Iklan

Ad Unit (Iklan) BIG

Perang Dunia I : Latar Belakang, Proses, dan Dampak

Post a Comment

 Perang Dunia I

Perang Dunia I yang dimulai pada 1914 menjadi penyebab utama perubahan dalam kehidupan masyarakat Eropa, bahkan dunia. Peang Dunia I atau dikenal dengan sebutan Great War atau War to End All Wars dianggap sebagai peristiwa besar yang mampu mengubah kehidupan masyarakat dunia. Beberapa catatan sejarah menjelaskan bahwa Perang Dunia I merupakan salah sau konflik militer yang menyebabkan perpecahan kekuatan besar dunia pada masa sesudahnya. Perang Dunia I menjadi salah satu peperangan yang menimbulka kerusakan besar dalam sejarah dunia modern. 

A. Latar Belakang Perang Dunia I 

Terjadinya Perang Dunia I disebabkan beberapa faktor yang saling terkait seperti konflik dan permusuhan yang telah muncul empat dekade menjelang perang. Militerisme, aliansi, imperialisme, dan nasionalisme memainkan peran utama dalam konflik ini. Secara lebih spesifik latar belakang terjadinya Perang Dunia I sebagai berikut.

1. Ketidakstabilan Politik Wilayah Balkan

Penduduk di negara-negara seperti Austria-Hungaria serta Bosnia dan Herxegovina memiliki beberapa kelompok etnik berbeda. Keberadaan kelompok etnik yang beragam ini melatarbelakangi pecahnya Perang Dunia I.

Ketidakstabilan politik terutama di wilayah Balkan pada awal abad XX menyebabkan perpecahan di Eropa. Hingga tahun 1914 negara terkuat di wilayah Balkan adalah Austria-Hungaria. Penduduk Austria-Hungaria terdiri atas multietnik yang berpusat di Vienna. Masyarakat multietnik di wilayah ini sering bergejolak menuntut kemerdekaan dan hak teritorial. Pada 1908 Austria menguasai Bosnia dan Herzegovina yang sebagian besar penduduknya menganut kebudayaan Serbia. Pada awalnya penguasaan Bosnia tersebut mendapat tentangan dari Serbia dan Rusia. Dalam perkembangannya sikap Serbia dan Rusia melunak ketika Jerman menguasai Austria-Hungaria.

Bulgaria, Yunani, Montenegro, dan Serbia menyatukan kekuatan untuk menguasai beberapa wilayah lain disekitar Balkan. Selanjutnya, pada 1913 Serbia menyatakan perang terhadap Bulgaria. Akibat perang terseut, Bulgaria kehilangan banyak wilayah. Hingga bulan Juni 1914 wilayah Balkan merupakan wilayah yang labil karena munculnya persaingan antarmasyarakat dari berbagai kelompok etnik dan adanya perbedaan ideologi politik.

2. Persaingan Negara-Negara Eropa

Persaingan tidak sehat dapat memicu terjadinya konflik bahkan peperangan. Demikian pula persaingan antarnegara Eropa pada awal abad XX yang turur melatarbelakangi terjadinya Perang Dunia I. Persaingan dalam bidang ekonomi menjadi pemicu awal terjadinya konflik negara-negara Eropa. Dalam hal ini negara-negara Eropa seperti Inggris, Jerman, Prancis, Italia, dan Belanda bersaing dalam pembangunan industri. Pada awal abad XX Inggris menjadi negara industri terbesar di Eropa. Keadaan ini mendorong Jerman berusaha menyaingi kegiatan industri Inggris. Akibatnya, terjadi persaingan diantara negara-negara tersebut untuk mendapatkan bahan baku dan daerah pemasaran.

Usaha memperluas daerah jajahan juga sering menimbulkan sengketa di antara negara-negara Eropa. Misalnya, Italia dan Prancis berusaha menguasai wilayah Afrika Utara, Austria, dan Rusia memperebutkan Balkan, serta Jerman dan Inggris memperebutkan wilayah Timur Tengah. Persaingan yang semula hanya di bidang ekonomi berkembang menjadi persaingan politik. Persaingan politik tersebut menyebabkan terjadinya peperangan antarnegara Eropa.

3. Persaingan Senjata dan Angkatan Militer

Gambar 1. Kapal Dreadnought buatan Inggris

Gambar 2. Kapal selam U-Boats

Perhatikan kedua gambar di atas! Kedua gambar tersebut menunjukkan hasil kemajuan teknologi negara-negara Eropa pada awal abad XX. Pada 1906 Inggris berhasil membuat kapal perang terbesar di dunia yang ditunjjukkan oleh gambar 1. Kapal perang ini terbuat dari baja dengan tenaga uap. Selanjutnya, Jerman menyaingi kemajuan teknologi dan persenjataan Inggris tersebut dengan membuat kapal selam U-Boats yang ditunjukkan oleh gambar 2. U-Boats mampu menantang hegemoni kekuatan laut Inggris yang kuat di wilayah Eropa. Persaingan senjata kedua negara tersebut mendorong muncunya persaingan senjata antarnegara Eropa lainnya.

Kemajuan persenjataan pada abad XX dipengaruhi oleh perkembangan industri persenjataan di beberapa negara besar Eropa. Pada perkembangannya persaingan persenjataan mendorong pecahnya Perang Dunia I. Dalam Perang Dunia I gas beracun dan senapan mesin sudah mulai digunakan. Pada masa ini juga berkembang pemboman dari udara yang menggunakan pesawat terbang buatan Zeppelin dari Jerman. Serangan udara tersebut sering diarahkan kepada masyarakat sipil.

Sebenarnya, persaingan militer ini telah berlangsung sejak awal abad XVIII. Pada 1805 Inggris berhasil mengalahkan Prancis dalam pertempuran Trafalgar. Sejak saat itu Angkatan Laut Kerajaan Inggris menjadi armada terkuat di dunia. Pada 1900 Jerman membuat rencana membangun sebuah armada untuk menentang kekuasaan Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Dapat disimpulkan bahwa kekuatan militer sebuah negara ditentukan dari kemajuan persenjataannya. 

4. Pembentukan Aliansi

Kondisi dunia yang mencekam menjelang Perang Dunia I menyebabkan negara-negara d Eropa membentuk politik persekutuan (System of Alliances). Persekutuan ini dibentuk untuk melindungi suatu negara yang merasa terancam oleh negara lain. Setiap kelompok persekutuan memiliki kesepakatan, yaitu jika salah satu anggota persekutuan diserang, anggota yang lain harus membantu.

Politik persekutuan yang terbentuk pada masa ini yaitu Triple Alliantie dan Triple Entente. Triple Alliantie terbentuk pada 1882 dengan anggota Jerman, Austria, dan Italia. Triple Alliantie disebut juga blok Sentral. Sementara itu, Triple Entente terbentuk pada 1907 yang beranggotakan Inggris, Rusia, dan Prancis. Triple Entente disebut blok Sekutu. 

5. Pembunuhan Archduke Franz Ferdinand di Sarajevo

Pada 28 Juni 1914 putra mahkota Austria, Archduke Franz Ferdinand mengadakan kunjangan ke Sarajevo, Bosnia. Kunjungan ini dilakukan untuk menenangkan rakyat Slavia di Sarajevo. Dalam kunjungannya ini, Archduke Franz Ferdinand ditembak seorang siswa Bosnia bernama Gavrilo Princip. Gavrilo Princip merupakan anggota "Black Hand", salah satu kelompok nasionalis Serbia. 

Dari hasil penyelidikan pemerintah Austria, pembunuhan tersebut telah direncanakan dengan rapi. Penyelidikan pemerintah Austria juga menyimpulkan adanya keterlibatan pemerintah dan militer Serbia dalam aksi pembunuhan tersebut. Pada 23 Juli 1914 Menteri Luar Negeri Austria, Leopold von Berchtold mengeuarkan ultimatum berikut.

a. Pemerintah Serbia harus menindak semua gerakan anti-Austria di Serbia dan memecat pejabat-pejabat yang dinyatakan bersalah.

b. Pejabat Austria diizinkan membantu gerakan penindasan kaum pemberontak dan menjatuhkan hukuman kepada orang-orang yang terlibat pembunuhan Archduke Franz Ferdinand.

Pada 28 juli 1914 Austria menyatakan perang terhadap Serbia. Pernyataan perang Austria ini mendapat dukungan dari Jerman. Sementara itu, Serbia mendapat bantuan dari Rusia. Pada 29 Juli 1914 Tsar Rusia, Nicholas II, memerintahhkan pasukannya untuk membantu Serbia melawan Austria dan Jerman. Keterlibatan Rusia dalam membantu Serbia menyebabkan Jerman menyatakan perang terhadap Rusia sejak 1 Agustus 1914.

B. Proses Berlangsungnya Perang Dunia I

Pada 1 Agustus 1914 Jerman menyatakan perang terhadap Rusia. Pernyataan Jerman ini menandai dimulainya Perang Dunia I. Selanjutnya, pada 3 Agustus 1914 Jerman menyerang Prancis, Rusia, Luksemburg, dan Belgia. Serangan Jerman terhadap Prancis disebut peperangan Front Barat. Sementara itu, peperangan Front Timur terjadi antara Jerman dan Rusia. Selama Perang Dunia I pertempuran terjaddi di beberapa area. Selain Front Barat dan Front Timur, terjadi pertempuran di laut yang melibatkan kelompok Sekutu (Inggris, Prancis, dan Rusia) melawan Jerman dan Kekaisaran Ottoman (Turki). Adapun di Afrika  terjadi pertempuran besar yang melibatkan Kekaisaran Ottoman melawan pasukan Inggris. 

1. Front Barat 

Area pertempuran front Barat yang membentang melintasi Belgia dan Prancis bagian timur-laut. Beberapa pertempuran besar terjadi di daerah Ypres, Somme, dan Verdun. Pasukan Jerman dalam pertempuran front Barat ini dipimpin oleh Jenderal von Schlieffen. Oleh karena itu, Jerman menyebut pertempuran ini dengan Opreasi Schlieffen. Dalam operasi ini Jerman berencana menguasai Prancis dalam waktu enam minggu agar Jerman dapat berkonsentrasi melawan Rusia di Front Timur. Pertempuran front Barat berlangsung selama empat tahun dimulai tahun 1914 sampai 1918. 

a. Periode 1914

Pada 1914 Jerman memulai pertempuran dengan berusaha menguasai Prancis, Luksemburg, dan Belgia. Ketiga negara tersebut berhasil dikuasai Jerman pada Agustus 1914. Penguasaan Jerman atas Belgia tersebut melanggar syarat-syarat Perjanjian London. Dalam perjanjian tersebut dijelaskan bahwa Belgia merupakan wilayah netral yang tidak boleh terlibat perang. Oleh karena itu, Inggris akhirnya menyatakan perang melawan Jerman. Inggris mengirim pasukan British Expeditionary Force (BEF) ke Prancis untuk menghadapi Jerman. Akan tetapi, pergerakan pasukan BEP yang dibantu Prancis dan Belgia tidak mampu menghadang pasukan Jerman. Bahkan, serangan Jerman menyebabkan pusat pemerintahan Prancis untuk sementara dipindahkan ke Bourdeaux.

Serangan Jerman ke Prancis tidak semudah yang dibayangkan. Taktik serangan cepat yang diterapkan Jerman ternyata menyebabkan sebagian besar pasukan Jerman mengalami kelelahan. Taktik ini juga menyebabkan pasokan logistik pertempuran cepat menipis. Dengan keterbatasan tersebut, pada 8 September 1914 pasukan Prancis berhasil menahan pasukan Jerman di sekitas Sungai Marne. Selanjutnya, kedua kubu pasukan pun membangun parit-parit sebagai tempat pertahanan. Pada 5 Spetember 1914 Prancis dan Inggris menyerang kekuatan Jerman di wilayah Marne.

Dalam pertempuran Marne pasukan Prancis dan Inggris mendapat bantuan dari Divisi Kelima Prancis dan pasukan BEF. Kedatangan bala bantuan bagi pihak Prancis dan Inggris menyebabkan pasukan Jerman terdesak. Akhirnya, pada 13 September 1914 Jerman memilih mundur ke Dataran Tinggi Chermin des Dames. Rencana Jenderal von Schlieffen untuk menguasai Paris dalam waktu enam minggu akhirnya menuai kegagalan.

Buku Perang Dunia I: Kisah yang Tak Terlewatkan (2005) menyebutkan, memasuki Desember 1914 pasukan Jerman, Prancis, dan Inggris melakukan gencatan senjata tidak resmi dan dilakukan secara spontan. Gencatan senjata ini terjadi di sepanjang garis pertempuran barat. Meskipun aksi ini dilarang oleh pemimpin tertinggi militer setiap negara, kedua kubu pasukan tetap bertemu di suatu wilayah yang selanjutnya disebut no man's land (tanah tidak bertuan antara kedua pasukan yang bermusuhan).

Salah satu fakta menarik dalam pertempuran Front Barat pada periode ini terlihat menjelang perayaan Natal. Pada saat itu pasukan Jerman, Prancis, dan Inggris saling bertukar makanan, minuman, dan saling berbincang. Pasukan Royal Welch Fusilier dari Inggris juga mengibarkan bendera yang bertuliskan "Selamat Natak". Pasukan Jerman kemudian membalas dengan mengibarkan kain yang bertuliskan "Terimakasih". Dari fakta tersebut dapat dimaknai bahwa di setiap jiwa pasukan yang bertempur masih terselip sikap cinta damai. 

b. Periode 1915

Penggunaan parit sebagai tempat pertahanan pada pertempuran front Barat menunjukkan bahwa pertempuran yang terjadi merupakan bentuk pertempuran parit. Pada periode 1915 Inggris mulai encoba mengubah strategi perang dengan melakukan strategi pertempuran gerak cepat. Mengingat pasukan Inggris jauh lebih sedikit dibandingkan pasukan Jerman, pemerintah Inggris kemudian mengajak masyarakatnya untuk bergabung menjadi tentara sukarela.

Ajakan pemerintah Inggris tersebut disambut baik oleh masyarakat Inggris. Baru enam minggu perang berlangsung, stengah juta pria Inggris secara sukarela menjadi tentara Kitchener. Sebutan tentara Kitchener ini terinspirasi dari nama Menteri Perang Inggris pada saat itu yang bernama Lord Kitchener. Banyaknya tentara sukarela menjadikan Inggris sebagai satu-satunya negara yang tidak memiliki tentara terlatih dalam jumlah besar. Pemerintah Inggris juga mengerahkan kaum wanita untk dipekerjakan di pabrik amunisi dan senjata.

Sejak 1915 Amerika Serikat mulai terlibat dalam Perang Dunia I. Keterlibatan Amerika Serikat terjadi karena kapal selam Jerman U-20 menenggelamkan kapal penumpang Lisitania milik Amerika Serikat yang melintas di sekitar Laut Irlandia. Sejak saat itu, Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jerman dan bergabung dengan blok Sekutu.

Tahun 1915 merupakan periode terburuk bagi pasukan Sekutu dalam Perang Dunia I. Pasukan Sekutu sering melakukan kesalahan dalam menerapkan strategi pertempuran. Selain itu, buruknya komunikasi antarnegara Sekutu semakin menambah keterpurukan. Pada Maret 1915 pasukan Sekutu sempat memenangi pertempuran di Neuve Chapelle. Akan tetapi, pasukan Sekutu mengalami kekalahan besar pada pertempuran kedua di Ypres yang berlangsung sepanjang April-Mei 1915.

Kejalahan tersebut terjadi karena Jerman mulai menggunakan gas beracun terbuat dari khlorine. Strategi ini diterapkan untuk memecah kebuntuan dalam parit-parit. Meskipun strategi ini melanggar hukum perang internasional, Jerman berpendapat bahwa pasukan Prancis telah terlebih dahulu menggunakannya. Selanjutnya, pada pertempuran Artois yang terjadi pada bulan September-Oktober 1915 pasukan Sekutu mengalami kekalahan. Hingga akhir tahun 1915 sekira 16 ribu pasukan Sekutu tewas dan lebih dari 38 ribu lainnya terluka.

c. Periode 1916-1918

Kota Vedun menjadi sasaran awal penyerangan pasukan Jerman yang dipimpin Erick von Falkenhayn pada periode 1916. Pasukan ini menerapkan taktik membumihanguskan Kota Verdun dengan tujuan menguras tenaga pasukan Prancis. Dalam serangan tersbut Jerman membom Kota Verdun dengan tembakan artileri dan bom pesawat selama beberapa hari. Serangan ini menyebabkan benteng pertahanan Douaumont jatuh. Prancis pun harus kehilangan Jenderal Joffre yang kemudian digantikan Jenderal Petain.

Dalam waktu singkat pertempuran Verdun telah berhasil menguras kekuatan militer Prancis. Akibatnya, pasukan prancis yang berada di Somme ditarik untuk memperkuat pertempuran di Verdun. Kedudukan pasukan Prancis di Somme selanjutnya digantikan divisi dari Inggris bernama Divisi 4 British Expeditionary Force (BEF) yang dipimpin oleh Sir Henry Rawlinson. Pasuka  BEF di SOmme kemudian menyerang garis pertahanan pasukan Jerman sehingga memicu pecahnya pertempuran Somme.

Dalam pertempuran Somme terjadi perbedaan pendapat antarpemimpin pasukan BEF. Sir Henry Rawlinson sebagai pemimpin divisi BEF di Somme menginginkan strategi operasi "gigit dan tahan". Strategi ini dilaukan dengan melibatkan pasukan artileri berat, mengutaman pergerakan pasukan infanteri secara cepat, dan  mempertahankan bagian-bagian garis tempur Jerman. Adapun komandan tertinggi BEF, Sir Douglas Haig menginginkan terobosan infanteri yang diikuti gerakan kavaleri. Akhirnya, keduanya sepakat mengawali serangan dengan tembakan artileri berat yang dilanjutkan dengan pergerakan pasukan kaveleri. Meskipun demikian, BEF mengalami kegagalan dalam pertempuran Somme.

Kegagalan tersebut tidak menyurutkan tekad BEF untuk terus menyerang garis pertahanan Jerman. Pada Juli 1917 Inggris menyerang Ypres, Belgia. Serangan ini memicu meletusnya pertempuran Ypres ketiga. Serangan ke Ypres bertujuan memutus jalur kereta api yang digunakan untuk menyalurkan logistiik bagi ppasukan Jerman di medan pertempuran. Serangan ini juga berhasil mengganggu mental tempur pasukan Jerman.

BEF kemudian menyerang sebuah kota kecil di sekitar Ypres yang bernama Passchendaele. BEF berkali-kali menyerang kota tersebut sebagai garis luar pertahanan Jerman. Akan tetapi, kuatnya pertahanan Jerman dan kondisi  cuaca yang buruk menyebabkan BEF kesulitan menguasai kota kecil tersebut. Pada 5 November 1917 dengan bantuan basukan Kanada, BEF berhasil menguasai Passchendaele. Akan tetapi, kedudukan BEF di Passchendaele hanya berlangsung selama lima bulan. Pada April 1918 pasukan Jerman kembali berhasil merebut Passchendaele.

2. Front Timur

Seperti yang dilakukan di Front Barat, pembangunan parit sebagai tempat pertahanan juga dilakukan di Font Timur. Sepanjang tahun 1915 Sekutu mencoba membantu Rusia dalam pertempuran di Front Timur. Usaha Sekutu ini bertujuan merebut ibu kota Kekaisarab Ottoman dan menyediakan rute laut yang aman bagi perdagangan militer dan hasil bumi Rusia.

Serangan Sekutu ke daerah Gallipoli diawali dengan pemboman benteng-benteng Turki yang berfungsi sebagai pelindung area Dardanella. Selanjutnya, pasukan Sekutu yang dibantu pasukan ANZAC (Australia and New Zealand Army Corps) dari Australia dan Selandia Baru mendarat di Gallipoli dan mengawasi Selat Dardanella. Pada 25 April 1915 pasukan Sekutu berhasil mendirikan pangkalan militer di Semenanjung Helles dan Gaba Tepe.

Dalam menghadapi pasukan Sekutu, Turki mendapat bantuan dari pasukan Jerman yang dipimpin Otto Liman von Sanders. Untuk membendung pergerakan pasukan Sekutu, Jerman menempatkan dua divisi yang membentuk pertahanan di sepanjang pantai Semenanjung Helles. Divisi pasukan jerman mendapat dukungan pasukan Turki yang dipimpin Mustafa Kemal Attaturk. Dalam pertempuran Gallipoli, Sekutu mengalami kekalahan dan kehilangan sekira 200 ribu pasukan. Kejadian ini menyebabkan komandan tertinggi pasukan Sekutu, Sir Ian Hamilton mengundurkan diri. Pengunduran diri Sir Ian Hamilton disusul dengan penarikan pasukan Sekutu dari medan pertempuran Gallipoli.

Kekalahan pasukan Sekutu pada pertempuran Gallipoli tidak disebabkan oleh superioritas pasukan Turki dan Jerman. Kekalahan ini disebabkan kegagalan Sekutu beradaptasi dengan medan pertempuran dan kesalahan starategi. Pasukan Sekutu tidak siap dengan kondisi medan berupa perbukitan batu dan hutan rimba yang sulit di tembus. Selain itu, sengatan sinar matahari yang begitu terik menghalangi pandangan pasukan pada siang hari.

3. Pertempuran Laut

Selama Perang Dunia I berlangsung hanya terjadi dua perang utama di laut, yaitu pertempuran di kepulauan Falkland dan pertempuran Jutland. Pertempuran Jutland terjadi pada awal tahun 1916 yang melibatkan Angkatan Laut Jerman melawan Angkatan Laut Inggris. Angkatan Laut Jerman dipimpin Laksamana Franz von Hipper, sedangkan Angkatan Laut Inggris dipimpin Laksamana Reinhard Scheer yang dibantu Laksamana Muda John Jellicoe. Dalam pertempuran Jutland, pada awalnya Jerman mengandalkan kapal-kapal penjelajah ringan yang mampu menyerang kedudukan kapal perang milik Angkatan Laut Inggris. Kapal-kapal ringan milik Jerman, yaitu Nurmberg dan Leizig yang tergabung dalam armada Dresden berhasil menenggelamkan kapal Coronel, salah satu kapal perang berat milik Angkatan Laut Inggris.

Setelah berhasil dengan strategi kapal ringan tersebut, pada 1917 Jerman menerapkan strategi kapal selam tanpa batas karena mengetahui Amerika Serikat telah bergabung dengan blok Sekutu. Selain itu, Jerman berusaha memperkuat garis pertahanan terluar untuk mencegah pergerakan armada perang Amerika Serikat menuju medan pertempuran Juland. Pada 1917 ancaman serangan kapal selam Jerman berkurang karena seluruh kapal dagang milik Inggris dan Amerika Serikat berlayar secara konvoi dan dikawal oleh kapal-kapal perusak. Taktik ini tentu saja menyulitkan kapal selam Jerman dalam melakukan serangan. Selain itu, kapal perusak Inggris dilengkapi tekonologi baru berupa hydrophone dan depth charges yang mampu menyerang posisi kapal selam secara akurat.

Dalam pertempuran Jutland, baik Jerman maupun Inggris mengklaim sebagai pemenang. Pada mulanya Jerman memperoleh kemenangan dalam pertempuran Jutland. Seiring berjalannya waktu posisi Inggris berbalik unggul dalam pertempuran ini. Pada akhir tahun 1916 armada Jerman mulai menderita kekalahan serius. pada Mei 1917 armada laur Jerman mengalami kekalahan setelah Amerika Serikat membantu blok Sekutu dalam Perang Dunia I. Dapat dikatakan, tahun 1917 merupakan periode kegelapan bagi Angkatan Laut Jerman karena kekalahan telak dallam pertempuran Jutland. Sisa-sisa Angkatan Laut Jerman hanya dapat bertahan di pelabuhan hingga Perang Dunia I berakhir.

C. Berakhirnya Perang Dunia I

Berakhirnya Perang Dunia I bermula saat pasukan Sekutu berhasil menembs garis pertahanan Jerman di Hidenburg. Keberhasilan pasukan Sekutu ini membuat mental pasukan Jerman jatuh. Pada 3 Oktober 1918 Pangeran Max von Baden dari Jerman meminta Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson menjadi penengah dalam konflik Perang Dunia I. Permintaan Jerman ini tidak mendapat tanggapan dari Amerika Serikat. Kedudukan blok Sentral pun semakin terdesak dalam Perang Dunia I saat Austro-Hongaria menyerah pada 30 Oktober 1918 dan selanjutnya Turki menyerah pada 2 November 1918.

Pada 6 November 1918 di sebuah gerbong kereta di Compiegne, Jerman menandatangani perjanjian genjatan senjata yang diberlakukan pada 11 November 1918, pukul 11.00. Dalam perjanjian tersebut, Jerman sepakat menarik pasukan dari Front Barat dan Front Timur serta menyerahkan angkatan lautnya kepada pasukan Sekutu. Salah satu dampak penting kesepakatan tersebut adalah Kaisar Wilhelm II sebagai penguasa Jerman diturunkan dari takhtanya. Selanjutnya, pada 1 Desember 1918 pasukan Sekutu mulai menduduki Rhineland, sebuah wilayah strategis di Jerman yang dapat mengontrol wilayah lainnya. Dengan didudukinya Rhineland oleh Sekutu, Perang Dunia I pun dinyatakan berakhir.

Memasuki tahun 1919 negara-negara yang terlibat Perang Dunia I mulai membahas konferensi damai (Perjanjian Versailles). Konferensi damai ini kemudian berlanjut dengan dilaksanakannya beberapa perjanjian penting. 

1. Perjanjian Versailles

Pada 28 Juni 1919 tokoh-tokoh Sekutu mengadakan pertemuan di istana Versailles dekat Paris untuk menentukan syarat-syarat perjanjian damai. Tokoh-tokoh yang hadir pada pertemuan tersebut antara ain Woodrow Wilson (Amerika Serikat), Georges Clemeceau (Prancis), David Lloyd (Inggris), dan Orlando (Italia). Dalam perjanjian ini Jerman sebagai pihak yang kalah dipaksa menerima semua syarat perjanjian damai. Perjanjian Versailles menghasilkan keputusan sebagai berikut.

a. Jerman menyerahkan Elzas-lotharingen kepada Prancis dan Eupen-Malmedy kepada Belgia.

b. Danzig dan sekitarnya menjadi kota merdeka di bawah Liga Bangsa-Bangsa (LBB).

c. Daerah Saar berada di bawah kekuasaan LBB selama lima belas tahun. Selanjutnya, akan diadakan plebisit untuk mengetahui rakyat ingin bergabung dengan Jerman atau Prancis.

d. Jerman kehilagan semua daerah jajahannya karena harus diserahkan kepada Inggris, Prancis, dan Jepang.

e. Jerman membayar ganti rugi perang sebesar 132 miliar mark emas kepada Sekutu.

f. Jumlah personel angkatan perang Jerman diperkecil hingga 100.000 tentara. Angkatan Laut berjumlah maksimal 15.000 tentara, hanya boleh memiliki enam kapal bersenjata dengan berat maksimal 10.000 ton, enam kapal perang gerak cepat dengan berat maksimal 60.000 ton, serta dua belas kapal penghancur dengan berat maksimal 800 ton. Selain itu, Jerman dilarang memproduksi gas beracun, melakukan perdagangan senjata dengan negara lain, memproduksi pesawat tempur, melakukan blokade terhadap kapal lain, dan memproduksi kapal selam.

g. Kapal-kapal dagang Jerman diserahkan kepada Inggris untuk mengganti kerugian perang.

h. Daerah Jerman sebelah barat Sungai Rhein diduduki Sekutu sebagai jaminan selama lima belas tahun.

Perjanjian Versailles dirancang sedemikian rupa agar Jerman tidak menjadi ancaman serius bagi kekuatan militer negara-negara yang tergabung dalam blok Sekutu. Akan tetapi, Perjanjian Versailles membuat rakyat Jerman marah dan merasa dipermalukan. Mereka merasa diperlakukan tidak adil karena kekuatan negara pemenang hanya tertarik untuk membalas dendam.

2. Perjanjian Saint Germain

Perjanjian Saint Germain ditandatangani pada 10 November 1919. Perjanjian ini menyelesaikan permaslaahan antara Sekutu dengan Austria. Perjanjian Saint Germain menghasilkan keputusan sebagai berikut.

a. Austria harus mengakui kemerdekaan Hungaria, Cekoslovakia, dan Polandia.

b. Austria kehilangan Tyrol, Istrie, dan sebagian Sudenten.

c. Penerapan zona demiliterisasi di Austria.

d. Pembentukan daerah Yugoslavia yang terdiri atas Serbia, Montenegro, dan beberapa daerah Austria di Balkan.

e. Pembatalan perjanjian antara Jerman dan Austria yang pernah dilakukan sebelumnya. Pembatalan ini dilakukan untuk mencegah kedua belah pihak membentuk kekuatan besar kembali sehingga mencegah terjadinya kemungkinan perang.

3. Perjanjian Neuilly

Perjanjian Neuilly ditandatangani pada 27 November 1919. Perjanjian ini melibatkan blok Sekutu dan Bulgaria. Berdasarkan keputusan Perjanjian Neuilly, Bulgaria harus menyerahkan daerah pantai Aegea kepada Yunani.

4. Perjanjian Trianon

Perjanjian Trianon ditandatangani pada 4 Juli 1920. Perjanjian ini merupakan sebuah kesepakatan perdamaian antara pihak Sekutu dan Hungaria. Perjanjian tersebut memutuskan wilayah Hungaria dipersempit dan posisi raja tidak boleh diduduki oleh keluarga Hapsburg.

5. Perjanjian Sevres

Perjanjian Sevres dilaksanakan pada 20 Agustus 1920. Perjanjian ini melibatkan blok Sekutu dan blok Sentral yang diwakili Turki. Isi Perjanjian Sevres sebagai berikut.

a. Daerah Turki diperkecil sehingga tinggal Konstatinopel dan sekitarnya.

b. Daerah yang penduduknya bukan orang Turki harus dilepaskan.

c. Yunani menduduk daerah Smyrna dan Thracia.

d. Selat Dardanella, Laut Marmara, dan Selat Bosporus harus dibuka untuk semua kapal.

e. Turki mengakui kemerdekaan Armenia dan Kurdi.

6. Perjanjian Lausane

Perjanjian lausane merupakan kelanjutan dari Perjanjian Sevres yang dianggap merugikan Turki. Kesepakatan dalam Perjanjian Sevres menyulut pemberontakan pihak Turki terhadap Yunani di Smyrna. Dibawah pimpinan Mustafa Kemal Pasha, pemberontakan ini berhasil menyerang Yunani. Atas peristiwa ini, Sekutu dan Turki mengadakan Perjanjian Lausane. Isi Perjanjian Lausane sebagai berikut.

a. Turki tidak membayar kerugian akibat perang.

b. Turki tidak memperkecil angkatan perangnya.

c. Wilayah Thracia Timur kembali ke tangan Turki.

d. Semua bangsa asing yang memiliki hak ekstrateritorial harus dihapuskan.

e. Seluruh penduduk yang bukan bangsa Turki dilepaskan.

D. Pengaruh Perang Dunia I bagi Masyarakat Dunia di Berbagai Bidang

Perang Dunia I tidak hanya berpengaruh bagi masyarakat Eropa, tetapi pengaruhnya menyebar hingga ke seluruh dunia. Selama empat tahun berlangsung Perang Dunia I telah memengaruhi dan mengubah tatanan masyarakat dunia di berbagai bidang kehidupan.

1. Bidang Politik

Perang Dunia I memengaruhi perubahan teritorial. Perubahan teritorial ini terjadi akibat kekalahan negara-negara sentral seperti Jerman, Turki, Bulgaria, dan Austria. Berdasarkan perjanjian damai pada 1919, Jerman harus menyerahkan banyak wilayahnya kepada prancis dan Belgia. Berakhirnya Perang Dunia I juga menyebabkan munculnya negara-negara baru di Eropa. 

Selain perubahan teritorial, Perang Dunia I berdampak pada munculnya paham politik baru. Salah satu paham yang berkembang pada masa ini adalah diktatorisme. Paham ini dianut oleh Nazi di Jerman di bawah pimpinan Adolf Hitler, fasisme di Italia di bawah pimpinan Benito Mussolini, dan diktatorisme proletariat di Rusia di bawah pimpinan Vladimir Lenin. Penganut paham ini menganggap demokrasi tidak mampu menyelesaikan kekacauan yang terjadi, baik politik maupun ekonomi.

2. Bidang Sosial-Ekonomi

Perang Dunia I menimbulkan kesengsaraan dan kemiskinan di beberapa negara. Sekira sembilan juta orang tewas, mengalami luka-luka, cacat fisik, dan cacat mental. Selain itu, banyak serdadu yang ditahan dan tidak mengetahui keberadaannya. Sebagian besar korban perang adalah kaum pria muda. Keadaan ini menyebabkan terjadinya perubahan struktur sosial di beberapa negara. Bahkan, pada masa Perang Dunia I telah muncul gerakan emansipasi wanita karena pada masa ini wanita memiliki peran yang sama dengan kaum laki-laki.

Perang Dunia I juga memengaruhi kegiatan perekonomian dunia. Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan Kanada terjadi kelebihan produksi. Sementara itu, perindustrian di Jerman mengalami kehancuran. Selanjutnya, sejak 1923 dunia dilanda krisis ekonomi (malaise). Ketidakmampuan pemerintah Jerman dalam mengatasi permasalahan ekonomi ini dalam perkembangannya menjadi salah satu penyebab pembentukan Partai Sosialis Nasional (Nazi) di bawah pimpinan Adolf Hitler.

Depresi ekonomi yang terjadi pasca-Perang Dunia I menyebabkan Amerika Serikat menerapkan sistem isolasi ekonomi. Pada 1920 Presiden Warren Harding menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak akan mengambil bagian dalam hubungan internasional. Langkah ini diambil agar depresi ekonomi yang terjadi di Eropa tidak melanda Amerika Serikat. Kebijakan ini ternyata berdampak positif bagi perekonomian Amerika Serikat.

Selama depresi ekonomi yang terjadi pada periode 1920-an, Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara di dunia yang penduduknya dapat mengendarai mobil, mendengarkan radio, dan menyaksikan film. Periode ini juga merupakan pencapaian terbesar Amerika Serikat dalam pertumbuhan industri dan arsitektur. Selanjutnya, untuk mengatasi pengangguran massal Presiden F. D. Roosevelt menggunakan dana pemerintah yang berasal dari pajak untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru.

3. Bidang Hubungan Internasional

Nasionalisme bangsa-bangsa di dunia semakin berkembang pasca-Perang Dunia I. Kekalahan negara-negara Sentral menyebabkan daerah-daerah koloninya melakukan tuntutan kemerdekaan. Kelompok Sekutu yang mengalami kemenangan pada Perang Dunia I menjadi semakin superior karena daerah koloninya semakin bertambah.

Setelah Perang Dunia I beberapa negara di dunia menginginkan pembentukan lembaga dunia. Lembaga dunia ini bertugas menjaga perdamaian dan keharmonisan kehidupan dunia. Atas dasar itu, Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson menyarankan dibentuknya Liga Bangsa-Bangsa. Akhirnya, pada 10 Januari 1920 Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) terbentuk. Kehadiran LBB diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan dunia dan menghindari terjadinya peperangan.

4. Bidang Teknologi

Perang Dunia I memiliki pengaruh cukup signifikan dalam bidang teknologi. Salah satunya berkaitan dengan penemuan taktik dan teknik baru di bidang militer. Jika sebelumnya sumber energi yang digunakan berasal dari batu bara, setelah Perang Dunia I penggunaan batu bara tergeser oleh minyak bumi. Begitu juga dalam bidang industri militer yang sumber energinya beralih dari batu bara menjadi minyak bumi.

Selain penggunaan minyak bumi, penemuan teknologi baru lainnya adalah penggunaan senjata kimia berupa serangan gas beracun khlor. Penggunaan gas beracun ini menyebabkan prajurit yang bertempur pada Perang Dunia I mulai menggunakan topeng gas. Teknologi perkapalan pada Perang Dunia I juga semakin meningkat setelah ditemukannya sistem sonar yang memanfaatkan gelombang suara untuk mengukur kedalaman laut.

5. Bidang Kesenian

Setelah Perang Dunia I kesenian di Eroopa mengalami kemajuan. Kemajuan ini ditandai dengan munculnya berbagai aliran kesenian, yaitu fauvisme, kubisme, dan seni fotografi. Kesenian beraliran fauvisme merupakan sejenis seni modern yang menekankan keliaran, penggunaan warna yang ekstrem, abstrak, serta dibuat dengan sentuhan kesegaran dan spontanitas. Kubisme adalah seni modern yang memanfaatkan gelombang gambaran geometris sebagai subjek seperti pesawat dan pesawat. Seni fotografi menggeser seni gambar beraliran realistis. Salah satu seniman terkenal pada masa itu adalah Pablo Picasso, seorang pelukis dan pematung dari Spanyol.


Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter