Indonesia
merupakan
negara agraris, karena
sebagian besar penduduknya
berkerja di sektor
pertanian. Dengan kata lain, sawah masih menjadi lahan garapan yang dominan dan sektor pertanian memegang
peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Tidak heran, hingga
saat ini, beras masih menjadi makanan pokok atau makanan unggulan untuk
sebagian besar masyarakat Indonesia. Beberapa daerah di Jawa Barat, menjadi
penopang untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok tersebut. Salah satunya adalah
Kabupaten Indramayu.
Kabupaten
Indramayu memiliki luas wilayah 118.011 hektar. Dari luas wilayah tersebut, 57.94%-nya merupakan
lahan pesawahan. Itu artinya bahwa separuh lebih dari luas wilayah di Kabupaten
Indramayu merupakan daerah pesawahan. Tidak mengherankan, Kabupaten Indamayu pada tahun 2020 sebagai produsen
beras terbesar di Indonesia. Meskipun zaman sudah
serba teknologi, namun sebuah wilayah yang masih memiliki sawah yang cukup
luas, terkadang masih melaksanakan upacara tradisional yang berkaitan dengan
pertanian. Entah itu upacara sebelum mengerjakan sawah atau memulai menanam
padi, merawat padi, hingga upacara panen. Upacara
tradisional memiliki sifat yang sakral, karena selalu berhubungan dengan Sang
Pencipta dan para leluhur dari pendukung upacara. Upacara tradisional yang
dilaksanakan selalu bermuara untuk keselamatan dan kesejahteraan yang menyimpan
sejuta pesan dari leluhur untuk dilaksanakan oleh generasi penerusnya. Begitu
pula dengan Kabupaten Indramayu. Salah
satu potret upacara pertanian yang berlangsung di
Indramayu adalah Upacara
Ngarot.
Upacara Ngarot merupakan
tradisi yang dimiliki oleh Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu,
Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan
sebagai ucapan syukur untuk
mengawali musim tanam di sawah yang akan digarap oleh para Kasinoman
(muda-mudi) ketika musim penghujan datang.
Berdasarkan uraian di atas,
dapat dianalisis mengenai nilai- nilai arif yang
terkandung yang dapat diajarkan dalam dunia pendidikan. Seperti pembelajaran
untuk bercocok tanam bagi remaja, ditengah-tengah modernisasi dan sistem
pendidikan yang sudah maju remaja saat ini enggan untuk bekerja sebagai petani
dan lebih memilih untuk bekerja di sektor industri. Remaja harus diajarkan
bertani sejak dini untuk merevitalisasi para petani yang sudah memasuki usia
lanjut agar kearifan-kearifan
dalam bertani tetap terjaga. Selain itu, upacara Ngarot mengajarkan agar
remaja menghindari pergaulan bebas yang sedang marak terjadi di kalangan remaja
dikarenakan perempuan yang sudah tidak suci akan terlihat buruk rupa pada saat
prosesi upacara Ngarot
berlangsung.
Peran
pemuda dan pemudi di Desa Lelea juga merupakan faktor penting terhadap
eksistensi upacara Ngarot.
Meskipun upacara
Ngarot merupakan tradisi yang sudah ada sejak beberapa abad yang lalu namun
pemuda-pemudi Desa Lelea tidak pernah menganggap upacara Ngarot sebagai sesuatu
yang kuno bahkan mereka merasa bangga dengan adanya upacara Ngarot yang belum tentu
dimiliki oleh desa lain. Meskipun dihadapkan pada perubahan sosial dan
modernisasi kesakralan dalam
upacara Ngarot masih bisa dirasakan terutama pada
saat penentuan tanggal untuk melaksanakan upacara adat Ngarot. Dalam tradisi
Ngarot diperlukan tiga hiburan untuk mengiringi keberlangsungan upacara adat
Ngarot yaitu kesenian tari topeng, tari ronggeng ketuk, dan tanjidor. Hiburan-hiburan tersebut tetap
eksis digunakan dalam pelaksanaan upacara Ngarot sejak zaman Ki Buyut Kapol
memimpin.
Apabila dikaitkan dengan
materi konservasi sosial mengenai perubahan sosial dan perubahan budaya,
upacara Ngarot mengalami perubahan. Perubahan sosial dan
perubahan budaya dalam masyarakat adalah dua proses yang saling berkaitan satu
sama lain, karena tidak ada masyarakat yang tidak memiliki budaya, begitupun
sebaliknya tidak mungkin tercipta kebudayaan tanpa adanya masyarakat. Mengingat
sifat masyarakat yang dinamis dan dapat berubah kapan saja, tidak menuntut
kemungkinan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakatpun ikut berubah. Upacara Ngarot di Desa Lelea
dalam perkembangannya sedikit mengalami perubahan terutama keadaan para peserta
upacara adatnya. Selain perbedaan usia terdapat juga komponen penting dalam
tradisi Ngarot yang mengalami perubahan yaitu kegiatan durugan. Durugan
merupakan kegiatan mengolah sawah warisan Ki Buyut kapol yang dilakukan oleh kasinoman
atau peserta upacara adat Ngarot. Meskipun
terdapat beberapa perbedaan dan perubahan dalam eksistensi tradisi Ngarot,
kesakralan yang ada dalam tradisi Ngarot masih tetap terjaga karena acara inti
dalam upacara adat Ngarot masih dilaksanakan sampai saat ini sehingga tradisi
Ngarot tetap terjaga eksistensinya.
Pergeseran
budaya dan kearifan lokal yang terjadi saat ini merupakan tantangan bagi
pemerintah dan dunia pendidikan untuk merevitalisasi nilai-nilai yang
terkandung didalamnya, karena keduanya merupakan agen perubahan sosial dalam
masyarakat dan Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif
untuk membentuk generasi baru bangsa yang lebih baik. Institusi pendidikan
memiliki peranan penting untuk mewujudkan pendidikan berbasis kearifan lokal.
Kebijakan dan implementasi pendidikan yang berbasis karakter dengan
mempertimbangkan berbagai nilai-nilai kearifan lokal ( local wisdom / genius)
di sekolah menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka membangun bangsa
ini. Kearifan lokal dapat berfungsi sebagai salah satu sumber nilainilai yang
luhur bagi tujuan tersebut.
Post a Comment
Post a Comment