Iklan

Ad Unit (Iklan) BIG

Paragraf : Pengertian, Jenis, Struktur, Syarat, Unsur, & Tujuan

Post a Comment

Paragraf : Pengertian, Jenis, Struktur, Syarat, Unsur, & Tujuan


1.   Pengertian Paragraf

Secara umum, paragraf merupakan gabungan dari beberapa kalimat yang saling berkaitan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam membahas sebuah topik. Adapun pengertian paragraf menurut para ahli sebagai berikut :

a.  Menurut Ramlan, paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri atas sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya.

b.   Menurut Handayani dkk, (2013: 97-98), mengatakan perihal pentingnya ide dalam sebuah paragraf. Ia menyatakan paragraf (alenia) adalah serangkaian kalimat yang saling bertalian untuk membuat sebuah gagasan/ide.

c.  Menurut Akhadiah (dalam Nasucha, Rohmadi dan Wahyudi. 2009: 33), paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah pikiran. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup.

d.  Menurut Gorys Keraf , paragraf sama dengan alinea yakni kesatuan pikiran dari beberapa kalimat yang bertalian untuk membentuk sebuah gagasan (1980 : 25). Berdasarkan pernyataan tersebut, paragraf adalah bagian-bagian teks atau bacaan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk sebuah gagasan. Dengan kata lain kalimat-kalimat tersebut merupakan unsur pembentuk paragraf.

e.   Menurut Soedjito, paragraf adalah bagian dari karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang berhubungan secara utuh dan terpadu serta kesatuan pikiran (Masur, N1990 : 127).

f.  Menurut Wiyanto (2004:20), paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan bersama-sama menjelaskan satu unit pokok pikiran.

g.   Hampir serupa dengan pendapat Gorys Keraf. Menurut Soedjito, paragraf merupakan perpaduan atau gabungan dari beberapa kalimat yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dalam sebuah topik.

h. Sementara itu, Richard M. Weaver menjelaskan dalam bukunya Composition kedudukan paragraf dalam komposisi sebagai berikut :

The paragraph is a kind of division and paragraphing is away of separating out the parts of a composition standing between the sentence as a unit at one and of the scale and section or chap at the other, the paragraph has the useful role of organizing our thoughts into groups of intermediate size”.

 

Dari beberapa pendapat ahli tersebut, terlihat pada dasarnya mereka mempunyai pandangan yang sama mengenai paragraf. Bahwa paragraf selalu mempunyai ide pokok/gagasan utama yang digunakan untuk membangun kesatuan kalimat dalam suatu paragraf.

Paragraf merupakan bagian yang berada diantara kalimat sebagai suatu kesatuan yang kecil dengan bab sebagai bagian yang lebih besar. Paragraf memegang peranan penting untuk mengorganisasikan pikiran-pikiran kita kedalam bagian-bagian atau kelompok. Paragraf berguna untuk menandai pembukaan topik baru, memisahkan gagasan pokok yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, pembaca mudah memahami isi paragraf secara utuh.

Hal ini menunjukkan bahwa paragraf itu terdiri dari kalimat-kalimat yang membicarakan topik atau tema tertentu. Paragraf ialah hubungan antara kalimat yang satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian, dan juga bisa disebut dengan penuangan ide penulis melalui kalimat atau kumpulan kalimat yang satu dengan yang lain yang berkaitan dan hanya memiliki suatu topik atau tema.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, paragraf adalah kumpulan kalimat yang memiliki sebuah ide pokok dan diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas dari ide pokoknya serta memiliki unsur kelengkapan kalimat untuk mendukung penjelasan-penjelasan mengenai ide pokoknya.

 

2.  Jenis- Jenis Paragraf

a.      Paragraf Pembuka

Rohmadi dan Nasucha (2010:39) mengemukakan Paragraf pembuka dapat disebut paragraf pendahuluan (introduction). Fungsinya sebagai pengantar untuk sampai kepada pokok pembicaraan dalam karangan. Karangan atau esai yang baik harus memiliki paragraf pembuka yang terletak pada awal karangan. Jumlah paragraf pembuka harus satu dan tidak boleh lebih dari satu. Paragraf pembuka lebih dari satu, maka pokok pembicaraannya menjadi tidak jelas. Paragraf pembuka yang pendek lebih baik, yakni sekitar empat kalimat.

 

Contoh:

Pemilu baru saja usai, sebagian orang terutama caleg yang sudah pasti jadi, Merasa bersyukur karena pemilu berjalan lancar seperti yang diharapkan. Namun, tidak demikian yang dirasakan oleh para caleg yang gagal memperoleh kursi di parlemen. Mereka stres berat hingga tidak bisa tidur dan tidak mau makan.

 

b.      Paragraf Penghubung

Paragraf penghubung adalah paragraf yang terdapat antara paragraf pembuka dengan paragraf penutup (Rohmadi dan Nasucha, 2010:40). Paragraf penghubung merupakan isi permasalahan yang diuraikan di dalam karangan. Oleh karena itu, paragraf penghubung disebut pula paragraf isi.

Masalah ini berisi kesimpulan dari paragraf yang akan diuraikan terdapat dalam paragraf penghubung. Paragraf penghubung berisi inti persoalan yang dikemukakan. Oleh karena itu, secara kuantitatif paragraf inilah yang paling panjang, diantara paragraf dengan paragraf saling berhubungan secara logis (Nasucha, Rohmadi dan Wahyudi. 2009: 34). Misalnya dalam suatu cerita, paragraf penghubung adalah isi atau inti cerita tersebut antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.

 

c.       Paragraf Penutup

Paragraf penutup mengakhiri sebuah karangan. Paragraf ini berisi kesimpulan dari paragraf penghubung. Paragraf penutup juga dapat berisi penegasan kembali mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam paragraf penghubung (Nasucha dkk, 2009:35). Paragraf penutup yang berfungsi mengakhiri sebuah karangan tidak boleh terlalu panjang. Namun, tidak berarti paragraf ini dapat tiba- tiba diputuskan begitu saja. Jadi, Seorang penulis sebaiknya dapat menjaga perbandingan antara paragraf pembuka, penghubung, dan penutup.


Contoh:

Demikian proposal yang kami buat. Semoga usaha cafe yang kami dirikan mendapat ridho dari Allah SWT serta bermanfaat bagi sesama. Atas segala perhatiannya kami ucapan terima kasih.

 

3.  Kerangka Struktur Paragraf

Paragraf diasumsikan berpotensi terdiri atas beberapa kalimat. Kalimat-kalimat tersebut haruslah dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi paragraf yang baik, yaitu paragraf yang memenuhi persyaratan kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Pendistribusian kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas haruslah menggunakan cara yang jelas sehingga dapat dirumuskan strukturnya.

Kalimat-kalimat dalam paragraf dapat dikategorikan menjadi (1) kalimat utama, dan (2) kalimat penjelas. Ada pula yang menambah satu lagi yaitu kalimat penegas (lihat Soeparno, 2001). Kalimat penegas pada hakikatnya sama dengan kalimat topik, hanya saja kalimat penjelas biasanya merupakan penyimpulan, sehingga tidak pernah terdapat pada awal paragraf. Struktur paragraf biasanya dikaitkan dengan pengurutan letak kalimat utama, dan kalimat-kalimat penjelas. Khusus paragraf naratif dan deskriptif tidak dapat ditemukan kalimat utama dan kalimat penjelas. Dalam pola ini, gagasan pokok tidak terbatas hanya dalam satu kalimat saja. Inti persoalannya akan didapati pada hampir semua kalimat pada paragraf tersebut. Kita harus membaca seluruh kalimat dalam paragraf itu, baru dapat memahami gagasan yang hendak disampaikan oleh pengarangnya.

Atas dasar kategori kalimat dalam paragraf tersebut, secara garis besar struktur paragraf (selain paragraf narasi dan deskripsi) dapat dikategorisasikan menjadi tiga, yaitu:

a.      Deduktif

Struktur paragraf yang bersifat deduktif ini dimulai oleh kalimat inti, kemudian diikuti uraian, penjelasan argumentasi, dan sebagainya. Dimulai dengan pernyataan (yang tentunya bersifat umum), kemudian kalimat-kalimat berikutnya berusaha membuktikan pernyataan tadi dengan menyebutkan hal-hal khusus, atau detail-detail seperlunya.

 

b.      Induktif

Struktur paragraf yang bersifat induktif adalah kebalikan dari pola yang bersifat deduktif. Pola ini tidak dimulai dengan kalimat inti, dimulai dengan menyebutkan hal-hal khusus atau uraian yang merupakan anak tangga untuk mengantarkan pembaca kepada gagasan pokok yang terdapat pada kalimat inti di akhir alenia. Jadi anak-anak tangga itu disusuk untuk mencapai klimaks.

c.       Deduktif dan Induktif

Pola paragraf yang ketiga ini adalah gabungan dari dua pola di atas (1 dan 2). Di sini, pada kalimat pertama (sebagai kalimat inti) gagasan pokok telah dinyatakan; tetapi pada kalimat terakhir, kembali diulang sekali gagasan pokok tersebut.

 

4.   Syarat – Syarat Pembentukan Paragraf

a.      Kesatuan

Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur– unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan pokok tersebut. Penyimpangan akan menyulitkan pembaca. Satu paragraf hanya boleh mengandung satu gagasan pokok atau topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut.

Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat– kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik (Nasucha, Rohmadi dan Wahyudi. 2009: 35). Semua kalimat berfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan.

Menurut Marsa (2009: 9) kesatuan dalam sebuah paragraf hanya terbentuk apabila informasi-informasi dalam paragraf itu tetap dikendalikan oleh gagasan utama. Agar kesatuan dapat dicapai penulis senantiasa mengevaluasi kalimat-kalimat yang ditulisnya itu erat hubungannya dengan gagasan utama. Apabila tidak erat hubungannya, kalimat-kalimat itu sebaiknya dihilangkan atau disajikan secara khusus, misalnya menjadi sisipan dalam kalimat lain.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesatuan dalam sebuah paragraf itu, kalimatnya harus saling berkaitan yang membentuk satu kesatuan dan hanya terdapat satu gagasan pokok.

 

b.      Kepaduan

Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing- masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik.

Pembaca dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan pikiran yang teratur, akan memperlihatkan adanya kepaduan. Jadi, Kepaduan atau koherensi dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat (Nasucha, Rohmadi dan Wahyudi. 2009: 37).

Kalimat-kalimat dalam paragraf itu sebaiknya memiliki kesesuaian yang dibangun dari kalimat topik. Kepaduan antar kalimat dalam paragraf itu meliputi dua macam, yaitu kepaduan bentuk dan kepaduan makna. Kepaduan makna adalah kepaduan informasi yang disebut koherensi dan kepaduan dibidang bentuk disebut kohesi. Paragraf yang memiliki kepaduan informasi bersifat kohesi dan kesesuaian di bidang bentuk disebut kohesif. Wacana yang baik dalam sebuah paragraf apabila memiliki dua kepaduan tersebut, yaitu kohesif dan koheren (Rohmadi dan Nasucha, 2010: 46).

 

Contoh:

Pada hari minggu pak Amir menikahkan Eva Faradila, putri tunggalnya. Dia meneteskan air matanya saat sarwano calon suami Eva Fadlia mengucapkan “ijab kobulnya” itu merupakan luapan kebahagian yang lua biasa bagi seorang ayah. Pesta pernikahannya dilangsungkan sangat sederhana sebab dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekatnya.

 

c.       Kelengkapan

Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat– kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik dan kalimat utama (Nasucha, Rohmadi dan Wahyudi. 2009: 39). Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan– pengulangan.

Syarat ketiga pembentukan paragraf yang baik adalah adanya kelengkapan. Kelengkapan paragraf ini diperlukan sebab informasi yang disampaikan dapat tuntas, Untuk itu kalimat- kalimat pendukung harus dapat memberikan kejelasan kalimat topik. Paragraf dapat dikatakan memiliki kelengkapan, jika kalimat topiknya dapat dikembangkan dengan pendukung yang cukup (Rohmadi dan Nasucha, 2009: 47-48). Istilah cukup adalah relatif, tetapi yang jelas lebih dari satu dan kurang dari sepuluh. Jika didukung oleh satu kalimat maka pengembangannya kering dan jika sangat banyak maka pembaca cepat bosan dan sulit menemukan keutuhan informasi.

 

5.  Unsur- Unsur Paragraf

Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca. Supaya pikiran tersebut dapat diterima oleh pembaca, alinea harus tersusun secara logis- sistematis. Alat bantu untuk menciptakan susunan logis-sistematis itu adalah unsur-unsur penyusun alinea, seperti transisi (transition), kalimat topik (topic sentence),kalimat pengembang (development sentence), dan kalimat penegas (punch-line).

Keempat unsur penyusun alinea tersebut, terkadang muncul secara bersamaan,terkadang pula hanya sebagian yang muncul dalam sebuah alinea.

a.      Paragraf yang Memiliki Empat Unsur

Susunan paragraf jenis ini terdiri atas :

1)      Transisi (berupa kata, kelompok kata, atau kalimat);

2)      Kalimat topik;

3)      Kalimat pengembang;

4)      Kalimat penegas.

 

b.      Paragraf yang Memiliki Tiga Unsur

Paragraf jenis ini terdiri atas :

1)      Transisi (berupa kata, kelompok kata, atau kalimat);

2)      Kalimat topik;

3)      Kalimat pengembang.

 

c.       Paragraf yang Memiliki Dua Unsur

Paragraf jenis ini terdiri atas :

1)      Kalimat topik;

2)      Kalimat pengembang.

 

5.   Tujuan Pembentukan Paragraf

Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema yang lain. Oleh sebab itu, paragraf hanya boleh mengandung suatu tema, bila terdapat dua tema, maka dipecahkan menjadi dua paragraf.

Memisahkan dan menegaskan perkataan secara wajar dan formal, untuk memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada perhatian pada akhir kalimat. Dengan perhentian yang lebih lama ini, konsentrasi terhadap tema paragraf lebih terarah.


Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter