A. Upaya Bangsa Indonesia dalam Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa
Pada kurun waktu 1948-1965 di Indonesia mulai muncul pemberontakan sebagai berikut.
1. Peristiwa Madiun 1948 (Sebelum Pemberontakan PKI Madiun)
PKI menjadi partai oposisi pemerintahan dan bergabung dengan Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang didirikan Amir Syarifuddin pada bulan Februari 1948. Kemudian, pemimpin PKI bernama Muso memulai pemberontakan bersenjata di Madiun pada tanggal 18 September 1948. Alasan utama pemberontakan tersebut adalah mewujudkan cita-cita PKI untuk mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Muso memproklamasikan terbentuknya Republik Soviet Indonesia pada tanggal 18 September 1948.
2. Gerakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
Pemberontakan DI/TII bermula dari sebuah gerakan di Jawa Barat yang dipimpin oleh S. M. Kartosuwiryo. Tujuan pemberontakan ini adalah untuk mendirikan Darul Islam (DI). Demi mewujudkan tujuan tersebut dibentuklah pasukan Tentara Islam Indonesia (TII) yang umumnya berasal dari Laskar Sabilillah dan Hizbullah. Pemberontakan DI/TII berlangsung di beberapa wilayah, bermula dari Jawa Barat lalu menyebar ke Jawa Tengah, Aceh, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat.
3. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
Pada tahun 1949, Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dibentuk oleh Kapten Raymond Westerling. Penyebab terjadinya pemberontakan ini adalah anggota KNIL tidak setuju dengan pembentukan APRIS di Jawa Barat, yang saat itu masih berbentuk negara bagian Pasundan. Aksi mereka dimulai dari Bandung pada 23 Januari 1950.
Gerakan APRA kemudian bekerja sama dengan Sultan Hamid II yang merancang suatu kudeta di Jakarta. Namun, kudeta tersebut dapat dicegah dengan ditangkapnya Sultan Hamid II untuk diadili. Sayangnya, R. Westerling tidak berhasil ditangkap karena melarikan diri ke Belanda.
4. Pemberontakan Andi Azis
Pemberontakan ini terjadi di Sulawesi Selatan dan dipimpin oleh Kapten Andi Azis. Pemberontakan Andi Azis merupakan bentuk penolakan terhadap masuknya tentara APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) ke Sulawesi Selatan. Pasukan KNIL di bawah pimpinan Andi Azis beraksi dengan menduduki beberapa tempat penting dan menawan Panglima Teritorium Indonesia Timur.
Pada tanggal 8 April 1950, pemerintah RIS menginstruksikan agar dalam waktu 4 x 24 jam, Andi Azis menyerahkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pada tahun 1953 Pengadilan Militer Yogyakarta menjatuhkan hukuman 15 tahun kepada Kapten Andi Azis. Pasukannya yang memberontak akhirnya berhasil ditumpas oleh tentara Indonesia di bawah pimpinan Kolonel Kawilarang.
5. Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Gerakan RMS dipelopori oleh Mr. Dr. Christian Robert Steven Soumokil. Penyebab munculnya pemberontakan ini adalah ketidaksetujuan Soumokil terhadap penggabungan daerah NIT (Negara Indonesia Timur) ke wilayah kekuasaan RI. Ia berusaha melepaskan wilayah Maluku Tengah dari NIT yang merupakan bagian dari RIS.
Pada tanggal 25 April 1950, Soumokil memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan. Pemerintah RIS kemudian mencoba menempuh jalur damai dengan cara mengirim Dr. J. Leimena, namun gagal. Pemerintah lalu memutuskan untuk melaksanakan ekspedisi militer yang dipimpin Kolonel A. E. Kawilarang. Dr. Soumokil berhasil ditangkap pada tanggal 12 Desember 1963 dan mendapat hukuman mati.
6. Pemberontakan PRRI/ Permesta
Munculnya pemberontakan PRRI dan Permesta bermula dari adanya kekecewaan atas minimnya kesejahteraan tentara di Sumatera dan Sulawesi. Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan pembentukan dewan daerah sebagai alat perjuangan tuntutan pada Desember 1956 dan Februari 1957.
Dewan tersebut adalah Dewan Banteng di Sumatera Barat dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein dan Dewan Gajah di Sumatera Utara dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolan, Dewan Garuda di Sumatera Selatan dipimpin oleh Letkol Barlian, Dewan Manguni di Sulawesi Utara dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.
Krisis pun akhirnya memuncak pada 15 Februari 1958 ketika Ahmad Husein memproklamasikan berdirinya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Padang, Sumatera Barat. Pemerintah pusat tanpa ragu-ragu langsung bertindak tegas. Operasi militer dilakukan untuk menindak pemberontak yang diam-diam ternyata didukung Amerika Serikat. Pada tahun itu juga pemberontakan PRRI dan Permesta berhasil dipadamkan.
7. Pemberontakan 30 September 1965 (G-30-S/PKI)
Pada dini hari tanggal 30 September 1965 terjadinya penculikan dan pembunuhan terhadap perwira TNI Angkatan Darat. Penculikan ini dilakukan oleh sekelompok militer yang mengatasnamakan dirinya Gerakan 30 September. Aksi ini dibawah pimpinan Letkol Kolonel Untung Sutopo.
Mayor Jenderal Soeharto selaku Panglima Kostrad mengambil alih komando TNI Angkatan Darat karena belum adanya kepastian berita mengenai Letnan Jenderal Ahmad Yani yang menjabat Menteri Panglima Angkatan Darat. Ketika pelaku G-30-S/PKI menyadari bahwa mereka tidak mendapat dukungan dari masyarakat, mereka segera melarikan diri. Namun, berkat kesigapan masyarakat dan TNI banyak diantara mereka yang tertangkap atau tertembak mati, termasuk pemimpinnya D. N. Aidit.
B. Upaya Bangsa Indonesia dalam Mempertahankan Keutuhan Wilayah NKRI
Revolusi nasional Indonesia adalah konflik bersenjata dan pertentangan diplomasi antara Republik Indonesia melawan Pasukan Belanda (NICA). Revolusi nasional dimulai dari 17 Agustus 1945 hingga 29 Desember 1949.
1. Konflik Bersenjata Republik Indonesia dengan Belanda
Beberapa bulan setelah Proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia harus kembali berperang melawan Belanda. Faktor-faktor yang menjadi pendorong terjadinya konflik tersebut adalah kedatangan pasukan AFNEI yang diboncengi NICA untuk menjajah kembali Indonesia. Upaya Belanda mendapat perlawanan keras dari bangsa Indonesia. Akibatnya, muncul berbagai pertempuran di berbagai daerah, seperti Surabaya, Ambarawa, Medan, Bandung, dan Bali.
2. Pertentangan Diplomasi antara Republik Indonesia dan Belanda
Pertentangan diplomasi antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda juga mewarnai upaya menjaga integritas NKRI. Beberapa upaya diplomasi yang pernah dilakukan oleh bangsa Indonesia diantaranya Perundingan Hooge Veluwe, Perundingan Linggarjati, Perundingan Renville, Persetujuan Roem-Royen, dan Konferensi Meja Bundar.
C. Tokoh Nasional dan Daerah yang Berjuang Mempertahankan Keutuhan Negara dan Bangsa Indonesia pada Masa 1945-1965
1. Jenderal Gatot Soebroto
Jenderal Gatot Soebroto lahir di Banyumas, 10 Oktober 1907. Namanya dikenal sebagai penggagas Akademi Militer gabungan AD, AU, dan AL guna membina para perwira muda. Gagasan tersebut berhasil diwujudkan dengan dibentuknya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau AKABRI di tahun 1965. Beliau wafat di Jakarta, 11 Juni 1962.
2. Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution
Jenderal Abdul Haris Nasution lahir di Kotanopan, 3 Desember 1918. Pada tahun 1946, Nasution dilantik oleh Presiden Soekarno sebagai Panglima Divisi Siliwangi. A. H. Nasution dikenal sebagai ahli perang Gerilya dan penggagas dwifungsi ABRI. Semua gagasan perang Gerilyanya dituangkan ke dalam buku yang berjudul Fundamentals of Guerilla Warfare. Beliau wafat di Jakarta, 6 September 2000.
3. Letkol Slamet Riyadi
Letkol Slamet Riyadi lahir di Surakarta, 26 Juli 1927. Beliau berjasa menghimpun kekuatan dari pemuda-pemuda terlatih eks-Peta/ Heiho/ Kaigu dan merekrutnya dalam Batalyon yang dipersiapkan untuk merebut kekuasaan politik serta militer di kota Solo dari tangan Jepang. Slamet Riyadi dikenal sebaga Komandan Batalyon XIV. Beliau wafat di Ambon, 4 November 1950.
Post a Comment
Post a Comment