PEMBAHASAN
A. Kaitanya Wabah yang Terjadi di Indonesia dengan Pagebluk, Epidemi, dan Pandemi
Dilansir dari linksehat.com, terdapat 9 (sembilan) wabah yang pernah terjadi di Indonesia sebelum adanya Covid-19 diantaranya yaitu cacar, malaria, demam berdarah (DBD), sampar (penyakit pes), penyakit kolera, flu burung, SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), Spanish flu, dan flu babi (swine flue). Dengan menelusuri penyakit-penyakit sepanjang waktu dan wilayah geografis, para ahli epidemiologi dapat mengetahui cara memprediksi berapa banyak kasus penyakit yang normalnya terjadi di dalam periode waktu, tempat, dan populasi tertentu.
Dalam sejarahnya, ketika sebuah penyakit baru muncul, wabah memang menjadi lebih jelas terlihat karena jumlah kasus yang diantisipasi akibat penyakit itu masih kosong. Ruang lingkupnya yang masih kecil diharapkan para ahli kesehatan dapat menemukan solusi agar penyakit baru tidak dapat menyebar dan mencegah bertambahnya penderita baru.
Sementara itu, apabila wabah sudah menyebar lebih luas dan penularannya terjadi dengan cepat dapat dikatakan bahwa penyakit yang menyebar tersebut disebut sebagai epidemi. Epidemi terjadi ketika suatu wabah tidak dapat dikendalikan lagi penyebarannya dalam artian sudah terlambat.
Ditingkat penyebaran yang lebih luas, epidemi berkembang menjadi endemic. Endemi adalah penyakit menular yang ruang lingkupnya lebih kecil dibanding pandemi, misalnya satu negara saja, wilayah, atau benua. Namun, apabila wabah penyakit terjadi serempak dimana-mana, meliputi wilayah geografis yang luas yaitu seluruh negara, benua, bahkan dunia dapat dikatakan wabah penyakit tersebut disebut sebagai pandemi. Tercatat ada beberapa penyakit pandemi yang paling mematikan sepanjang sejarah, yaitu diantaranya Covid-19, cacar, campak, tipus, flu spanyol, black death, dan HIV/ AIDS.
Jadi berdasarkan alurnya, suatu penyakit dapat berkembang menjadi wabah, endemi, epidemi, dan pandemi dikarenakan ruang lingkup penyebarannya yang semakin luas dan kompleks.
Kemunculan suatu wabah penyakit memiliki dampak secara langsung maupun tidak langsung di berbagai sektor, baik publik, maupun nonpublik, serta berbagai bidang kehidupan, termasuk kependudukan. Wabah penyakit mengakibatkan sejumlah penduduk sakit dan mati, serta adanya dominasi penduduk usia lanjut yang mengalami kematian, sehingga penting untuk melakukan proyeksi terhadap jumlah tingkat sakit dan tingkat kematian yang mungkin terjadi serta menganalisis potensi pengaruhnya terhadap pembentukan kembali komposisi struktur usia penduduk.
Pandemi yang ditimbulkan oleh penyakit berpotensi memiliki dampak terhadap sumber daya manusia, baik langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, pandemi berpotensi mengakibatkan terjadinya morbiditas dan mortalitas dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap sektor kesehatan (The World Bank, 2014), serta berpotensi menimbulkan dampak berkelanjutan terhadap perpanjangan usia yang seharusnya dicapai (Karagiannis & Karagiannis, 2020; McGillivray, 1991).
Dinamisasi populasi dapat berupa perubahan dalam hal stuktur usia dengan bentuk dan dampak yang beragam (Bender, 2018). Salah satu dampak dari sakit dan kematian yang terjadi akibat pandemi adalah pengurangan jumlah penduduk yang berpotensi memengaruhi komposisi penduduk, karena komposisi penduduk merupakan susunan demografis dari populasi yang ada dalam suatu wilayah geografis (Pol & Thomas, 2002). Susunan demografis populasi tersebut dapat digambarkan berdasarkan karakteristik usia atau jenis kelamin.
B. Grafik Covid-19 (Positif, Sembuh, dan Meninggal) di Kabupaten Indramayu Tahun 2020 dan 2021
Berdasarkan data perkembangan Covid-19 Kabupaten Indramayu tahun 2020, selama periode bulan Mei hingga akhir tahun 2020 yaitu bulan Desember, tren grafik perkembangan kasus Covid-19 terutama kasus terkonfirmasi positif dan meninggal dunia akibat Covid-19 terus mengalami peningkatan yang sangat drastis. Dimana peningkatan jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 terjadi pada bulan Agustus hingga bulan Desember. Menurut Wiku, peningkatan kasus Covid-19 dipengaruhi oleh masa libur Panjang yang terjadi pada bulan November. Kemudian diakhir tahun adanya mobilitas masyarakat yang tinggi. Sedangkan kasus penderita Covid-19 yang meninggal dunia terjadi pada bulan September hingga bulan Desember. Meningkatnya kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dan meninggal dunia akibat Covid-19 di Kabupaten Indramayu juga diikuti dengan tren peningkatan jumlah penderita Covid-19 yang sembuh. Tercatat pada akhir tahun jumlah penderita Covid-19 yang sembuh sebanyak 1.148 orang, dengan kasus terkonfirmasi sebanyak 1.930 orang, dan meninggal dunia sebanyak 75 orang.
BPS Kabupaten Indramayu.
2011. “Indramayu dalam Angka 2011”.
Sumber: https://indramayukab.bps.go.id/publication/2011/12/29/kabupaten-indramayu-dalam-angka-2011.html (Diakses pada tanggal 21 September 2021, pukul 20.24 WIB).
BPS Kabupaten Indramayu. 2016.
“Indramayu dalam Angka 2016”.
Sumber: https://indramayukab.bps.go.id/publication/2016/07/15/kabupaten-indramayu-dalam-angka-2016.html (Diakses pada tanggal 21 September 2021, pukul 21.31 WIB).
BPS Kabupaten Indramayu.
2021. “Indramayu dalam Angka 2021”.
Sumber: https://indramayukab.bps.go.id/publication/2021/02/26/kabupaten-indramayu-dalam-angka-2021.html (Diakses pada tanggal 24 September 2021, pukul 09.34 WIB).
Sulistyowati, S., E. 2014. Ensiklopedia
Geografi: Kependudukan. Klaten: Cempaka Putih.
Post a Comment
Post a Comment