Iklan

Ad Unit (Iklan) BIG

Geografi Ekonomi: Teori Lokasi Ekonomi Weber dan Teori Lokasi Ekonomi Losch

Post a Comment
Teori Weber
Teori ini memiliki ciri bahwa dalam pemilihan lokasi khususnya kawasan industri harus mempertimbangkan:
1. Resiko biaya yang paling minimum.
2. Memperhatikan kondisi transportasi dan tenaga kerja agar mendapat keuntungan yang maksimum.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa  teori ini menekankan bahwa pemilihan lokasi industri harus memiliki biayanya minimal sekaligus mendapatkan hasil yang maksimal. Asumsi yang digunakan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum adalah:
1. Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim, dan penduduknya relatif homogen
2. Sumberdaya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai
3. Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum Regional (UMR)
4. Hanya ada satu jenis alat transportasi
5. Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut
6. Terdapat persaingan antar kegiatan industri
7. Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional

Faktor Penentu Lokasi Ekonomi Weber
Menurut Alfred Weber, faktor penentu lokasi Industri dapat digolongkan menjadi dua faktor utama yaitu:
1. Faktor Regional
Setelah melakukan penelitian tentang struktur biaya di berbagai industri, Weber mengambil kesimpulan bahwa biaya produksi bervariasi pada satu tempat dengan tempat lainnya. Oleh karena itu, industri pada umumnya terlokalisir di tempat ataupun daerah yang biaya produksinya paling rendah (minimum). Menurut Weber, terdapat dua faktor umum regional yang mempengaruhi biaya produksi. Kedua faktor umum regional tersebut diantaranya adalah:
a. Biaya Transportasi
Biaya Transportasi memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan lokasi industri. Berat barang yang diangkut dan jarak dari pabrik ke pelabuhan atau jarak antara pabrik dan pusat distribusi mempengaruhi biaya transportasi yang harus dikeluarkan. Umumnya, lokasi yang dipilih adalah lokasi dimana bahan baku dan bahan bakar mudah diperoleh.

Pabrik tersebut berada sedangkan yang kedua adalah material yang hanya tersedia Weber membagi bahan baku menjadi dua kategori yaitu yang pertama adalah material yang mudah di dapat dimanapun lokasi pada lokasi tertentu saja.

Menurut Weber, Industrinya juga dikelompokan menjadi dua jenis kecenderungan lokasi pabrik/industri berdasarkan dimana (1) bahan bakunya mudah tersedia atau (2) lokasi yang lebih dekat dengan pasar. 

Industri yang hasil produksinya (produk jadi) lebih ringan dari bahan bakunya setelah melewati berbagai proses produksi dinamakan dengan Industri yang Weight Losing. Pada Industri Weight Losing, lokasi pabrik harus lebih dekat dengan sumber bahan baku karena biaya transportasi bahan baku akan lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya transportasi produk jadi menuju ke Market (pasar). Contoh Industi Weight Losing adalah seperti produksi gula (produk jadi) yang lebih ringan dari bahan bakunya yaitu Tebu. 

Sedangkan Industri yang hasil produksinya (produk Jadi) lebih berat dari bahan bakunya setelah melewati proses-proses produksi disebut dengan Weigth Gaining. Lokasi pabrik pada industri Weight Gaining sebaiknya diletakan lebih dekat dengan market (pasar) karena biaya transportasi produk jadi lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya transportasi bahan bakunya.

b. Biaya Tenaga Kerja
Biaya Tenaga Kerja atau labour cost juga merupakan faktor terpenting dalam penentuan lokasi pabrik. Jika lokasi pabrik menguntungkan, namun biaya tenaga kerja kurang baik (mahal), lokasi tersebut juga kurang cocok untuk suatu lokasi industri. Mungkin pada industri tertentu akan lebih cenderung ke lokasi dimana biaya tenaga kerja lebih rendah. Namun pada dasarnya, kondisi ideal untuk suatu lokasi industri adalah lokasi yang memiliki biaya tenaga kerja yang rendah dan biaya transportasi yang rendah juga.

2. Faktor Aglomerasi dan Deglomerasi
Aglomerasi adalah terdapatnya faktor-faktor yang membuat terjadinya pemusatan industri pada lokasi tertentu. Faktor- faktor tersebut diantaranya seperti adanya sekolah-sekolah yang dapat dapat melatih tenaga kerjanya, adanya perusahaan perbankan, perusahaan asuransi, rumah sakit dan fasilitas pendukung lainnya. Deglomerasi adalah faktor-faktor yang menyebabkan pabrik/industri meninggalkan lokasi tertentu. Faktor-faktor tersebut diantaranya seperti naiknya pajak daerah, berkurangnya tenaga kerja yang terampil, kurangnya tanah untuk industri serta faktor-faktor yang menyebabkan tingginya biaya operasional lainnya.

Segitiga Lokasional Weber
Weber menggunakan istilah Triangle Location (Segita Lokasi) untuk menentukan lokasi terbaik untuk 
industri atau pabrik yang dianalisis. Berikut ini bentuk Segitiga Lokasinya.

Keterangan :
M: Pasar 
R1 & R2: Bahan Baku
P: Lokasi Biaya Terendah 

Catatan :
A. Apabila biaya angkut hanya didasarkan oleh jarak
B. Apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal daripada hasil industri
C. Apabila biaya angkut bahan baku lebih murah daripada hasil industri

Konsep Isotim dan Isodapane

Gambar isotim merupakan garis biaya transportasi yang sama dengan produksi

Gambar isodapane merupakan garis biaya trasnportasi total

Kelemahan Teori Weber
1. Keuntungan aglomerasi tidak secara keseluruhan mencangkup bunga modal, asuransi dan pajak
2. Analisis weber tidak mudah dioperasionalkan, mengingat fungsi dari aglomerasi yang tidak dapat mengukur keuntungan dari factor eksternal
3. Penghematan biaya aglomerasi akan memberikan dampak pertambahan penduduk dan mengakibatkan perubahan lokasional yang kurang relevan
4. Fokus dari teori ini lebih pada bentuk asumsi perbedaan biaya transportasi dan biaya produksi dari industri

Teori Lokasi Ekonomi Menurut Losch
Dikemukakan oleh August Losch (Ahli Ekonomi Jerman).Ciri teori adalah menekankan bahwa lokasi penjualan akan berpengaruh terhadap jumlah konsumen, jadi semakin jauh lokasi pasar maka konsumen semakin malas untuk membeli disebabkan biaya transportasi yang mahal sehingga dia menyarankan agar lokasi produksi dekat dengan pasar.

Berdasarkan teori ini dalam implementasinya setiap tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasar seluas-luasnya. Di samping itu, teori ini tidak menghendaki wilayah pasarannya akan terjadi tumpang tindih dengan wilayah pemasaran milik pabrik lain yang menghasilkan barang yang sama, sebab dapat mengurangi pendapatannya. Karena itu, pendirian pabrik-pabrik dilakukan secara merata dan saling bersambungan sehingga berbentuk heksagonal.


Untuk memperoleh keseimbangan, maka ekonomi ruang Losch harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Setiap lokasi industri harus menjamin keuntungan maksimum bagi penjual maupun pembeli
2. Terdapat cukup banyak usaha pertanian dengan penyebaran cukup merata sehingga seluruh permintaan yang ada dapat dilayani
3. Terdapat free entry dan tak ada petani yang memperoleh super-normal profit sehingga tak ada rangsangan bagi petani dari luar untuk masuk dan menjual barang yang sama di daerah tersebut
4. Daerah penawaran adalah sedemikian hingga memungkinkan petani yang ada untuk mencapai keuntungan dengan besar maksimum
5. Konsumen bersifat indifferent terhadap penjual manapun dan satu-satunya pertimbangan untuk membeli dengan harga yang rendah.

Kelemahan Teori Losch
1. Tidak memperhatikan variasi biaya antar daerah dengan asumsi lokasi memiliki ciri homogen
2. Unsur biaya yang masuk dalam analisisnya melalui biaya angkutan menyebabkan terbatasnya luas pasar industri yang bersangkutan
3. Pada prinsipnya mengembangkan teori yang berlandaskan konsep Christaller, namun perbedaannya terletak pada biaya yang digunakan dalam empresentasikan batas pasar
4. Teori Losch meremehkan penghematan konsep aglomerasi, khususnya pada sektor industri tunggal yang secara komprehensif tidak menjelaskan kehadiran titik-titik nodal dalam sistem ekonomi tata ruang

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter