cultural lag dikemukakan oleh William F. Ogburn. Contoh cultural lag adalah tertinggalnya alam pikiran dengan perkembangan teknologi yang pesat.
4. Disintegrasi juga dapat dijumpai pada kondisi percampuran kebudayaan (mestizo culture), yaitu percampuran dua kebudayaan atau lebih yang mempunyai warna dan sifat yang berbeda. Karakteristik percampurannya adalah meniru kebudayaan lain tanpa mengetahui arti sesungguhnya.
5. Situasi disintegrasi biasanya ditandai oleh hal-hal berikut.
a. Sebagian besar anggota masyarakat tidak lagi mematuhi norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
b. Timbul ketidaksepemahaman diantara anggota kelompok dalam hal tujuan sehingga hilang rasa kesatupaduan dan solidaritas dalam kelompok.
c. Sanksi yang diberikan pada pelanggar norma tidak dilaksanakan dengan konsekuen sehingga ada kesan bahwa sanksi sudah tidak berfungsi lagi.
d. Menurnnya kewibawaan para tokoh masyarakat dan pimpinan masyarakat, sehingga warga masyarakat bingung siapa yang masih bisa dijadikan panutan atau teladan.
6. Proses disintegrasi sebagai akibat perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat anatara lain dapat berbentuk pergolakan, demonstrasi yang anarkis, kriminalitas, dan kenakalan.
7. Indonesia beberapa kali telah mengalami perlawanan atau pergolakan daerah yang terjadi karena adanya ketidakpuasan dari kelompok-kelompok tertentu terhadap pemerintah. Pergolakan ini banyak dilatarbelakangi oleh ideologi politik, ekonomi, dan sosial budaya. Beberapa contoh pergolakan daerah sebagai berikut.
a. Pemberontakan PKI di Madiun. Rasa tidak puas atas keputusan yang diambil oleh Presiden Soekarno berkaitan dengan Perjanjian Renville menyebabkan Amir Syarifuddin bekerja sama dengan Musso membentuk Partai Demokrasi Rakyat (PDR) dengan tujuan menentang kabinet Hatta, PDR bekerja sama dengan PKI menguasai Kota Madiun, Jawa Timur, dan pada hari itu juga diproklamasikan berdirinya "Republik Soviet Indonesia".
b. Pemberontakan DI/TII. Basis pemberontakan DI/TII terdapat di Jawa Barat dan dipimpin oleh S. M. Kartosuwiryo. Pemberontakan ini dipicu oleh ketidaksetujuan terhadap konsekuensi Perjanjian Renville, yaitu menolak bergabung dengan pasukan Siliwangi ketika melakukan hijrah ke Yogyakarta.
c. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS). Pada akhir masa Republik Indonesia Serikat (RIS), Negara Indonesia Timur yang merupakan bagian dari RIS bergabung dengan RI. Pemberontakan muncul ketika sebagian masayrakat Ambon menolak bergabung dengan Indonesia. Pemberontakan ini dipimpin oleh Dr. Soemokil.
d. Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Barat dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di Sulawesi Utawa. Pemberontak PRRI di Sumatera Barat terdiri dari Dewan Banteng, Dean Gajah, dan Dewan Garuda. Tuntutan yang mereka ajukan berpangkal pada masalah otonomi daerah dan ketimpangan keuangan antara pusat dan daerah. Dengan dipimpin oleh Achmad Husein, dewan-dewan ini memproklamasikan berdirinya PRRI pada 15 Februari 1958. Perjuangan Permesta seperti perjuangan PRRI di Sumatera Barat, yaitu menolak kebiajkan pemerintah tentang sentralisasi ekonomi karena dirasa tidak adil.
e. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Jawa Barat. Pemberontakan APRA dipimpin oleh Westerling. Mereka menuntut untuk tetap mempertahankan Negara Pasundan yang ketika itu dibubarkan pemerintah. Rasa tidak puas ini dicetuskan lewat pemberontakan terhadap pemerintah.
Melaui peristiwa-peristiwa tersebut kita dapat belajar banyak bagaimana memperjuangan ekistensi sebuah bangsa dan negara.
8. Aksi protes merupakan gerakan yang dapat dilakukan secara perorangan ataupun bersama-sama untuk menyampaikan rasa tidak puas terhadap tindakan atau kebiajakan seseorang atau lembaga tertentu. Salah satu bentuk aksi protes adalah demonstrasi, yaitu tindakan yang dilakukan secara berkelompok atau bersama-sama untuk menyampaikan rasa tidak puas. Contoh aksi protes dan demostrasi yang pernah terjadi di Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Mahasiswa dan masyarakat pada tahun 1966 menuntut pembubaran PKI dan kabinet seratus menteri.
b. Kaum buruh menuntut kenaikan upah sesuai dengan UMR kepada perusahaan. Biasanya, jika tuntutan ini tidak dipenuhi, mereka secara bersama-sama melakukan aksi mogok dan demostrasi.
c. Mahasiswa menuntut kebebasan akademik kepada rektor.
d. Tuntuan penghapusan Sumbangan Dana Sosial Berhadiah (SDBB) pada masa Orde Baru.
e. Mahasiswa pada tahun 1998 menuntut reformasi.
f. Berbagai kelompok sosial memprotes kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).
9. Ditinjau dari sudut pandang sosiologi, aksi protes dan demostrasi merupakan alat kontrol sosial yang dapat membawa perubahan ke arah perbaikan karena kontrol dilakukan terhadap lembaga pemerintah secara terbuka. Namun, jika tidak terorganisasi dengan baik, aksi protes dan demonstrasi menjadi anarki dan membawa kerugian bagi masyarakat. Contohnya, timbul tindakan yang menjurus pada tindakan brutal, keadaan menjadi chaos/ anarki, dan bisa mengarah kepada disintegrasi.
10. Berikutnya, kriminalitas atau tindakan kriminal yang merupakan tindakan sosial yang disosiatif. Kriminalitas ditandai dengan perilaku-perilaku menyimpang yang cenderung melawan hukum atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Bentuk tindakan kriminal antara lain pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, penculikan, pemerasan, penipuan, pencurian, pemalsuan, pelanggaran sumpah, korupsi, intimidasi (ancaman), penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan sebagainya.
11. Bentuk proses sosial yang terjadi dalam masyarakat dan mendorong orang untuk melakukan kejahatan diperoleh antara lain melalui proses imitasi, kompensasi, konsepsi diri sendiri (self conception), kekecewaan, persaingan yang tidak sehat, dan pertentangan kebudayaan. Perilaku kejahatan semacam itu dapat dipelajari melalui berbagai media, seperti media elektronik atau cetak dan interaksi dengan orang-orang yang sudah terbiasa melakukan tindakan kejahatan.
12. Penanggulangan tindkaan kriminal dapat dilakukan dengan cara proventif yaitu cara penanggulangan dengan pola mencegah, seperti imbauan atau penyuluhan. Bisa juga dengan cara koersif, yaitu dengan pola keras, seperti penangkapan dan pemenjaraan sampai dengan penembakan atau pembunuhan.
13. Gejala kriminalitas lain yang berkembang di masayrakat saat ini adalah kejahatan "kerah putih" (white collar crime), yaitu kejahatan yang dilakukan para penguasa atau pakar dalam melakukan perannya. Banyak ahli mengatakan bahwa tipe kejahatan ini merupakan dampak dari proses perkembangan ekonomi yang terlalu cepat yang menekankan pada aspek meterial belaka. Golongan "kerah putih" menganggap dirinya kebal terhadap hukum dan sarana pengendalian sosial lainnya.
14. Selanjutnya kenakalan remaja. Menurut ukuran biologis, usia remaja berkisar antara 12-15 tahun, sedangkan dilihat dari segi budaya dan fungsional, remaja dalah mereka yang berusia 12-18 tahun. Ketidakseimbangan antara perkembangan fisik dan perkembangan jiwa remaja menyebabkan remaja berada pada kondisi labil yang disebut sebagai masa adolescence, yaitu masa pubertas atau masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa transisi menuju kedewasaan ini remaja mencari jati dirinya dan sangat dipengaruhi oleh kondisi sekitarnya seperti kelauarga, lingkungan pergaulan, dan sekolah.
15. Kenakan remaja diambil dari konsep psikologis, juvenile deliquency yang berarti kejahatan yang dilakukan oleh anak bukan orang dewasa. Menurut M. A. Merill dalam bukunya yang berjudul Problems of Child Deliquency mengemukakan bahwa seseorang anak digolongan sebagai deliquent apabila padanya tampak kecenderungan antisosial yang berakibat pada memuncaknya dan menimbulkan gangguan-gangguan sehingga memaksa pihak berwajib melakukan penangkapan (Gunawan, 2000).
16. Kenakalan remaja tidak hanya merupakan perbuatan yang mengandung unsur kejahatan saja, namun juga meliputi tindakan yang melanggar atau bertentangan dengan norma-norma masyarakat yaitu perbuatan antisosial.
17. Terdapat beberapa faktor penyebab kenakalan remaja, yaitu sebagai berikut.
a. Kurangnya nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua.
b. Munculnya organisasi non formal yang melakukan penyimpangan sosial.
c. Adanya usaha-usaha untuk mengubah keadaan agar sesuai dengan nilai-nilai remaja.
18. Kenakalan remaja pada umumnya ditandai oleh dua ciri, yaitu adanya keinginan untuk melawan, seperti dalam bentuk radikalisme, dan adanya sikap apatis yang biasanya disertai dengan rasa kecewa terhadap kondisi masyarakat.
19. Bentuk kenakalan remaja antara lain pemerasan, tawuran, pencurian, penyalahgunaan narkoba, pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Penelitian menunjukkan, kemiskinan bukan satu-satunya penyebab seorang remaja terjerumus dalam tindakan menyimpang. Faktor lain yang juga mendukung timbulnya masalah ini, misalnya perkumpulan pemuda atau geng serta pengaruh dari film atau pornografi. Tingkat umur pelaku kejahatan remaja ini beragam, mulai dari yang masih duduk di bangku sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi.
20. Penanggulangan kenakalan remaja harus dilakukan secara berbeda dengan penanggulangan tindak kejahatan yang dilakukan orang dewasa. Upaya mencegah kenakalan remaja antara lain dilakukan dengan menyelenggarakan lembaga permasyarakatan khusus agar remaja yang nakal dapat dididik dan dibina. Kemudian, upaya preventif seperti pembinaan moral/ agama dan hukum, memberikan sarana dan prasarana yang memadai untuk kegiatan yang bermanfaat bagi perkembangan fisik dan jiwanya, serta upaya pemerintah dengan memberikan seminar bahaya narkoba, penyuluhan kesadaran hukum, seminar bahaya rokok, dan upaya lain, seperti sensor film secara ketat.
21. Dengan demikian, perubahan sosial memang turt mnembawa dampah negatif. Namun, perubahan sosial juga membawa dampak positif, antara lain sebagai berikut.
a. Semakin mudah dan cepatnya manusia menyelesaikan segala aktivitas. Kecanggihan teknologi membuat berbagai kegiatan dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Dengan adanya perubahan sosial, produktivitas manusia semakin meningkat.
b. Semakin baiknya kualitas individu atau masyarakat seiring dengan perkembangan teknologi baru. Contohnya, perubahan dalam bidang kesehatan, yaitu inovasi teknologi kesehatan yang semakin canggih akan memengaruhi kualitas kesehatan masyarakat.
c. Semakin meningkatnya integrasi sosial. Faktor penyebab terjadinya integrasi sosial dari berbagai macam, misalnya konflik sosial dan bencana alam. Terjadinya konflik sosial membuat masayrakat memandang bahwa solidaritas dan integrasi sosial sebagai suatu yang sangat penting, hal ini agar mereka tidak mudah terpecah belah dan diadu domba oleh pihak lain. Adapun bencana alam dapat meningkatkan solidaritas antarkorban ataupun pihak lain yang bersimpati atas kejadian tersebut. maka, perubahan yang terjadi ini dapat meningkatkan solidaritas antarindividu.
d. Semakin cepatnya mobilitas sosial. Penyebab terjadinya mobilitas sosial ini beragam, semakin baiknya tingkat pendidikan, semakin tingginya tingkat kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kualitas individu. Mekanisme dan media untuk melakukan mobilitas pun semakin banyak, seperti pekerjaan, pendidikan, budaya, pernikahan, dan sebagainya.
e. Semakin berkembangnya pola pikir manusia melalui pertukaran budaya serta pertukaran informasi yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Semakin cepat mobilitas sosial yang dilakukan oleh masyarakat, maka semakin memudahkan berbagai informasi disebarluaskan. Mobilitas sosial memungkinkan manusia melakukan kontak dengan manusia lain. Adanya sikap terbuka dan kemudahan dalam mengakses teknologi informasi turt menyebabkan perubahan pola pikir individu.
Post a Comment
Post a Comment