Bentuk lahan didefinisikan para geograf sebagai berbagai kenampakan ( multitudinous features) yang memberikan wujud pada wajah permukaan bumi. Unsur-unsur bentuk lahan meliputi seluruh kenampakan-kenampakan luas (daratan, dataran tinggi, dan pegunungan) serta kenampakan yang lebih sempit misalnya bukit, lembah, lereng, dan lain-lain.
Bentuk lahan merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan tiap-tiap satuan kenampakan dari kenampakan menyeluruh yang membentuk wajah permukaan bumi. Bentuk lahan merupakan hasil dari proses geomorfologi. proses pembentukannnya dikendalikan oleh proses alami, batuan penyusun topografi, struktur geologi, serta waktu. Berdasarkan pengertian ini, faktor-faktor pembentuk bentuk lahan dapat dirumuskan sebagai berikut.
Lf = f (T, P, S, M, K)
Keterangan :
Lf = landform atau bentuk lahan
T = topografi
P = proses alam
S = struktur geologi
M = material batuan
K = ruang dan waktu kronologis
Faktor Topografi
Topografi pembentuk bentuk lahan dikelompokkan berdasarkan sudut lereng (%) dan beda tinggi (meter). Sudut lereng dan beda tinggi ini menentukan tipe relief pada kenampakan bentuk lahan. Tipe relief secara umum dapat dibedakan menjadi tujuh kelas, yaitu datar, berombak, bergelombang, berbukit, bergunung, bergunung curam, dan bergunung terjal.
Faktor Proses Alam
Bentuk lahan terbentuk oleh adanya proses alam. berbagai proses alam yang bekerja di permukaan Bumi dapat berupa proses vulkanik, fluvial, marin, aeolin, glasial, solusional, denudasional, struktural, marin, aeolin, dan organik. Berbagai proses alam tersebut dikendalikan oleh gaya endogen (dari dalam bumi) dan gaya eksogen (dari luar bumi).
Faktor Struktur Geologi
Akibat adanya tenaga endogen yang bekerja pada batuan, terbentuk struktur geologi. Struktur geologi mencakup antiklinal, sinklinal, sesar, dan volkan dengan berbagai macam perkembangannnya. Keberadaan tekanan yang berasal dari samping (searah/berlawanan arah) atau dari bawah akan membentuk struktur geologi berupa lipatan. Struktur geologi berupa lipatan hanya terjadi pada batuan yang bersifat lentur. Apabila batuan tidak bersifat lentur maka akan membentuk struktur geologi patahan. Perkembangan struktur geologi berupa lipatan dan patahan akan menambah keunikan dari kenampakan bentuk lahan.
Faktor Material Batuan
Selain struktur geologi, batuan penyusun menentukan sifat dari masing-masing bentuk lahan. Batuan penyusun berbentuk lahan dapat dibedakan menjadi batuan beku, batuan sedimen, dan batuan ubah yang tersusun oleh berbagai macam mineral. Setiap batuan ini memiliki sifat yang berbeda-beda.
Pembentukan batuan beku disebabkan oleh pembekuan magma, baik yang terjadi di dalam perut bumi (batuan beku dalam) maupun diluar perut bumi (batuan beku luar). Batuan sedimen terbentuk karena adanya proses pengendapan material yang terangkut oleh aliran sungai karena tenaga pengangkut tidak mampu mengangkut material lebih juh lagi. Sedimentasi oleh aliran sungai biasanya terjadi pada tempat yang relatif datar. Oleh karena itu, pembentukan batuan sedimen umumnya membentuk lapisan horizontal, kecuali pada daerah delta dan pertemuan dua arus yang berlawanan. Batuan ubah terbentuk karena adanya proses metamorfosa pada batuan beku maupun betuan sedimen. Batuan tersebut mengalami tekanan dan mendapatkan pengaruh suhu udara tinggi dalam kurun waktu yang sangat lama.
Faktor Ruang dan Waktu
Faktor terakhir yang memengaruhi pembentukan bentuk lahan adalah stadia (ruang dan waktu). Setiap bentuk lahan di permukaan Bumi terbentuk pada ruang atau tempat yang berbeda-beda. Adapun waktu pembentukan bentuk lahan di permukaan Bumi dibedakan menjadi tiga stadium, yaitu muda, menengah, dan tua.
Klasifikasi Bentuk Lahan Menurut Verstappen dan van Zuidam
Bentuk muka Bumi sangat kompleks dan tersusun oleh berbagai macam bentuk lahan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah klasifikasi bentuk lahan untuk menyederhanakannya menjadi satuan-satuan bentuk lahan yang lebih detail. Pengklasifikasian didasarkan pada persamaan sifat tiap-tiap bentuk lahan. Secara umum, persamaan sifat tersebut mencakup tiga aspek sebagai berikut.
1. Konfigurasi permukaan yang terdiri atas bentuk dan atribut topografi. Bentuk topografi meliputi dataran,berombak, bergelombang, perbukitan, dan pegunungan. Sementara itu, atribut topografi meliputi kemiringan lereng, bentuk lereng, panjang lereng, beda tinggi, dan bentuk lembah.
2. Struktur geologi dan jenis batuan atau material.
3. Proses geomorfologi yang mengakibatkan terjadinya bentuk lahan beserta dengan perubahannya.
Beberapa ahli telah mengemukakan dasar klasifikasi bentuk lahan dalam ilmu Geomorfologi. Sebut saja, Lobeck A.K. (1942), Klimaszewski M. (1978), Verstappen dan van Zuidam (1969), serta Desaunetts J. R. (1977). Dari beberapa dasar pengklasifikasian bentuk lahan tersebut, klasifikasi bentuk lahan menurut Verstappen dan van Zuidam lebih banyak digunakan sebagai pedoman pemetaan bentuk lahan. Dalam mengklasifikasikan bentuk lahan ke dalam satuan-satuan lebih detail, Verstappen dan van Zuidam menggunakan dasar genetis ( asal mula pembentukan).
Klasifikasi bentuk lahan atas dasar genetis merupakan pedoman yang dianggap paling fleksibel. Secara genetis klasifikasi bentuk lahan ini dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu berdasarkan tenaga endogen dan struktur geologi, serta tenaga eksogen.
Tenaga endogen disebut juga tenaga tektonik yang berasal dari dalam Bumi. tenaga endogen menekan lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit Bumi (litosfer). Tenaga ini bekerja membentuk muka Bumi melalui proses diatropisme dan proses vulkanisme.
Proses diatropisme adalah proses struktural yang mengakibatkan terjadinya lipatan dan patahan tanpa dipengaruhi magma. Tenaga endogen yang bekerja pada batuan akan membentuk struktur geologi, bentukan antiklinal, sinklinal, dan sesar.
Gejala vulkanisme berhubungan dengan aktivitas keluarnya magma pada gunungapi. Proses vulkanisme terjadi karena adanya magma yang keluar dari zona tumbukan antar lempeng. Para ilmuwan memperkirakan aliran magma mendesak keluar membakar kerak Bumi dan meletus di permukaan.
Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi.Tenaga ini bersifat merombak bentuk permukaan Bumi hasil bentukan tenaga endogen. Proses eksogen sangat ditentukan oleh tenaga geomorfologis yang mengikis dan mengangkut material di permukaan Bumi. tenaga itu berupa angin, air, gelombang laut, suhu udara, dan es.
Beberapa keunggulan dari sistem klasifikasi bentuk lahan menurut Verstappen dan van Zuidam ialah dasar genetisnya bersifat sistematis, dapat diterapkan di Indonesia, dapat diinterpetasi menggunakan citra penginderaan jauh, dapat digunakan untuk berbagai skala, dan dapat digunakan untuk tujuan ilmiah (terapan).
Berdasarkan genetisnya, bentuk lahan dapat dibedakan menjadi bentuk lahan asal vulkanik, struktural, fluvial, denudasional, solusional, glasial, aeolin, dan organik.
Bentuk Lahan Asal Vulkanik
Klasifikasi Bentuk Lahan Menurut Verstappen dan van Zuidam
Bentuk muka Bumi sangat kompleks dan tersusun oleh berbagai macam bentuk lahan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah klasifikasi bentuk lahan untuk menyederhanakannya menjadi satuan-satuan bentuk lahan yang lebih detail. Pengklasifikasian didasarkan pada persamaan sifat tiap-tiap bentuk lahan. Secara umum, persamaan sifat tersebut mencakup tiga aspek sebagai berikut.
1. Konfigurasi permukaan yang terdiri atas bentuk dan atribut topografi. Bentuk topografi meliputi dataran,berombak, bergelombang, perbukitan, dan pegunungan. Sementara itu, atribut topografi meliputi kemiringan lereng, bentuk lereng, panjang lereng, beda tinggi, dan bentuk lembah.
2. Struktur geologi dan jenis batuan atau material.
3. Proses geomorfologi yang mengakibatkan terjadinya bentuk lahan beserta dengan perubahannya.
Beberapa ahli telah mengemukakan dasar klasifikasi bentuk lahan dalam ilmu Geomorfologi. Sebut saja, Lobeck A.K. (1942), Klimaszewski M. (1978), Verstappen dan van Zuidam (1969), serta Desaunetts J. R. (1977). Dari beberapa dasar pengklasifikasian bentuk lahan tersebut, klasifikasi bentuk lahan menurut Verstappen dan van Zuidam lebih banyak digunakan sebagai pedoman pemetaan bentuk lahan. Dalam mengklasifikasikan bentuk lahan ke dalam satuan-satuan lebih detail, Verstappen dan van Zuidam menggunakan dasar genetis ( asal mula pembentukan).
Klasifikasi bentuk lahan atas dasar genetis merupakan pedoman yang dianggap paling fleksibel. Secara genetis klasifikasi bentuk lahan ini dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu berdasarkan tenaga endogen dan struktur geologi, serta tenaga eksogen.
Tenaga endogen disebut juga tenaga tektonik yang berasal dari dalam Bumi. tenaga endogen menekan lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit Bumi (litosfer). Tenaga ini bekerja membentuk muka Bumi melalui proses diatropisme dan proses vulkanisme.
Proses diatropisme adalah proses struktural yang mengakibatkan terjadinya lipatan dan patahan tanpa dipengaruhi magma. Tenaga endogen yang bekerja pada batuan akan membentuk struktur geologi, bentukan antiklinal, sinklinal, dan sesar.
Gejala vulkanisme berhubungan dengan aktivitas keluarnya magma pada gunungapi. Proses vulkanisme terjadi karena adanya magma yang keluar dari zona tumbukan antar lempeng. Para ilmuwan memperkirakan aliran magma mendesak keluar membakar kerak Bumi dan meletus di permukaan.
Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi.Tenaga ini bersifat merombak bentuk permukaan Bumi hasil bentukan tenaga endogen. Proses eksogen sangat ditentukan oleh tenaga geomorfologis yang mengikis dan mengangkut material di permukaan Bumi. tenaga itu berupa angin, air, gelombang laut, suhu udara, dan es.
Beberapa keunggulan dari sistem klasifikasi bentuk lahan menurut Verstappen dan van Zuidam ialah dasar genetisnya bersifat sistematis, dapat diterapkan di Indonesia, dapat diinterpetasi menggunakan citra penginderaan jauh, dapat digunakan untuk berbagai skala, dan dapat digunakan untuk tujuan ilmiah (terapan).
Berdasarkan genetisnya, bentuk lahan dapat dibedakan menjadi bentuk lahan asal vulkanik, struktural, fluvial, denudasional, solusional, glasial, aeolin, dan organik.
Bentuk Lahan Asal Vulkanik
Bentuk lahan asal vulkanik terbentuk akibat aktivitas vulkanisme. Vulkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma yang bergerak naik ke permukaan Bumi. Aneka bentuk lahan ini berkaitan erat dengan aktivitas gunungapi. Contoh bentuk lahan vulkanik antara lain gunungapi strato, kawah (danau kawah), kaldera ( danau kaldera), kurucut gunungapi, lereng gunungapi, medan lava (lahar), gunungapi perisai, gunungapi bocca, sumbat laca, leher gunungapi, dan pseudo vulkan.
Bentuk Lahan Asal Struktural
Bentuk lahan asal struktural terbentuk karena pengaruh kuat tekanan dari dalm Bumi yang membentuk struktur geologis. Ada dua tipe utama struktur geologi yang memberikan kontrol terhadap bentukan struktural, yaitu struktur aktif (menghasilkan bentukan baru) dan struktur tidak aktif (bentuk lahan hasil erosi pada masa lalu). Contoh bentuk lahan asal struktural antara lain pegunungan lipatan, pegunungan dome, pegunungan blok sesar, pegunungan plato, perbukitan lipatan, perbukitan dome, perbukitan blok sesar, perbukitan plato, pegunungan kompleks, perbukitan kompleks, perbukitan dike (sill), teras struktural, dan dataran struktural.
Bentuk Lahan Asal Fluvial
Bentuk lahan asal fluvial terbentuk karena aktivitas sungai berupa pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan (sedimentasi). bentuk lahan asal fluvial rata-rata memiliki relief datar dengan material penyusun berupa hasil rombakan berukuran halus sampai kasar. Contoh bentuk lahan fluvial antara lain dataran aluvial, teras sungai, kipas aluvial, dan dataran danau.
Bentuk Lahan Asal Denudasional
Bentuk lahan denudasional terbentuk karena proses degradasi, seperti erosi dan longsor. Batuan yang telah lapuk menjadi fraksi-fraksi, terkena erosi dan tersangkut ke daerah yang lebih landai, kemudian terendaokan. pada bentuk lahan denudasional, derajat erosi yang terjadi ditentukan oleh jenis batuan, vegetasi, dan relief. Contoh bentuk lahan denudasional antara lain pegunungan denudasional, perbukitan denudasional, kompleks perbukitan sisa dan terisolir, permukaan planasi, kipas koluvial dan kerusut koluvial, lereng kaki, dinding terjadi, serta lahan rusak.
Bentuk Lahan Asal Solusional
Bentuk lahan solusional terbentuk karena proses pelarutan batuan yang mudah larut seperti batu gamping. Bentuk lahan ini memiliki ciri khas berlubang-lubang, membulat atau memanjang, terdapat gua, dan bukit-bukit berbentuk kerucut. Contoh bentuk lahan solusional antara lain pegunungan karst, perbukitan karst, kompleks depresi karst, dan dataran aluvial karst.
Bentuk Lahan Asal Marin
Bentuk lahan terbentuk karena pengaruh dinamika laut, seperti gelombang dan arus. Gelombang dan arus laut mengakibatkan abrasi, sedimentasi, pasang surut, serta pertemuan terumbu krang di kawasan pesisir. Biasanya pengarus marin marin hanya mencapai beberapa ratus meter saja kearah darat. Akan tetapi, pada kondisi pesisir tertentu pengaruh marin mencapai puluhan kilometer ke arah darat. Contoh bentuk lahan marin antara lain delta, rataan pasang surut, kompleks beting gisik, dataran pantai, dan cliff.
Bentuk Lahan Asal Glasial
Bentuk lahan glasial terbentuk akibat proses gerakan es (gletser). Bentuk lahan ini tidak berkembang di Indonesia karena beriklim tropis, kecuali di Puncak Gunung Jaya Wijaya. Contoh Bentuk lahan glasial terbagi atas dua kelompok yaitu glasial erosional dan glasial deposisional.
Bentuk Lahan Asal Aeolin
Bentuk lahan aeolin terbentuk karena tenaga angin, melalui pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan material lepas. gerakan angin dapat membentuk kenampakan cukup khas dan berbeda dengan bentuk lahan lain. Contoh bentuk lahan aeolin ialah gumuk pasir.
Bentuk Lahan Asal Organik
Bentuk lahan asal organik terbentuk karena pengarus kuat aktivitas organisme (flora dan fauna). Misalnya, organisme di lingkungan laut yang memiliki struktur tubuh tegar dan tahan terhadap pengaaruh gelombang laut mampu membentuk bentukan lahan tertentu. organisme lait ini mengendap pada batu gamping. Contoh bentuk lahan asal organik antara lain terumbu paparan pelataran, terumbu paparan dinding, terumbu paparan sumbat, terumbu samudra, lahan gambut (peat land), dan rumah anai-anai.
Simbolisasi satuan bentuk lahan sebagai satuan pemetaan dinyatakan dengan warna untuk menginformasikan genetis bentuk lahan tersebut. Berikut ini simbol warna bentuk lahan menurut Verstappen dan van Zuidam.
1. Vulkanik : merah
2. Struktural : ungu
3. Fluvial : biru tua
4. Denudasional : cokelat muda
5. Solusional : jingga
6. Marin : hijau tua
7. Glasial : biru muda
8. Aeolin : kuning
Post a Comment
Post a Comment