Klasifikasi
Iklim
Iklim merupakan kondisi cuaca di suatu wilayah dalam
kurun waktu yang lama, dan disusun oleh unsur-unsur yang sama dengan yang
menyusun cuaca. Untuk mencari harga rata-rata ini tergantung pada kebutuhan dan
keadaan. Penyimpangan dalam penyusunan kondisi rata-rata jamak terjadi, dan
perlu dilakukan pembandingan mendasarkan pada harga/ kondisi normal. Yaitu
harga rata-rata cuaca selama 30 tahun.
Angka 30 tahun merupakan persetujuan internasional.
Iklim dari suatu tempat disusun oleh unsur yang variasinva besar, maka hampir
tidak mungkin untuk dua tempat mempunyai iklim yang identik. Perlu diketahui
bahwa semua klasifikasi iklim masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan
tergantung lokasi dan pendekatan yang dipergunakan.
Beberapa metode klasifikasi iklim dijabarkan sebagai
berikut :
a. Klasifikasi
Menurut Koppen
Dasar klasifikasi ini adalah rata-rata curah hujan dan
temperatur baik bulanan maupun tahunan. Tanaman-tanaman asli dilihat sebagai
kenampakan yang terbaik dari keadaan iklim yang sesungguhnya, sehingga
batas-batas iklim ditentukan dengan batas-batas hidupnya tanaman. Koppen
mengenalkan bahwa daya guna hujan terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman
tidak tergantung hanya pada jumlahnya hujan tetapi juga tergantung intensitas
evaporasi yang menyebabkan hilangnya air yang cukup besar, baik dari tanah
maupun dari tanaman.
Bagian hujan yang diuapkan tidak ada gunanya bagi
tanaman. Metode Koppen dalam usaha menunjukkan intensitas evaporasi dan oleh
karenanya juga daya guna hujan adalah dengan cara menggabungkan hujan dengan
temperatur. Koppen menggunakan simbol-simbol tertentu untuk mencirikan tipe
iklim. Tiap-tiap tipe iklim terdiri dan kombinasi huruf dan masing-masing huruf
mempunyai arti sendiri-sendiri. Koppen membagi permukaan bumi menjadi lima
golongan, yaitu sebagai berikut :
1) Iklim
Hujan Tropika (Tropical Rainy Climates) (A)
Iklim ini diberi simbol (A). Daerah yang termasuk
iklim ini adalah daerah yang mempunyai temperatur bulan terdingin lebih besar
daripada 18°C (64 ºF). Iklim ini dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :
a) Tropika
basah (Af)
Daerah
yang termasuk tipe iklim ini di samping memenuhi syarat tersebut di atas juga
adalah. daerah yang bulan terkering hujan rata-ratanya lebih besar daripada 60
mm.
b) Tropika
basah (Am)
Jumlah
hujan pada bulan-bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan kering.
Jadi pada tipe ini ada bulan-bulan yang basah dan bulan-bulan kering. Tetapi
bulan-bulan kering dapat diimbangi oleh bulan-bulan basah. Sehingga pada
daerah-daerah yang demikian masih terdapat hujan yang cukup lebat.
c) Tropika
basah kering (Aw)
Jumlah hujan bulan-bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering. Sehingga vegetasi yang ada adalah padang rumput dengan pohon-pohon yang jarang.
2)
Iklim Kering (Dry Climates)
(B)
Golongan
iklim ini diberi simbol (B), dibagi menjadi dua tipe iklim yaitu:
a)
Iklim steppe (BS)
Daerah
setengah kering yang terletak antara daerah savana dan padang pasir pada
lintang kecil.
b) Iklim padang pasir (BW)
3) Iklim
Sedang (Humid Mesothermal Climates) (C)
Untuk golongan iklim ini rata-rata
bulan terdingin temperaturnya lebih besar daripada -3°C tetapi lebih kecil
daripada 18°C (64°F) dan rata-rata temperatur bulanan terpanas lebih besar
daripada 10°C (50°F). Golongan iklim ini dibagi menjadi tiga tipe iklim yaitu :
a) Iklim
sedang dengan musim panas yang kering (Dry-summer Subtropical Climates)
(Cs)
Ciri tipe ini ialah adanya musim
panas yang kering. Musim panas dikatakan kering jika jumlah hujan bulan
terkering pada musim panas lebih kecil daripada sepertiga jumlah hujan bulan
terbasah dalam musim dingin. (Bulan terkering hujannya lebih kecil dari 30 mm).
b) Iklim
sedang; dengan musim dingin yang kering (Cw)
Ciri daerah dengan tipe iklim ini
ialah adanya musim panas yang lembap dan musim dingin yang kering. Musim dingin
dikatakan kering jika jumlah hujan rata-rata pada musim dingin lebih kecil
daripada sepersepuluh jumlah hujan bulan terbasah pada musim panas.
c) Iklim
sedang yang lembap (Cf)
Ciri tipe iklim ini ialah selalu lembap sepanjang
tahun.
4) Iklim
Dingin (Humid Microthermal Climates) (D)
Golongan iklim ini mempunyai temperatur
rata-rata bulan-bulan terdingin kurang daripada -3°C (27°F) dan rata-rata
bulan-bulan terpanas lebih besar daripada 10°C (50°F). Golongan iklim ini
dibagi menjadi dua tipe iklim yaitu :
a) Iklim
dingin dengan musim dingin yang kering (Dw)
Hujan dalam musim panas tidak begitu
lebat dan hujan dalam musim dingin- sangat kecil.
b) Iklim
dingin tanpa periode kering (Df)
5) Iklim
kutub (Polar Climates) (E)
Ciri-ciri golongan iklim ini ialah rata-rata
temperatur bulan terpanas kurang dari 10°C (50°F). Golongan ini dibagi menjadi
dua tipe iklim yaitu :
a) Iklim
tundra (ET)
Bulan terpanas rata-rata temperatur
lebih besar daripada 0°C (32°F) tetapi lebih kecil daripada 10°C (50°F). Tidak
ada hujan yang ada hanya lumut.
b) Iklim
es - salju abadi (EF)
Temperatur rata-rata bulan terpanas
lebih kecil daripada 0°C (32°F). Tipe iklim ini adalah tipe iklim yang
dicirikan oleh adanya es, dan salju yang bersifat abadi.
Manfaat
Iklim Koppen :
Tujuan adanya iklim koppen ini yang berdasarkan dari
penelitian dari garis lintang 5-10° khatulistiwa jelas terdapat manfaat untuk
perancangan zona vegetasi atau bioma yang sedang dipetakan.
Manfaat lain iklim koppen dari berbagai bidang adalah
:
1)
Bidang Pertanian
2)
Bidang Transportasi
3)
Bidang Telekomunikasi
4)
Bidang Pariwisata
Klasifikasi iklim Koppen ini memiliki tujuan yang
bermanfaat untuk perancangan formula yang akan menentukan batas- batas iklim
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan mereka yang sedang berada di zona
vegetasi atau bioma yang sedang dipetakan. Berdasarkan pada klasifikasi Iklim
Koppen, dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah dan
perwilayahan Indonesia beriklim A, di daerah pegunungan beriklim C, dan di
Puncak Jaya Wijaya beriklim E.
Diagram Koppen
Sumber : Modul Praktikum METKLIM (2019)
b. Klasifikasi
Menurut Schmidt dan Ferguson
Klasifikasi menurut Schmidt dan
Ferguson, klasifikasi ini menggunakan teknik yang hampir sama yaitu
mempertimbangkan bulan basah dan bulan kering seperti yang dikemukakan oleh
Mohr. Perbedaannya adap pada teknik mencari bulan basah dan bulan kering.
Schmidt dan Ferguson menghitung bulan basah dan bulan kering tidak melalui
harga rata-rata curah hujan untuk masing-masing bulan tetapi dengan cara setiap
tahun adanya bulan basah dan bulan kering dihitung, kemudian dijumlahkan untuk
beberapa tahun dan dirata-ratakan.
Hal ini mengingat bahwa kalau
digunakan harga rata-rata masing-masing bulan adanya bulan basah dan bulan
kering yang tiap tahun bergeser kemungkinan sekali tidak tampak pada harga
rata-rata. Sebagai dasar penggolongan iklim kedua penulis ini menggunakan suatu
rasio Q yakni perbandingan antara jumlah rata-rata bulan-bulan kering dengan
rata-rata bulan basah.
Kriteria iklim
Schmidt-Ferguson, yaitu:
1)
Bulan
Basah (BB) : Jumlah curah hujan
lebih dahsyat dari 100 mm/bulan.
2)
Bulan
Lembab (BL) : Jumlah curah hujan
mencapai 60-100 mm/bulan.
3)
Bulan
Kering (BK) : Jumlah curah hujan kurang
lebih sekita 60 mm/bulan
Jumlah rata-rata bulan kering dan
bulan basah didapat dari data hujan seluruh Indonesia antara tahun 1921-1940
dengan menghilangkan tempat-tempat yang mempunyai data dari sepuluh tahun.
Berdasarkan besarnya nilai Q, Schmidt dan Ferguson menentukan tipe hujan di
Indonesia, yakni :
Sumber : Modul Praktikum METKLIM (2019)
Iklim Schmidt dan Ferguson sering
disebut juga Q model karena didasarkan atas presentase nilai Q. Berikut ini
adalah rumus presentase nilai Q klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson
:
Manfaat Iklim Schmidt- Ferguson
Iklim Schmidt-Ferguson
digunakan untuk menentukan pemetaan pola tanam komoditas perkebunan dan hutan.
Tipe iklim Schmidt-Ferguson digunakan untuk tanaman keras atau tanaman
perkebunan dan tanaman kehutanan (Dewi, 2005). Pemetaan komoditas tanaman yang
cocok ditanam pada iklim adalah tanaman pangan seperti Padi.
Iklim Schmidt dan Ferguson sering
disebut juga Q model karena didasarkan atas presentase nilai Q. Berikut ini
adalah rumus presentase nilai Q klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson
:
Adapun klasifikasi iklim menurut
Schmidt-Ferguson berdasarkan presentase nilai Q dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tipe
Iklim |
Nilai Q (%) |
Keadaan Iklim dan Vegetasi |
A |
< 14,3 |
Daerah sangat basah, hutan hujan
tropika. |
B |
14,3 –
33,3 |
Daerah basah, hutan hujan tropika. |
C |
33,3 –
60,0 |
Daerah agak basah, hutan rimba,
daun gugur pada musim kemarau. |
D |
60,0 –
100,0 |
Daerah sedang, hutan musim. |
E |
100,0 –
167,0 |
Daerah agak kering, hutan sabana. |
F |
167,0 –
300,0 |
Daerah kering, hutan sabana. |
G |
300,0 –
700,0 |
Daerah sangat kering, padang
ilalang. |
H |
> 700,0 |
Daerah ekstrim kering, padang ilalang. |
Sumber : Modul Praktikum METKLIM (2019)
Hal ini ditentukan dengan berdasarkan
besarnya rasio Q dan tipe curah hujan pada suatu golongannya masing-masing.
Semakin kecil nilai Q, semakin basah suatu tempat dan semakin besar nilai Q,
semakin kering suatu tempat.
Diagram Tipe Hujan Di Indonesia Menurut
Schmidt dan Ferguson
Sumber : Modul Praktikum METKLIM (2019)
c. Klasifikasi
Menurut Oldeman
Iklim Oldeman merupakan hasil
dari klasifikasi yang didasarkan pada kriteria dari berbagai cakupan yang
terdapat pada bulan-bulan di antaranya bulan basah dan bulan kering atau dengan
kata lain adalah bulan turun hujan yang di turunkan secara berturut- turut.
Hal ini tergolong klasifikasi bahkan memiliki kriteria yang sering digunakan
dalam membuat sistem baru yang dihubungkan dengan menggunakan unsur iklim
hujan. Karena kriteria ini berdasarkan pada kriteria bulan-bulan basah dan
bulan-bulan kering saja.
Dalam perhitungan bulan basah dan
bulan kering memiliki batasan peluang dari kebutuhan air atau tanaman namun
klasifikasi ini tetap berguna untuk keperluan lahan pertanian dan membuat
sistem baru yang di dasari dari berbagai konsep.
Klasifikasi ini menggunakan teknik yang hampir
sama yaitu mempertimbangkan bulan basah dan bulan kering seperti yang
dikemukakan oleh Mohr.
Kriteria iklim
Oldeman, yaitu:
Kriteria yang terdapat dalam
klasifikasi iklim ini adalah didasarkan dari perhitungan dengan batasan untuk
kebutuhan tanaman, sehingga iklim ini digunakan pada bulan-bulan tertentu yang
telah di dasari sebagai sebutan zona agroklimat.
Kategori iklim Oldeman ini sebagai
penentuan iklimnya dengan menggunakan divisinya yang didasarkan pada jumlah bulan
kering (BK) dan bulan basah serta bulan lembab yang berturut-turut.
Manfaat
Iklim Oldeman
Pengklasifikasian iklim oldeman memang
tergolong baru di Indonesia. Meskipun demikian pengklasifikasian iklim oldeman
ini banyak dimanfaatkan oleh para petani di Indonesia. Seperti yang kita
ketahui bersama bahwa sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian
sebagai petani dan pertanian memegang peranan penting bagi perekonomian
Indonesia. Maka dari itulah pengklasifikasian oldeman ini menjadi sangat penting.
Klasifikasi iklim ini diarahkan kepada tanaman- tanaman pangan seperti padi dan
juga golongan palawija. Dibandingkan dengan metode pengklasifikasian iklim yang
lainnya, metode ini sudah lebih modern karena sekaligus memperhitungkan unsur
cuaca lain seperti radiasi matahari yang dikaitkan dengan kebutuhan air oleh
tanaman.
Manfaat lain yang terdapat pada iklim oldeman
adalah sebagai berikut :
a)
Untuk bertempat tinggal di sebuah wilayah
yang beriklim baik karena memiliki udara yang nyaman.
b)
Dapat melakukan kegiatan dalam bidang
perikanan dan pertanian.
c)
Berpengaruh pada perbedaan dalam hal
perumahan, pakaian, makanan, kegiatan dan keperluan hidup lainya.
d)
Kehidupan manusia lebih senang hidup
karena tidak terlalu panas.
e)
Dapat melakukan usaha perhubungan yang
banyak karena cuacanya sangat diperlukan bagi manusia.
f)
Dapat mempengaruhi produksi pertanian.
g)
Cocok untuk tanaman seperti karet, pala,
cengkeh, dan kelapa sawit.
h)
Metode yang semacam ini sudah lebih modern
karena dalam memperhitungkan unsur radiasi matahari yang dikaitkan dengan
kebutuhan air oleh tanaman.
Tipe pengklasifikasin iklim
oldeman ini ada 5 macam (didasarkan pada bulan basah berturut- turut),
sementara sub divisinya dibagi menjadi empat macam (didasarkan bulan kering
berturut- turut).
Tabel
Klasifikasi Iklim Oldeman Tipe Utama
No. |
Tipe Utama |
Panjang Bulan
Basah (Bulan) |
1 |
A |
> 9 |
2 |
B |
7 – 9 |
3 |
C |
5 – 6 |
4 |
D |
3 – 4 |
5 |
E |
< 3 |
Sumber : Modul Praktikum METKLIM (2019)
Tabel Klasifikasi Iklim Oldeman sub Tipe
No. |
Sub Tipe |
Panjang Bulan Kering |
1 |
1 |
<= 1 |
2 |
2 |
2 – 3 |
3 |
3 |
4 – 6 |
4 |
4 |
> 6 |
Sumber : Modul Praktikum METKLIM (2019)
Berdasarkan kriteria di atas kita dapat membuat klasifikasi tipe iklim
Oldeman untuk suatu daerah tertentu yang mempunyai cukup banyak stasiun/pos
hujan. Data yang dipergunakan adalah data curah hujan bulanan selama 10 tahun
atau lebih yang diperoleh dari sejumlah stasiun/pos hujan yang kemudian
dihitung rata-ratanya.
Sumber : Modul Praktikum METKLIM (2019)
Berdasarkan 5 tipe utama dan 4 sub divisi tersebut, maka tipe iklim dapat
dikelompokkan menjadi 17 wilayah agroklimat Oldeman mulai dari A1 sampai E4
sebagaimana tersaji pada gambar segitiga Oldeman.
Tabel Wilayah Agroklimat Oldeman
No. |
Tipe |
Panjang Bulan
Basah |
Panjang Bulan
Kering |
(CH > 200
mm) |
( CH < 100
mm) |
||
1 |
A1 |
> 9
bulan |
< 2 bulan |
2 |
A2 |
> 9
bulan |
2 bulan |
3 |
B1 |
7 – 9 bulan |
> 2 bulan |
4 |
B2 |
7 – 9 bulan |
2 – 3 bulan |
5 |
B3 |
7 – 9 bulan |
4 -5 bulan |
6 |
C1 |
5 – 6 bulan |
< 2 bulan |
7 |
C2 |
5 – 6 bulan |
2 – 3 bulan |
8 |
C3 |
5 – 6 bulan |
4 – 6 bulan |
9 |
C4 |
5 – 6 bulan |
7 bulan |
10 |
D1 |
3 – 4 bulan |
< 2 bulan |
11 |
D2 |
3 – 4 bulan |
2 – 3 bulan |
12 |
D3 |
3 – 4 bulan |
4 – 6 bulan |
13 |
D4 |
3 – 4 bulan |
7 – 9 bulan |
14 |
E1 |
< 3 bulan |
< 2 bulan |
15 |
E2 |
< 3 bulan |
2 – 3 bulan |
16 |
E3 |
< 3 bulan |
4 – 6 bulan |
17 |
E4 |
< 3 bulan |
7 – 9 bulan |
Sumber : Modul Praktikum METKLIM (2019)
Oldeman mengeluarkan penjabaran tiap-tiap tipe
agroklimat sebagai berikut :
TIPE IKLIM |
KETERANGAN |
A1 ; A2 |
Sesuai untuk padi terus menerus tetapi produksi kurang karena
pada umumnya intensitas radiasi rendah sepanjang tahun. |
B1 |
Sesuai untuk padi terus menerus
dengan perencanaan awal musim tanam yang
baik. Produksi tinggi bila panen musim kemarau. |
B2; B3 |
Dapat tanam padi dua kali setahun dengan varietas umur pendek dan
musim kering yang pendek cukup untuk tanaman palawija. |
C1 |
Tanam padi dapat sekali dan palawija dua kali setahun. |
C2; C3; C4 |
Setahun hanya dapat satu kali tanam padi dan penanaman
palawija kedua harus berhati-hati jangan jatuh pada bulan kering. |
D1 |
Tanam padi umur pendek satu kali dan biasanya produksi bias tinggi
karena kerapatan fluks radiasi tinggi. Waktu tanam palawija cukup. |
D2; D3; D4 |
Hanya mungkin satu kali padi atau satu
kali palawija setahun, tergantung pada adanya
persediaan air irigasi. |
E |
Daerah ini umumnya terlalu kering,
mungkin hanya dapat satu kali |
Sumber
: Modul
Praktikum METKLIM (2019)
d. Klasifikasi
Iklim Menurut Junghuhn
Franz Wilhelm Junghuhn menyelenggarakan
penelitian di distrik Sumatera Selatan dan pun di Dataran Tinggi Bandung untuk
mencocokkan iklim yang didasarkan pada elevasi suatu tempat. Seperti yang anda
ketahui bersama sesungguhnya semakin tinggi sebuah tempat maka udara yang
dialami semakin sejuk dan dan dingin. Dengan demikian sayuran atau tumbuhan
pertanian yang ditanam juga akan bertolak belakang dengan yang terdapat di
dataran rendah yang notabene lebih panas. Junghuhn membagi iklim menurut
elevasi suatu lokasi ke dalam 4 kelompok. Menurut Junghuhn klasifikasi daerah
iklim dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Daerah panas/tropis
Ketinggian tempat
antara 0 – 600 m dari permukaan laut. Suhu 26,3° – 22°C. Tanamannya seperti
padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, dan cokelat.
2) Daerah sedang
Ketinggian tempat
600 – 1500 m dari permukaan laut. Suhu 22° -17,1°C. Tanamannya seperti padi,
tembakau, teh, kopi, cokelat, kina, dan sayur-sayuran.
3) Daerah sejuk
Ketinggian tempat
1500 – 2500 m dari permukaan laut. Suhu 17,1° – 11,1°C. Tanamannya seperti teh,
kopi, kina, dan sayur-sayuran.
4) Daerah dingin
Ketinggian tempat
lebih dari 2500 m dari permukaan laut. Suhu 11,1° – 6,2°C. Tanamannya tidak ada
tanaman budidaya kecuali sejenis lumut.
Berikut adalah gambar pembagian Iklim Junghuhn.
Sumber : Modul Praktikum METKLIM (2019)
e. Klasifikasi
Iklim Menurut Thornthwaite
Seperti halnya klasifikasi Koppen,
Thornthwaite juga mencari cara menentukan batas-batas iklim secara kuantitatif
yang juga berdasarkan vegetasi. Dimana Thornthwaite menganggap bahwa kebutuhan
air tanaman tidak hanya tergantung pada besarnya curah hujan, tetapi juga
tergantung evaporasi. Dalam klasifikasi ini Thornthwaite menggunakan unsur
penguapan. Hal ini seperti juga yang diterangkan oleh Koppen, bahwa kebutuhan
air oleh tanaman tidak hanya tergantung pada besarnya hujan tetapi juga
tergantung pada besarnya penguapan.
Dalam penentuan kelas iklim ini dikemukakan
dua pengertian, yaitu :
1) Rasio Suhu Evaporasi (Precipitation Effect Ratio), PE ratio = P/E
Sumber : Modul Praktikum METKLIM (2019)
Tabel golongan kelembapan didasarkan pada indeks efek presipitasi (PE index)
Daerah
Kelembapan |
Klasifikasi Iklim |
Indeks P-E |
|
Tipe Kelembapan |
Vegetasi |
||
A |
Amat
Basah (Super Humid) |
Hutan
Hujan |
≥
128 |
B |
Basah
(Humid) |
Hutan |
64-127 |
C |
Basah
(Sub humid) |
Padang
Rumput |
32-63 |
D |
Kering
(Semiarid) |
Stepa |
16-31 |
E |
Amat
kering |
Gurun
Pasir |
<
16 |
Sumber : Modul Praktikum METKLIM (2019)
2) Rasio Temperatur Evapotranspirasi (Temperature Effect Ratio), TE ratio =
T/E (T: suhu udara Fahrenheit dan E: evaporasi)
Sumber : Modul Praktikum METKLIM (2019)
Tabel Golongan Suhu Didasarkan pada TE Index
Daerah
Suhu |
Tipe Termal |
Indeks T-E |
A
' |
Salju |
≥ 128 |
B
' |
Tundra |
64-127 |
C
' |
Taiga |
32-63 |
D
' |
Mikrotermal |
16-31 |
E
' |
Mesotermal |
1-15 |
F
' |
Tropis |
0 |
Sumber : Modul Praktikum METKLIM (2019)
f.
Klasifikasi Menurut Mohr
Sistem Koppen menurut Mohr kurang
berlaku bagi Indonesia, terutama mengenai batasan hujan. Mohr selanjutnya
menyusun batasan baru tentang kekuatan periode kering terhadap tanah dari
gambaran curah hujan. Oleh Mohr dibedakan tiga derajat kebebasan suatu bulan :
a) Bulan
basah : adalah suatu bulan yang curah hujannya lebih besar.
daripada 100 mm. Curah hujan lebih besar daripada penguapan.
b) Bulan
kering : adalah suatu bulan di mana curah hujan lebih kecil
daripada 60 mm. Curah hujan lebih kecil daripada penguapan.
c) Bulan
lembap : adalah suatu bulan di mana curah hujan lebih besar
dari 60 mm tetapi lebih kecil daripada 100 mm. Curah hujan sama dengan
penguapan.
Untuk mencari
bulan basah dan bulan kering Mohr menggunakan rata-rata curah hujan
masing-masing bulan selama beberapa tahun. Dan pembagian iklim menurut Mohr
didasarkan atas banyaknya bulan basah dan bulan kering suatu tempat. Dalam
kenyataannya sifat fisis tanah sangat berpengaruh, Mohr mengemukakan lima
golongan iklim, yaitu :
a.) Golongan
I
: Daerah basah, yaitu daerah di mana hampir tidak ada satu pun bulan yang
hujannya kurang dari 60 mm (tergolong bulan kering).
b.) Golongan
II
: Daerah agak basah, dengan periode kering yang lemah. Terdapat satu bulan
kering.
c.) Golongan
III
: Daerah agak kering, di mana adanya bulan-bulan kering lebih banyak. Jumlah
bulan kering antara 3-4 bulan.
d.) Golongan
IV
: Daerah kering di mana jumlah bulan-bulan kering jauh lebih banyak, sampai
enam bulan.
e.) Golongan
V
: Daerah sangat kering dengan kekeringan yang panjang dan kuat.
g. Klasifikasi
dengan Mintakat Temperatur
Untuk klasifikasi yang pertama adalah yang dibuat pada
zaman Yunani yang membagi tiap belahan bumi menjadi tiga daerah atau mintakat,
yaitu :
1)
Daerah
Tropika, daerah ini tidak ada musim dingin (winter).
Temperatur terus menerus tinggi.
2)
Daerah
sedang, daerah ini ada musim yang berbeda tegas. Satu musim
umumnya panas atau hangat dan lainnya sejuk atau dingin.
3)
Daerah
kutub, daerah ini tidak ada musim panas (summer).
Temperaturnya sepanjang tahun rendah.
h.
Klasifikasi Menurut Temperatur
Klasifikasi
atas dasar temperatur yang kedua adalah yang dikemukakan oleh Klages (1942).
Berdasarkan temperatur dia membagi permukaan bumi menjadi lima daerah, yaitu :
1) Daerah tropika
: rata-rata temperatur setahun lebih besar dari 20°C.
2) Daerah subtropika :
4-11 bulan temperaturnya lebih besar dari 20°C.
3) Daerah sedang
: 4-12 bulan temperaturnya antara 10-12°C.
4) Daerah dingin
: 1-4 bulan temperaturnya 10-20°C, dan lainnya kurang dari 10°C.
5) Daerah kutub
: temperatur rata-rata —1°C dengan tanpa bulan yang temperaturnya lebih besar
daripada 10°C.
Post a Comment
Post a Comment