Evapotranspirasi dipengaruhi oleh faktor- faktor meteorologi, seperti :
a. Penyinaran matahari
Penyinaran matahari secara langsung akan mempengaruhi besar kecilnya evapotranspirasi. Makin lama penyinaran matahari per harinya maka makin besar pula evapotranspirasi dan sebaliknya. Proses ini terjadi hampir tanpa berhenti pada sinag hari dan kerap terjadi pada malam hari. Perubahan wujud dari air menjadi gas memerlukan input energi yang berupa panas. Proses tersebut sangat aktif jika ada penyinaran langsung dari matahari.
b. Temperatur
Temperatur ini dapat berupa suhu badan air, tanah, dan tanaman ataupun juga suhu atmosfir. Seperti disebutkan di atas suatu input energi sangat diperlukan agar evapotranspirasi berjalan terus. Jika suhu udara dan tanah semakin tinggi, maka proses evapotranspirasi akan berjalan lebih cepat dibandingkan jika suhu udara dan tanah rendah, karena adanya energi panas yang tersedia. Kemampuan udara untuk menyerap uap air akan naik jika suhunya naik, maka suhu udara mempunyai efek ganda terhadap besarnya evapotranspirasi, sedangkan suhu tanah, daun tumbuhan dan suhu air hanaya mempunyai efek tunggal.
c. Kelembaban relatif (RH)
Kemampuan untuk menyerap uap air akan berkurang sehingga laju evaporasi akan menurun jika kelembaban relatif udara naik. Ketika stomata daun tanaman terbuka, diffusi uap udara yang keluar dari daun tergantung pada perbedaan antara tekanan uap air di dalam rongga sel dan tekanan air pada atmosfer.
d. Kecepatan angin (v)
Angin merupakan faktor yang menyebabkan terdistribusinya air yang telah diuapkan ke atmosfir, sehingga proses penguapan dapat berlangsung terus sebelum terjadinya kejenuhan kandungan uap di udara. Agar proses tersebut berjalan terus maka lapisan jenuh itu harus diganti dengan udara kering. Pergantian itu dapat terjadi hanya kalau ada angin. Jadi kecepatan angin memegang peranan dalam proses evapotranspirasi, karena makin cepat angin berhembus maka semakin besar evapotranspirasi.
e. Letak lintang
Letak lintang akan mempengaruhi iklim suatu daerah seperti lamanya penyinaran matahari, temperatur, angin, dan lai-lain, sehingga mempengaruhi besar evapotranspirasi. Pada suatu zona iklim tertentu ET akan berbeda sesuai dengan ketinggian dihitung dari elevasi permukaan air laut, ini sebenarnya bukan berbeda karena ketinggian itu sendiri tetapi diakibatkan oleh temperatur, karena lengas dan kecepatan angin berhembus yang berkaitan dengan ketinggian wilayah yang dimaksud juga radiasi matahari untuk wilayah tinggi berbeda dengan wilayah yang rendah.
f. Suhu udara/ atmosfer
Jumlah panas yang mengakibatkan kenaikan suhu udara atau suhu tanah dinyatakan sebagai neraca jumlah panas dalam proses jumlah panas yang bertambah atau hilang akibat perbedaan suhu antara permukaan tanah dan lapisan tanah di permukaan tanah, jumlah panas yang bertambah dan hilang akibat penguapan dan presipitasi dipermukaan tanah, dan jumlah panas yang disalurkan di dalam tanah melalui permukaan tanah.
g. Karakteristik tanaman
Tanaman ternyata memiliki peran yang penting dalam proses evapotranspirasi. Walaupun ia hanya menyumbang 10 persen dari jumlah total air di atmosfir, karakteristik vegetasi akan mempengaruhi laju transpirasi di suatu wilayah. Salah satu faktor yang mempengaruhi transpirasi pada tanaman adalah lebar daun dari tanaman tersebut. Semakin lebar daun, maka semakin tinggi laju air yang diuapkan melalui daun-daunnya.
Contoh dari tanaman yang memiliki daun lebar dan mengeluarkan uap air banyak adalah pohon-pohon di hutan hujan. Bandingkan dengan pohon konifer pada lintang utara ataupun pohon kaktus di gurun yang memiliki daun sangat kecil atau bahkan menjarum. Selain itu, untuk tanaman yang akarnya menancap lebih dalam ke tanah, maka air yang di transpirasikan lebih banyak karena lebih banyak air yang diserap.
Sedangkan untuk tanaman semak, yang akarnya hanya berada di permukaan tanah, atau tidak menancap di tanah terlalu dalam, ia hanya mentranspirasikan sedikit air. Apalagi jika tanaman tersebut bukan merupakan tanaman berkayu. Tinggi dari tanaman semak juga tidak setinggi tanamannya kayu, dan hal tersebut mempengaruhi proses transpirasi.
h. Ketersediaan air di tanah
Aspek kedua yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah banyaknya air yang tersedia di dalam tanah. Jika tanah tersebut merupakan reservoir utama air, maka tingkat evaporasinya tinggi. Hal yang sama juga terjadi pada daerah dengan tangkapan air yang besar, kelembapan tanah yang dimiliki juga lebih tinggi. Ketika hujan turun, tanah ini akan menyerap kelembapan dan air dari hujan, sehingga bisa mengganti kelebihan air yang di evaporasikan sebelumnya.
Daerah reservoir utama biasanya terletak pada daerah yang posisi tanahnya tinggi, karena ia juga harus mengalirkan air ke drainase sungai bagian hilir. Ketika musim kemarau, ketersediaan air tanah yang menipis juga mempengaruhi proses ini. Sebab di musim kemarau, proses evapotranspirasi terjadi dan menyebabkan air di tanah menjadi menipis. Akan tetapi hal tersebut tidak akan berlangsung lama, sebab setelah musim berganti, maka jumlah air yang berkurang akan terisi kembali.
Ada 3 faktor yang mendukung kecepatan evapotranspirasi yaitu (1) faktor iklim mikro, mencakup radiasi netto, suhu, kelembaban dan angin. (2) faktor tanaman, mencakup jenis tanaman, derajat penutupannya, struktur tanaman, stadia perkembangan sampai masak, keteraturan dan banyaknya stomata, mekanisme menutup dan membukanya stomata, (3) faktor tanah, mencakup kondisi tanah, aerasi tanah, potensial air tanah dan kecepatan air tanah bergerak ke akar tanaman (Linsley dkk., 1989).
Post a Comment
Post a Comment