Pengembangan Paragraf
Paragraf membahas
mengenai sebuah topik atau tema. Setiap
kalimat dalam rangka paragraf, bertumpu pada satu pokok pembicaraan. Paragraf merupakan bagian
dari karangan atau bagian dari tuturan (pokok pembicaraan) yang terdiri dari
satu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas.
Kalimat utama adalah
pernyataan yang menjadi inti cerita atau gagasan utama dalam sebuah paragaf. Sedangkan, kalimat
penjelas merupakan pernyataan yang menjelaskan gagasan utama atau
pernyataan-pernyataan yang mendukung, menjelaskan atau melengkapi kalimat utama
dalam sebuah paragraf. Dalam
sebuah paragraf hanya ada satu kalimat utama. Biasanya kalimat utama diletakkan
di awal
kalimat (deduktif), atau kalimat utama terletak di akhir paragraf
(induktif), serta kalimat utama tercakup dalam keseluruhan paragraf (deduktif-
induktif ).
Unsur kelengkapan
paragraf mengacu pada adanya pikiran utama yang berwujud kalimat utama dan
pikiran penjelas yang berwujud kalimat-kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas
haruslah menunjang kejelasan kalimat utama. Paragraf dinyatakan
sebagai paragraf tidak lengkap jika tidak dikembangkan secara baik. Oleh karena
itu, unsur kelengkapan itu sering pula disebut pengembangan, bahkan ada yang
menyebut perkembangan (lihat Akhadiah M.K. dkk, 1991/1992; Soeparno, Haryadi,
dan Suhardi, 2001; Keraf, 1981)
Perlu kita ketahui bahwa
pengembangan paragraf memegang peranan penting dalam proses menulis ( mengarang
). Karena mengarang adalah proses dari mengembangkan kalimat topik.
1. Metode Pengembangan
Paragraf
Pengembangan
paragraf adalah suatu paragraf yang menghendaki adanya pengembangan atau
perluasan yang berintikan kalimat utama. Metode pengembangan paragraf adalah
cara-cara bagaimana kita mengembangkan suatu paragraf.
Dalam
melaksanakan pengembangan paragraf biasanya diawali dengan mengubah topik
cerita menjadi sebuah kalimat tunggal yang bersifat umum. Dimana kalimat ini masih
menghendaki penjelasan, kalimat inilah yang disebut dengan kalimat utama.
Setelah kalimat utama tersebut dijadikan permulaan paragraf, maka langkah
selanjutnya ialah menguraikan kalimat-kalimat yang sesuai dengan kalimat utama. Kalimat inilah yang
disebut kalimat penjelas.
Pengembangan
paragraf dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Pengembangan
Paragraf
Berdasarkan Teknik
Pengembangan paragraf yang pertama
dapat dilihat dari sudut pandang teknik. Berdasarkan tekniknya pengembangan
paragraf dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1) Pengembangan secara
alamiah
Paragraf
yang dikembangkan berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis. Hal itu berarti
kalimat yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan
dilakukan, dan diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengungkapkan waktu peristiwa
terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan. Paragraf yang dikembangkan dengan cara
ini tidak dijumpai adanya kalimat utama atau kalimat topik. Paragraf seperti
ini biasanya digunakan pada paragraf naratif dan prosedural.
Paragraf
yang dikembangkan berdasarkan urutan ruang atau tempat membawa pembaca dari
satu titik ke titik berikutnya dalam sebuah “ruangan”. Hal itu berarti kalimat
yang satu mengungkapkan suatu bagian (gagasan) yang terdapat pada posisi
tertentu, dan diikuti oleh kalimat-kalimat lain yang mengungkapkan gagasan
yang berada pada posisi yang lain. Pengungkapan gagasan dengan urutan ruang ini
tidak boleh sembarangan, sebab cara yang demikian akan mengakibatkan pembaca
mengalami kesulitan memahami pesan. Paragraf seperti ini biasanya digunakan
pada paragraf deskriptif.
2) Pengembangan secara logis
Pengembangan
paragraf secara logis maksudnya adalah pengembangan paragraf menggunakan pola
pikir tertentu. Pengembangan paragraf secara logis dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :
a) Klimaks-antiklimaks
Paragraf
yang dikembangkan klimaks-antiklimaks dibagi lagi menjadi dua, yaitu :
(1) Klimaks
Pengembangan
paragraf secara klimaks dilakukan dengan cara menyajikan gagasan-gagasan yang berupa
rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan, kemudian diakhiri dengan gagasan
yang paling tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya.
(2) Antiklimaks
Pengembangan paragraf secara antiklimaks
dilakukan dengan terlebih dulu gagasan yang dianggap paling
tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya, baru diikuti dengan
gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan, gagasan
yang dianggap kurang penting atau rendah kedudukannya.
b)
Umum-khusus
Pengembangan
paragraf berdasarkan kriteria umum-khusus, dapat dikelompokkan lagi menjadi dua, yaitu :
1) Paragraf yang dikembangkan
dengan cara umum ke khusus
Paragraf
yang dikembangkan secara umum ke khusus berupa paragraf yang dimulai dengan
gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan utama, kemudian diikuti dengan
gagasan khusus sebagai gagasan penjelas atau rincian. Paragraf yang
dikembangkan dengan cara umum ke khusus ini biasa disebut dengan paragraf
deduktif.
2) Paragraf yang dikembangkan
dengan cara khusus ke umum
Paragraf
yang dikembangkan secara khusus ke umum berupa paragraf yang dimulai dengan
gagasan khusus sebagai gagasan penjelas atau rincian, kemudian diikuti dengan
gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan utama. Paragraf yang dikembangkan
dengan cara khusus ke umum ini biasa disebut dengan paragraf induktif.
Pengembangan
paragraf logis umum-khusus ini, baik dengan cara umum ke khusus (deduktif)
maupun khusus ke umum (induktif), paling banyak digunakan, lebih-lebih dalam
karya ilmiah karena karya ilmiah pada umumnya merupakan sintesis antara deduktif
dan induktif (lihat Akhadiah M.K. dkk., 1991/1992; Soeparno, Haryadi, dan
Suhardi 2001)
b. Pengembangan
Paragraf
Berdasarkan Isi
Berdasarkan
isinya pengembangan paragraf antara lain dapat dilakukan dengan cara menampilkan perbandingan atau
pertentangan, contoh, sebab-akibat, dan klasifikasi. Berikut disajikan
pengertian keempat cara tersebut secara singkat.
1) Cara
Contoh
Contoh-contoh
disajikan sebagai gagasan penjelas untuk mendukung atau memperjelas gagasan
umum agar mudah dipahami oleh pembaca. Gagasan umum dapat diletakkan pada awal
paragraf atau diakhiri paragraf bergantung pada gaya yang dikehendaki oleh
penulis. Kata, seperti,
misalnya, contohnya dan lain-lain merupakan ungkapan-ungkapan dalam pengembangan
dalam mengembangkan paragraf dengan contoh.
Contoh :
Tak
ada seorang pun yang tak ingin kaya, apalagi kaya dengan rezeki yang halal, tapi
didunia ini berlaku hukum keseimbangan, kaya dengan halal harus kerja keras,
kerja cerdas dan kerja waras. Kekayaan hasil korupsi tidak akan pernah
membuahkan kebahagiaan. Contohnya : Bapak G memimpin sebuah lembaga
negara, yang asalnya biasa sekarang jadi super kaya, rumahnya bak
istana, setiap anak punya mobil dan apartemen, tetapi anehnya ketiga anak laki-lakinya
tidak ada yang lulus kuliah, anak perempuannya hobi kawin cerai dan dua cucunya
mengalami keterbelakangan mental.
2)
Cara Sebab Akibat
Cara
sebab akibat sering disebut dengan kausalitas. Pengembangan paragraf cara ini
dapat dilakukan dengan menyajikan sebab sebagai gagasan penjelas, atau
sebaliknya disajikan akibat sebagai gagasan pokok utama diikuti dengan penyebab
sebagai gagasan penjelas. Kata
yang digunakan yaitu, padahal, akibatnya, oleh karena itu dan karena.
Contoh :
Pertama
kali pindah ke kota
ia adalah anak yang baik, tahun pertama ia masuk Kuliah, ia mulai merokok,
malam minggu kumpul di tempat
tongkrongan langganan, disuguhi minuman beralkohol, mulailah mabuk-mabukan.
Kini rokoknya diganti dengan lintingan ganja, uang transport sering dipakai
beli ganja, kuliah sering bolos, akibatnya hasil ujian jelek, badan
kurus dan sekarang mulai berani menjual barang-barang rumah untuk membeli si
daun haram itu.
3)
Cara Perbandingan
Cara
perbandingan merupakan sebuah pengembangan paragraf yang dilakukan dengan
membandingkan guna memperjelas suatu paparan. Kegiatan membandingkan
atau mempertentangkan tersebut berupa penyajian persamaan dan perbedaan antara
dua hal. Sesuatu yang dipertentangkan adalah dua hal yang memiliki tingkat yang
sama. Dan keduanya memiliki persamaan dan perbedaan. Biasanya menggunakan
ungkapan seperti, serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama
dengan, sejalan dengan, akan tetapi, sedangkan, dan sementara itu.
Contoh :
Tata
cara kehidupan masyarakat primitif berbeda dengan modern. Masyarakat primitif
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari bahan-bahan yang tersedia
dilingkungannya tanpa membelinya. Jika barang yang diperlukannya tidak ada di lingkungannya, maka mereka dapat
memperolehnya dari masyarakat tetangganya dengan sistem barter (saling menukar
barang). Alat-alat yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhannya juga diperoleh dari lingkungannya, yaitu berupa
batu, tanah liat, atau pun dahan pohon yang diolah secara manual. Sedangkan masyarakat
modern memperoleh kebutuhannya dengan cara membeli barang atau membayar jasa.
Alat-alat yang diperlukan merupakan olahan dari pabrik yang juga harus dibeli
untuk memperolehnya.
4) Cara
Pertentangan
Yaitu
cara pengembangan paragraf yang biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan seperti berbeda
dengan, bertentangan dengan, sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi, dan
bertolak belakang dari.
Contoh :
Sekolah
tinggi (umum) berbeda dengan sekolah swasta. Perbedaan itu dapat
dilihat dari segi biaya sekolah, fasilitas, standar sekolah serta kualitas
pengejarannya. Untuk
sekolah umum biayanya mampu dicapai bagi semua kalangan masyarakat. Akan
tetapi, fasilitas yang ditawarkan kurang memadai bagi kelangsungan sistem
belajar mengajar. Sedangkan,
sekolah swasta biaya yang ditawarkan hanya mampu mencapai batas keuangan
beberapa kalangan masyarakat, artinya kalangan orang mampu. Hal ini sejalan dengan
fasilitas, standar sekolah serta kualitas
pengajarnya. Sehingga
sekolah swasta mampu bersaing dengan sekolah-sekolah unggulan.
5) Cara
Klasifikasi
Cara
klasifikasi adalah pengembangan paragraf melalui pengelompokan berdasarkan
ciri-ciri tertentu dan biasanya
dilakukan dengan penyajian gagasan pokok/utama kemudian diikuti dengan gagasan
penjelas secara rinci. . Gagasan penjelas
merupakan klasifikasi
dari gagasan utamanya. Misalnya, gagasan utama A, memiliki gagasan penjelas
yang dapat diklasifikasikan menjadi X dan Z. Kata-kata ungkapan yang
lazim digunakan yaitu dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi
menjadi, dan mengklasifikasikan.
Contoh :
Penyelidikan
tentang tempramen dan watak manusia
telah dilakukan sejak dahulu kala. Hippo Crate dan Galenus mengemukakan bahwa
manusia dapat dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat-zat
cair yang ada dalam tubuhnya. Empat golong tersebut yaitu sanguinis (banyak
darah) yang sifatnya periang, gembira, optimis, dan lekas berubah-ubah.
Kemudian kolerik (banyak
empedu kuning) adalah manusia yang memiliki sifat garang, hebat, lekas merah, dan agresif.
Selanjutnya, flegmatis (banyak lendirnya) adalah manusia yang sifatnya tenang,
tidak mudah berubah, dan lamban. Terakhir, melankolis (banyak empedu hitam) memiliki
sifat muram, tidak gembira, dan pesimis.
c.
Pengembangan
Paragraf Berdasarkan Cara Lain
1)
Cara Definisi
Cara
definisi adalah pengembangan paragraf melalui pengungkapan penjelasan atau
pengertian dari suatu masalah yang dibicarakan, serta diungkapkan dari berbagai
sudut pandang. Kata-kata yang digunakan dalam
mengembangkan paragraf secara definisi, antara lain adalah, ialah, yaitu.
Contoh :
Paragraf ialah suatu
bagian dari karangan yang di dalamnya terdiri atas beberapa kalimat yang selalu
berkaitan satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh membentuk
satu pikiran utama. Di dalam paragraf biasanya terdapat satu kalimat yang
menjadi pokok pikiran dari paragraf tersebut yang biasa kita kenal dengan
kalimat utama.
2) Cara
Analogi
Analogi
adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang
memiliki suatu kesamaan atau kemiripan, biasanya dilakukan dengan bantuan
kiasan. Kata-kata
kiasan yang digunakan yaitu ibaratnya, seperti dan bagaikan.
Contoh :
Bahasa
bukan merupakan tujuan dalam penulisan karangan ilmiah. Bahasa hanya sebagai alat
(komunikasi) agar gagasan ilmiah yang diungkapkan dalam karangan tersebut dapat
dipahami oleh pembaca dengan baik. Oleh sebab itu, sebelum karangan itu
sampai ke tangan
pembaca, penulis
karang tersebut harus memeriksa bahasa yang digunakannya, baik dari segi
ketetapan pemilihan kata dan istilah maupun dari segi gramatikal satuan-satuan
struktur bahasa, misalnya struktur satuan kata, frasa
klausa, kalimat, dan alinea atau paragraf dan juga pemakaian ejaan
dan tanda baca secara tepat. Jika terjadi gangguan atau kerusakan pada
unsur-unsur bahasa tersebut, besar
kemungkinan pembaca tidak dapat memahami gagasan ilmiah yang disampaikannya itu
dengan baik. Hal ini dapat diibaratkan dengan kendaraan yang
digunakan untuk mencapai tujuan perjalanan yang jauh. Sebelum berangkat, orang yang akan bepergian
dengan kendaraan tersebut harus memeriksa kondisi kendaraannya, baik yang
berkaitan dengan rem, versneling, roda, ban, bensin dan sebagainya. kalau perlu orang itu
harus membawa kendaraannya ke bengkel untuk diperiksa agar yang bersangkutan
selamat sampai ke tempat
tujuan.
2. Implementasi
Paragraf Pada Jenis Tulisan
Berikut
diuraikan mengenai penerapan paragraf pada jenis tulisan atau karangan
deskrisi, argumentasi, eksposisi, narasi, dan persuasi.
a. Deskripsi
Deskripsi
adalah karangan yang sifatnya melukiskan, menggambarkan sesuatu dengan jelas
dan terperinci. Tujuannya
ialah memberikan pelukisan atau gambaran terhadap sesuatu dengan
sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan
hal yang dideskripsikan.
Contoh :
Malam
itu, indah sekali. Dilangit,
bintang-bintang berkelip-kelip memancarkan cahaya. Hawa dingin menusuk
kulit. Sesekali
terdengar suara jangkrik. Binatang
malam dan kekelawar
mengusik sepinya malam. Angin
berembus pelan dan tenang.
b. Argumentasi
Argumentasi adalah karanan yang
mengutarakan gagasan, pendapat, dan ide dengan menyertakan alasan-alasan dengan
tujuan untuk meyakinkan orang lain ( pembaca ) terhadap gagasan, pendapat, dan
ide yang diungkapkan penulis.
Contoh
:
Pantai
Parangtritis memang memiliki
keindahan eksotis yang membuat wisatawan ramai berkunjung, tetapi juga sering
menelan korban. Yang
disayangkan, sebagian masyarakat Indonesia masih saja menganggap peristiwa
tersebut berkaitan dengan hal-hal mistis, yakni dikarenakan Ratu Pantai Selatan
meminta tumbal. Padahal,
ada penjelasan ilmiah di balik musibah tersebut. Para praktisi ilmu kebumian
menegaskan bahwa penyebab utama hilangnya sejumlah wisatawan di Pantai
Parangtritis, Bantul, adalah akibat terseret rip current. Dengan
kecepatan mencapai 80 kilometer per jam, arus balik tidak hanya kuat, tetapi
juga mematikan. Jadi, banyaknya korban tenggelam tidak ada kaitannya sama
sekali dengan anggapan para masyarakat. Ali Susanto, Komandan SAR Pantai
Parangtritis, juga menambahkan bahwa di sepanjang Pantai Parangtritis juga banyak
terdapat palung (pusaran air) yang tempatnya selalu berpindah-pindah dan sulit
diprediksi. Kondisi inilah yang sering banyak menimbulkan korban mati
tenggelam.
c. Eksposisi
Eksposisi
adalah karangan yang bertujuan menjelaskan, menerangkan, dan memberitahukan
suatu peristiwa atau objek dengan tujuan agar orang lain mengetahuinya
(menambah wawasan).
Contoh :
Tim
peneliti yang dipimpin Graham Hutchings, seorang kimiawan dari Cardiff
University Inggris telah menemukan cara agar reaksi kimia menjadi ramah
lingkungan. Mereka menggunakan
partikel emas yang masing-masing berukuran nanometer untuk mengaktifkan oksigen dari udara. Oksigen
sangat diperlukan dalam proses oksidasi. Oksidasi adalah proses penembahan atom-atom oksigen
dalam senyawa karbon untuk menghasilkan produk organik yang bermanfaat. Pada
prinsipnya, proses ini akan ramah lingkungan jika menggunakan
oksigen murni (O2) dari udara. Dalam reaksi oksidasi, ikatan kimia diantara
kedua atom oksigen harus dilepaskan sehingga masing-masing atomnya bebas
digunakan dalam reaksi. Hal
inilah yang sulit dilakukan. Hampir
seluruh reaksi oksidasi yang dilakukan dalam industri menggunakan oksidasi
yang berbahaya seperti asam parasetik yang menghasilkan limbah beracun. Oksigen yang telah
diaktifkan mudah ditambahkan pada molekul karbon. Dalam berbagai reaksi
kimia, cairan digunakan untuk membantu melarutkan reaktan (zat yang direaksikan)
dan mendorong atom untuk mengaktifkan oksigen tanpa harus menggunakan
bahan-bahan pelarut seperti itu.
d. Narasi
Narasi
adalah karangan yang mengisahkan suatu peristiwa yang disusun secara kronologis
(sistematika waktu). Wacana narasi disebut juga karangan kisahan karena isinya
menceritakan suatu peristiwa atau kisah seseorang.
Contoh :
Tepat
ketika tanggal 25 Oktober, sekolahku libur selama tiga hari dan akan berakhir
pada tanggal 27 Oktober. Aku dan seluruh keluargaku tidak menyia-nyiakan waktu
ini untuk mengadakan liburan keluarga. Ketika itu aku memilih berlibur ke Pantai
Kute. Pagi-pagi
aku telah berbenah dan menyiapkan semua perbekalan yang nantinya diperlukan. Sepanjang perjalanan, aku
iringi dengan nyanyian lagu riang. Betapa
senangnya aku ketika sampai di pantai tersebut. Dengan hati suka ria, aku
sambut Pantai
Kute dengan senyumku. Pantai Kute, pantai nan elok yang menjadi favoritku.
Tanpa menyia-nyiakan waktu, aku mengajak kakakku untuk bermain air. Kuambil air dan aku
ayunkan ke mukanya. Dengan
canda tawa, kami saling berbalasan. Puas
rasanya, terasa hilang semua kepenatan karena kesibukan tiap harinya. Di sana,
aku dan seluruh keluargaku saling berfoto-foto untuk mengabadikan momen yang
indah ini. Tak terasa waktu berjam-jam telah kuhabiskan disana. Hari pun mulai sore
menandakan perpisahan dan kembali pulang. Tak rela rasanya kebahagiaan ini akhirnya
selesai. Dalam benakku, aku kan kembali esok.
e. Persuasi
Persuasi
adalah karangan yang sifatnya memengaruhi, mengajak, dan menganjurkan sesuatu
pada orang lain (pembaca) untuk berbuat atau bertindak sesuai dengan harapan
penulis. Dalam wacana persuasi, terdapat kata ajakan seperti ayo atau mari.
Contoh :
Setiap
orang normal akan senang pada kebersihan, baik kebersihan lingkungan maupun kebersihan
dirinya sendiri. Bahkan bagi umat islam upaya menciptakan kebersihan itu
merupakan sebagian dari iman, sehingga orang yang menciptakan kebersihan berarti
memperkokoh imannya
untuk itulah sebaiknya setiap saat kita harus menjaga dan menciptakan kebersihan
agar iman kita semakin tebal.
Setiap
saat diri kita harus bersih, baik bersih lahir maupun batin. Demikian pula
lingkungan kita. Tempat
tinggal kita harus bersih, karena selain enak dipandang mata juga dapat menjauhkan diri kita dari bibit
penyakit. Oleh karena itu, marilah sama-sama kita ciptakan budaya hidup
bersih pada diri kita sendiri dan lingkungan kita.
Post a Comment
Post a Comment